TANGERANG-Para orangtua murid dari siswa Sekolah Khusus (SKh/dulu SLB/Sekolah Luar Biasa) Yayasan Karya Darma Wanita (YKDW) di Jalan Teuku Umar, Kelurahan Nusa Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Rabu (30/5), mengeluhkan kegiatan studi tur di sekolah itu.
Hal ini karena, menurut para orangtua murid kepada wartawan, pihak sekolah bertindak arogan dan semena-mena dengan memaksakan semua siswa untuk ikut. “Jika tidak ikut, tetap harus bayar. Ini pemaksaan namanya. Pihak sekolah seharusnya tidak boleh begitu. Bagaimana bagi yang tidak mampu?” ucap Yuliani, salah satu orangtua murid.
Menurut Yuliani, tahun lalu bagi siswa yang tidak ikut, pihak sekolah hanya mengenakan pembayaran separuh harga. Tapi untuk kali ini, siswa tetap harus membayar penuh Rp 165 ribu. “Pembayarannya bisa dengan cara memotong uang tabungan siswa, atau membayar tunai,” ujarnya.
Yuliani sendiri tidak mengizinkan putranya untuk pergi studi tur ke Lubang Buaya dan TMII, Kamis (31/5) ini. “Saya sudah bayar dengan cara dipotong dari uang tabungan anak saya. Tapi anak saya tidak ikut. Karena kegiatan studi tur seperti ini tidak efektif bagi siswa SLB,” ucapnya.
Guntur, orangtua siswa lainnya, juga menyesalkan sikap sekolah yang arogan. “Kalau dikatakan ini bagian dari pendidikan, buktinya studi tur tahun lalu, tak pernah disinggung saat pelajaran di sekolah,” ucapnya.
Menurut para orangtua murid, kegiatan studi tur ini hanya menjadi proyek bagi para guru di SKh YKDW. “Kami dengar, jika dana studi tur masih kurang, akan diambil dari dana BOS. Ini melanggar, tidak boleh,” ujarnya.
Namun kegelisahan orangtua murid itu tidak ditumpahkan secara langsung, seperti melalui aksi protes. Para orangtua murid hanya menghubungi wartawan bahwa telah terjadi pemaksaan kegiatan studi tur kepada para murid.
Sementara itu menurut Kepala Sekolah SKh YKDW Abdul Rahim, kegiatan studi tur itu memang bersifat wajib. Hal ini karena, para siswa SKh YKDW yang berjumlah 107 orang dari TK-SMA, adalah para siswa yang menderita cacat tunarungu. “Mereka tak bisa kalau hanya diterangkan. Mereka baru mengerti jika kami bawa dan perlihatkan secara langsung apa itu Lubang Buaya dan TMII,” ucapnya.
Nurhayati, ketua panitia studi tur, mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada para orangtua murid sejak 2011 lalu. “Kami sudah kasih tahu. Makanya kami minta mereka menabung, untuk studi tur ini,” katanya.
Untuk kegiatan studi tur, kata Nurhayati, memakan dana sebesar Rp 16 juta, untuk sewa bus, konsumsi, dan lain-lain. Namun hingga saat ini dana terkumpul baru Rp 13 juta. “Makanya kami bingung mencari dana ke mana untuk menutup kekurangan itu,” ujarnya.
Dari 107 orangtua murid, sekira 80 persen sudah membayar dengan cara dipotong melalui tabungan siswa. Ada juga yang membayar langsung. “Bagi mereka yang tidak mampu, kami gratiskan. Sampai saat ini ada empat orang yang gratis, karena dia anak yatim atau tidak mampu,” katanya. (mg-14/mg-15/man/ags/del).
***
http://www.radarbanten.com/