Oleh Dwi Erna Rakhmawati (Mahasiswa Program Pascasarjana UNISMA Malang)
#
BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara tentang pendidikan, secara langsung maupun tidak langsung akan terkait dengan pembahasan akan perkembangan peradaban manusia. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika social-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradapan manusia. Tulisan ini akan mendeskripsikan pendapat tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia, serta sasaran pendidikan secara umum di Indonesia. Dari masa perkembangan peradaban kuno sampai munculnya abad pencerahan (Renaisance) di Eropa, bidang pendidikan mendapat tempat utama dan strategis dalam kehidupan pemerintahan. Pendidikan merupakan yang paling utama.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar mentransfer ilmu pengetahuan (Transfer of Knowledge). Tujuan pendidikan sesungguhnya menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif.
Menghasilkan manusia yang mempunyai kepribadian positif merupakan keinginan insane pendidikan. Semua pendidik dan tenaga kependidikan di negeri ini harus memahami hal itu sehingga dalam melaksanakan setiap aktivitas belajar mengajar, tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik (peserta belajar), tetapi kita harus membimbing mereka melalui motivasi dan contoh keteladanan yang bermuara pada pembinaan sikap (bihaviour) maupun etika/moral peserta didik maupun peserta belajar.
#
BAB II
PEMBAHASAN
- I. Konsep Dasar Pendidikan
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Peaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga peadagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu “Pedagogic”. Pedagogic sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “pais” yang berarti anak, dan “again” yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap (1982 : 254) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu: (1) praktek (cara seseorang mengajar); dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut “pembimbing” atau “pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan (pedagogy) yang berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup (lifelong education), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukakan para ahli yaitu:
- Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasaklan manusia melalui upaya pengayaan dan pelatihan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991)
- Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. (Mc Leod, 1989)
- Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. (Mudyahardjo, 2001:6)
- Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang yang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. (Muhibinsyah, 2003:10)
- Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. (Dictionary of Psychology, 1972)
- Dalam arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan sis anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. (Poerbakawatja dan Harahap, 1981)
- Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangku daya piker atau daya intelektual, mapun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
- Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (UUSPN No. 20 Tahun 2003)
1.1 Hakekat dan Teori Pendidikan
Mudyahardjo (2001:91) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep yang berfungsi sebagai:
- Asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori
- Definisi konotatif atau denotative atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyususn teori.
Adapun asumsi pokok-pokok pendidikan adalah:
- Pendidikan adalah actual, artinya perdidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar dari lingkunagan belajarnya.
- Pendidikan adalah normative, artinya pendidikan tertuju apada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
- Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi actual dan individu yang belajar, tertuju paada pencapaian individu yang diharapkan.
Sementara itu pendidikan dapat dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti:
- Sosiologi, memandang pendidikan dari aspek social, yaitu mengartikan pendidkan sebagai usaha pewarisan dari genersi ke generasi.
- Antropologi, memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi.
- Psikologi, memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secra optimal. Psikologi menurutWoodward dan Maquis (1955:3) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya.
- Ekonomi, memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani (human capital) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
- Politik, melihat pendidikan adalah proses menjadi warga Negara yang diharapkan (civilisasi) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkritnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subyek pendidikan.
1.2 Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran
Pada dasarnya “mengajar” adalah membantu (mencoba membantu) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu sedikit banyak memberikan kontribusi terhadap pendidikan orang yang belajar. Jadi pada hakekatnya mengajar adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar. Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui:
- Bimbingan yaitu pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasehat, dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan, dan menanggulangi masalahnya sendiri
- Pengajaran yaitu bentuk kegiatandimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dengan peserta didik.
- Pelatihan yaitu sama dengan pengejaran khususnya umtuk mengembangkan ketrampilan tertentu.
Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi dengan pendidikan.
1.3 Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderiataan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
- II. Konsep dan Makna Belajar
2.1 Konsep Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:
- Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran yang terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
- Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdidri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
- Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani yang terdidri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Berikut ini beberapa pendapat tentang konsep belajar menurut para ahli antara lain :
- Menurut B. F. Skiner
Belajar menurut pandangan B. F. Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaiantingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut:
- Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar.
- Respon si belajar
- Konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik konsekuensi sebagai hadiah mupun teguran atau hukuman
Skiner membagi respon dalam belajar menjadi dua jenis yaitu:
- Respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkan.
b. Operands conditioning dalam classical conditioning menggambarkan suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respons yang terjadi karena situasi random.
Menurut Skiner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari penguatan yang terdiri dari suatuperistiwa dimana perilaku terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat dari perilaku.
- Menurut Robert M. Gagne
Menurut Gagne (1970), belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas yang timbulnya disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan (acara belajar), kondisi internal yaitu kondisi yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, ketrampilan intelek, ketrampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling komplek yaitu:
- Belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Leraning) yang menimbulkan perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu yang dapat menimbulkan perasaan sedih atau senang.
- Belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning) dimana respons bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
- Belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan ketrampilan motorik.
- Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Asosiation) bersifat asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.
- Belajar membedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan kemampuan membeda-bedakan barbagai gejala.
- Belajar konsep-konsep (Concept learning) yaitu corak belajar yang menentukan cirri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.
- Belajar atauran atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian memasukkannya ke dalam macam-macam aturan.
- Belajar memecahkan masalah (Problem Solving) yaitu menggunakan aturan-aturan yang ada disertai proses analisis dan penyimpulan.
Inti dari pembelajara tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar. Berkaitan dengan hal tersebut ada tiga aspek perkembangan intelektual yang dikemukakan oleh Jean Peaget yaitu:
- Struktur, yaitu adanya hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.
- Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah yang dihadapi.
- Fungsi, taitu cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat mengandung makna sebagai perubahan structural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyususn kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
- Menurut Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (ahli Psikoterapi) praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat dipelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendidri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
- Menurut Benjamin Bloom
Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (domain) yaitu: domain kognitif yang mencakup kemampuan intektual menenali lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disususn secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional yang disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan yang terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perceptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskusif.
Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
- Menurut Jerome S. Bruner
Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu: informasi, transportasi, dan evalusi. Buner mengemukakan empat tema pendidikan: tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan; tema kedua ialah tentang kesiapan (readiness) untuk belajar; tema ketiga menekankan pada nilai intuisi dalam proses pendidikan; tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi.
Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan pula penerapan teori belajar di kelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran.
2.2 Teori Belajar
Secara garis besar ada tiga rumpun besar tentang teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme, dan teori cognitive gestalt-field.
- Teori Disiplin Mental
Teori belajar ini dikemabngkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif. Teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental, siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental adalah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak akan berkembang secara alamiah. Sedangkan teori yang berlawanan dengan teori mental dan perkembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui sesorang yang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.
- Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu: mengutamakan unsur- unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalahThorndike yang mengemukakan tiga prinsip atau hokum dalam belajar yaitu: belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah: proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif di dalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon yang bersifat positif atau negative.
- Teori Cognitive Gestalt-Field
Teori belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang “Insight” yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal esensial, sehingga aktifitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujuan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.
2.3 Makna dan Ciri Belajar
Menurut para ahli, belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Setiap perilaku belajar ditandai oleh cirri-ciri perubahan spesifik antaralain: belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearaj yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan seluruh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi, dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.
2.4 Prinsip-prinsip Belajar
Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat. Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasaan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasa tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru. Law of exercise yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi yang diperkuat dengan latihan dan pengusaan. Sedangkan Law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama yang sulit digoyahkan.
Beberpa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku yaitu: motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error. Transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negative dan proses belajar bersifat individual.
2.5 Syarat-syarat Keberhasilan Belajar
Agar peserta didik dapat berhasil dalam belajar diperlukan persyaratan sebagi berikut: kemampuan berfikir yang tinggi bagi siswa, minimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yag memadahi, menguasai teknik belajar baik di dalam maupun diluar sekolah
2.6 Cara Belajar yang Baik
Cara belajar yang baik secara umum yaitu: belajar secara efisien, mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar, ketrampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMA, dukungan orang tua yang paham akan perbedaan dan status harga diri.
Menurut Rusyam, cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah: menetapkan target belajar, mengindari saran dan kritik yang negative, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses.
2.7 Strategi Mempelajari Buku Teks
Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah membaca buku teks yang berisi materi pelajaran. Kiat untuk memahami buku teks disebut metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review).
v Survey yaitu menjelajahi seluruh buku yang tersedia diperpustakaan dan tempat lain yang berhubungan dengan mata pelajaran.
v Question yaitu bertanya dalam mengarahkan membaca kritis.
v Read ialah mengerti tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis.
v Recite yaitu mengulang isi buku pelajaran yang telah dipelajari (berkaitan dengan ide, pegertian, dan analysis) sehingga mendapatkan ide-ide pokok dari buku tersebut.
v Review yaitu meninjau kembali seluruh bahan pelajaran yang telah dipeljari secara menyeluruh.
Dengan menggunakan metode SQ3R diharapkan lebih memuaskan dan dapat lebih memberikan pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang terdapat dalam buku teks tersebut.
- III. Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia
Dari masa perkembangan peradaban kuno sampai munculnya abad pencerahan (Renaisance) di Eropa, bidang pendidikan mendapat tempat utama dan strategis dalam kehidupan pemerintahan. Pendidikan merupakan yang paling utama, hal itu setidaknya dapat kita lihat dari pendapat beberapa ahli berikut ini:
- Jean Jaqques Rosseau, seorang tokoh pembaharu Perancis menyebutkan, “Semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan kita waktu lahir, hanya akan kita penuhi melalui pendidikan”.
- Aristoteles, ahli filsafat Yunani kuno berpendapat bahwa perbaikan manyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memperbaiki system pendidikan.
- Van De Venter, tokoh politik ETIS atau Balas Budi, yang menjadi tonggak awal perkembangan munculnya golongan terpelajar Indonesia juga mengatan, “ Pendidikan yang diberikan kepada rakyat pribumi, akan dapat merubah nasib pribumi”.
- Tokoh nasional Ir. Soekarno dan Ki Hajar Dewantara, juga menyebutan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib suatu angsa hanyalah pendidikan.
- Selanjutya UNESCO, badan PBB yang menangani bidang pendidikan menyerukan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.
Oleh karena itu UNESCO merumuskan bahwa pendidikan itu adalah:
- Learning how to think (Belajar bagaimana berfikir)
- Learning how to do (Belajar bagaimana melakukan)
- Learning how to be (Belajar bagaimana menjadi)
- Learning how to learn (Belajar bagaimana belajar)
- Learning how to live together (belajar bagaimana hidup bersama)
Dengan demikian , jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan mutlak bagi umat manusia.
Jadi pendidikan itu tidaklah hanya sekedar mentransfer ilmu ( transfer of knowledge), tetapi tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian positif antara lain:
- Memiliki dan merasa bangga berkompetensi (memiliki ilmu pengetahuan)
- Bangga berdisiplin.
- Tahan mental dalam menghadapi kesulitan hidup.
- Jujur dan dapat dipercaya.
- Memiliki pola pikir yang rasional dan ilmiah.
- Bangga bertanggung-jawab.
- Terbiasa bekerja keras.
- Mengutamakan kepedulian terhadap sesamanya.
- Mengutakan berdiskusi daripada berdebat (not conflict but consensus).
- Hormat pada aturan.
- Menghormati hak-hak orang lain.
- Memiliki moral dan etika yang baik.
- Mencintai pekerjaan.
- Suka menabung.
Menghasilkan manusia Indonesia sepeti keadaan diatas merupakan keinginan insan
pendidikan. Semua pendidik dan tenaga kependidikan di negeri ini harus memahami hal
itu sehingga dalam melaksanakan setiap aktivitas belajar mengajar, tidak hanya sekedar
mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik (peserta belajar), tetapi kita harus
membimbing mereka melalui motivasi dan contoh keteladanan yang bermuara pada
pembinaan sikap (behaviour) maupun etika/moral.
BAB III
PENUTUP
Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan yang baik, akan terlahir manusia Indonesia yang mampu bersaing di era globalisasi yang bercirikan high competition (persaingan yang tinggi). Tanda-tanda kearah itu sudah mulai tampak dengan adanya prestasi anak-anak bangsa pada tingkat internasional. Perolehan medali pada berbagai event lomba saint tingkat dunia, peningkatan, rating Human Development Index (HDI) manusia Indonesia, peberantasan buta aksara yang gencar dilakukan baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, penanggulangan angka putus sekolah melalui program pendidikan kesetaraan untuk mensukseskan Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, upaya pemberian kecakpan dan ketrampilan pada masyarakat, dan upaya meningkatkan minat baca masyarakat sampai ke pelosok desa. Itu semua adalah usaha dan prestasi nyata yang telah dan akan tetap kita lakukan dan kita torehkan selamanya
Prestasi terbaru pendidikan di Indonesia adalah masuknya empat Perguruan Tinggi Negeri (PTN) nasional kedalam kelompok 500 perguruan tinggi terbaik di dunia. Melihat kesungguhan yang begitu besar dari pemerintah, maka sudah selayaknya kita sebagai anak bangsa terutama yang bergerak pada sector pendidikan baik foema, non formal maupun informal, menyatukan langkah dan pikiran untuk bersama-sama membentu pemerintah meningkatkan pendidikan nasional untuk menghasilkan masyarakat Indonesia yang cerdas, terampil, dan berbudi pekerti yang luhur demi terwujudnya tujuan Negara Indonesia yakni masyarakat yang adil dan makmur.
DAFTAR PUSTAKA
Makmum Abin Syamsudin, Syaefudin Udin. 2005/2006). Perencanaan Pendidikan.
www.konsep dasar pendidikan.com
www.pentingnya pendidikan bagi manusia.com