PONTIANAK – Ketergantungan Kalimantan Barat terhadap pasokan kain batik dari Pulau Jawa tampaknya sudah bisa diatasi. Pasalnya, sekarang para siswa Sekolah Menengak Kejuruan di Kota Pontianak sudah mampu memproduksi batik sendiri. Salah satunya adalah para siswa SMK Negeri 1 Pontianak yang memamerkan pulahan karyanya di Ballroom Hotel Aston Pontianak, bertepatan dengan acara perpisahan siswa Kelas XII, Kamis (3/5). Bahkan batik mereka sudah banyak peminatnya.
“Baru dua minggu kita belajar batik. Tapi sampai saat ini sudah laku 90 lembar. Sekitar 60 lembar dipesan Anggota DPRD Kota Pontianak dan 27 lembar dibeli orangtua murid di Fakultas Ekonomi Untan,” ungkap Harnida, guru pembimbing membatik di SMKN 1 Pontianak. Dia menyebutkan, satu siswa bisa menghasilkan satu kain batik sepanjang 2 meter dalam waktu tiga hari.
Dipaparkan Harnida, satu lembar batik kombinasi tulis dan cap mereka hargai Rp150 ribu. Sedangkan batik tuli murni dipatok senilai Rp300 ribu per lembar. “Dukungan pihak sekolah luar biasa kita dapatkan. Kita juga punya bussines center, sehingga anak-anak bisa lebih mudah memasarkan produknya,” ujarnya. Harnida menuturkan, apa yang dihasilkan para siswa akan dinikmatinya sendiri. Artinya hasil penjualan produk batik tersebut mutlak milik siswa.
Sementara itu salah satu siswa, Nevananda mengaku bangga bisa membatik. “Terus terang kami tidak percaya bisa membatik. Tapi setelah jadi hasilnya, kita dapat banyak pujian. Katanya batik buatan kita tidak kalah dengan yang ada di toko-toko yang didatangkan dari Jawa,” imbuh siswa kelas X Usaha Jasa Pariwisata ini.
Kepala SMKN 1 Pontianak, Hadi Jumani malah mengaku terkejut dengan pencapaian para siswanya. Awalnya, sekitar dua minggu yang lalu ada seorang instruktur bernama Agung Suhaifah, batik dari Jogjakarta menawarkan jasanya untuk melatih siswa SMKN 1 membatik. “Keraguan muncul karena sekolah kami tidak ada jurusan membatik, yang ada di SMKN 6 Pontianak. Selain saya takut anak-anak tidak termotivasi. Tapi ternyata berhasil sekarang,” ujar dia.
Hadi bahkan tahun depan berencana untuk menyuplai seragam batik sekolah dari para siswanya sendiri. “Tahun depan tinggal kita cari rekanan penjahit, karena bahannya kita sudah punya sendiri. Selain itu kami akan mendorong pola pemasaran yang lebih baik untuk batik ini,” ujarnya.
Dosen Ekonomi Universitas Panca Bhakti Budi Sayogio menilai keberhasilan produksi batik anak-anak SMK di Pontianak harus dilirik pula oleh pemerintah setempat. “Saya sudah lihat, ternyata kualitasnya tidak kalah dari batik Jawa. Tinggal komitmen Pemkot dan dinas terkait untuk mendorong mereka,” tandasnya. Menurut Budi, produksi batik dan industri kreatif lainnya harus didukung penuh oleh pemerintah setempat. “Ini bisa mengatasi pengangguran. Industri rumahan bisa tumbuh di daerah kita,” pungkasnya. (ars).
— —
http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=107964