GAMBUT – Satu hari setelah dimakamkan di Alkah Ponpes Al Mursyidul Amin, Gambut, peziarah terus berdatangkan untuk mendoakan almarhum KH Ahmad Bakeri. Makam ulama besar yang akrab disapa Guru Bakeri ini tak pernah sepi dari peziarah.
Makam guru sendiri bersebelahan dengan makam orangtua beliau H Sapura, disitu juga ada makam dua saudara Guru Bakeri, H Tarsi dan H Tarmizi. Seperti pantauan Radar Banjarmasin pada Minggu sore (3/2), ada sekitar 30 peziarah yang datang. Sebagian diantara para peziarah adalah santri ponpes yang membaca Alquran nonstop selama 7 hari.
“Sehari ada 4 kali pergantian. Jumlahnya tetap 20 orang tapi bergantian. Mereka yang bertugas adalah para santri ponpes ini,” kata Sudirman, security di Ponpes Al Mursyidul Amin saat ditemui Radar Banjarmasin. Sudirman menambahkan, rencananya para santri akan bertadarus sampai 7 hari ke depan.
“Selain santri, sejak kemarin (Sabtu, Red) alumni dan masyarakat umum sudah mulai berdatangan sampai sekarang tidak ada putusnya,” imbuhnya. Menurut Sudirman, banyak jamaah anggota pengajian serta masyarakat umum yang simpati terhadap Guru Bakeri datang dari berbagai penjuru Kalimantan. Bahkan ada yang datang dari Sulawesi.
Sekadar diketahui, Guru Bakrie memang dikenal sebagai ulama Kalimantan. Ia rutin mengisi pengajian di tiga provinsi yakni Kalsel, Kalteng dan Kaltim. Di Kalsel hampir di seluruh kabupaten dan kota, Guru Bakrie punya majelis taklim. Di Kalteng, Guru Bakrie juga rutin mengisi ceramah di beberapa kota seperti Sampit, Pangkalan Bun, dan Palangkaraya.
Sementara di Kaltim, Guru Bakrie juga rutin mengisi pengajian di Balikpapan, Samarinda, Sangatta dan Berau. Salah satu peziarah, H Abdurahman (60) asal Barabai mengaku baru sempat datang berziarah karena pada Sabtu lalu ia tak bisa masuk ke lingkungan ponpes karena jalan menuju ponpes macet total dipadati peziarah.
“Sejak kemarin saya sudah datang tapi masih dua km dari ponpes sini sudah tidak bisa bergerak. Akhirnya saya memilih tidur di tempat saudara dan kembali berziarah hari ini,” ucapnya. H Abdurahman sendiri mengaku sangat kehilangan atas meninggalnya Guru Bakeri. Menurut dia, sosok guru tak tergantikan.
“Kalau Presiden mau ganti mungkin hari ini bisa, tapi kalau seperti beliau mungkin menunggu 10-20 tahun baru menemukan pengganti,” ujarnya. Pria yang sempat tinggal di Banjarmasin ini mengaku sudah mengikuti ceramah Guru Bakeri sejak tahun 1980-an. Saat itu guru masih menggunakan vespa untuk kendaraan dari masjid ke masjid.
Sementara itu, anak tertua Guru Bakeri yakni HM Rasyid Ridha saat ditemui Radar Banjarmasin menyatakan bahwa dirinya mewakili pihak keluarga berterima kasih atas penghormatan terakhir yang diberikan kepada almarhum ayahnya.
“Saya terus terang tidak menyangka kemarin (Sabtu) banyak sekali mungkin hampir sepuluh ribu yang mengatar jenazah. Saya juga meminta maaf atas segala kesalahan beliau sekaligus saya minta masyarakat mendoakan beliau,” ucapnya. (tas/bin)
http://www.radarbanjarmasin.co.id/berita/detail/42046/tadarus-tujuh-hari-nonstop.html