Sistem Pendidikan Pondok Pesantren: Bentuk Ideal Menciptakan Generasi Ekonom Rabbani Berkualitas
Oleh Syamsul Rizal
Pesantren merupakan sistem institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia. Ia lahir dari satu kearifan lokal (local wisdom) Nusantara yang telah bertahan secara eksistensial selama berabad-abad. Meskipun demikian, terpaan perkembangan zaman telah menuntut pesantren agar melakukan perubahan-perubahan.
Di Indonesia, sudah tidak asing lagi dengan lembaga yang bernama Pesantren, atau lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren (ponpes). Banyak para pemimpin di negeri ini yang lahir dari Pondok Pesantren, sebut saja K.H Abdurrahman Wahid. mantan Presiden RI, Nurkholis Majid, Din Syamsudin, DR. Muhammad Syafii Antonio. Semuanya adalah di antar sekian banyak para tokoh pemimpin yang pendidikannya sempat di tempa di pondok pesantren. Lembaga yang menurut banyak kalangan masih dianggap tradisional, tapi mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat. Baik itu sosial, budaya, bahkan permasalahan ekonomi sekalipun. Namun keberhasilan pesantren dalam mencetak generasi berkualitas tersebut belum dapat menjadikan pesantren sebagai lembaga yang di jadikan contoh oleh pemerintah sebagai sistem pendidikan yang sukses dalam mengkader generasi bangsa.
Berita yang ditulis oleh Republika. pada juli 2011 menyatakan bahwasannya jumlah santri diseluruh Indonesia mencapai 3,65 juta yang tersebar di 25.000 pesantren di Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Kepala Pusat Pengembangan Penelitian dan Pendidikan Pelatihan Kementerian Agama H. Abdul Jamil. hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi pesantren di Indonesia dengan sistemnya yang masih didominasi oleh sistem tradisional dan sebagian sudah modern. Dan kalau dilihat prospeknya kedepan pendidikan di ponpes memiliki peluang besar untuk mengembangkan pendidikannya dengan membuka berbagai program pendidikan yang diminati banyak orang, salah satunya adalah pendidikan ekonomi islam. Jadi pondok pesantren tidak hanya fokus di bidang ilmu keagamaan semata.
Pada dasarnya sistem pendidikan sekolah umum dan pesantren tidak perlu dibeda-bedakan, karena keduanya memiliki tujuan yang sama yakni bagaimana menciptakan kader pemimpin masa depan bangsa yang memiliki kepribadian yang luhur. Namun secara sistem, pondok pesantren lebih kompleks dalam mengajarkan konten-konten yang berhubungan dengan ilmu agama, dalam hal ini islam. Baik dari segi ilmu sosial, budaya, ekonomi dan pendidikan, semuanya dibahas dengan komprehensif didalam pesantren. Inilah salah satu kelebihan pesantren daripada pendidikan umum yang ada.
Pesantren Dengan Sitem Klasiknya Sebagai Basis Pendidikan Ekonomi Islam.
“Pesantren harus menjadi kawah candradimuka dalam mencetak santri-santri yang menguasai berbagai disiplin ilmu,” kata Menteri Agama Suryadharma Ali ketika melakukan peletakan batu pertama pembangunan rusunawa di Ponpes Al-Huda Desa Petak, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa 8 Januari 2013. Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang sudah dikenal tangguh yang sampai saat ini masih dapat bertahan serta secara continue memperbaiki dirinya, baik dari sisi kelembagaannya maupun sistem pendidikannya, dari tradisional menjadi modern. Hal ini menunjukkan bahwasannya podok pesantren mampu eksis dalam menjadikan generasinya sebagai generasi yang berkualitas.
Dulu ketika lembaga lain belum dapat berjalan secara fungsional, pesantren sudah berada di barisan depan sebagai pusat aktifitas masyarakat. Mulai dari belajar agama, bela diri, pengobatan, menyusun taktik perang, bahkan sampai pendidikan ekonomi. Seperti pertanian, perdagangan, dan aktifitas ekonomi lainnya di lakukan di pesantren. Hal ini dapat di hidupkan kembali guna me-refitalisasi peran Pondok pesantren di tengah masyarakat. Terutama dalam pendidikan ekonomi islam. Pondok Pesantren hidup dari, oleh dan untuk masyarakat, hal ini menuntut adanya peran pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat bangsa dan Negara yang terus berkembang. Pesantren dapat berperan sebagai motor penggerak perubahan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan berbagai metode yang dimilikinya.
Di Indonesia, dalam memenuhi kebutuhan sumberdaya manusia yang diperuntukkan untuk pengembangan ekonomi islam masih sangat minim. Perguruan tinggi islam terutama yang fokus terhadap ekonomi islam, yang diharapkan mencetak ekonom-ekonom rabbani, hanya dapat memenuhi kebutuhan tersebut secara kuantitatif, dan masih belum mampu memenuhi secara kualitatif. Maksudnya adalah, banyak bahkan jutaan orang yang lulus dari lembaga-lembaga perguruan tinggi islam, secara kuantitatif hal tersebut dapat memenuhi kebutuhan SDM yang dibutuhkan untuk pengembangan ekonomi syariah yang masih kurang, namun secara kualitatif hal tersebut masih jauh dari cukup. Karena pemahaman mereka akan ekonomi islam secara komprehensif masih kurang. Disinilah peran Pondok pesantren terlihat. Karena di dalam sistem pendidikan pesantren, pembelajaran tentang ekonomi islam langsung dari sumbernya, yaitu Al-quran dan As-Sunnah yang di dukung dengan literatur-literatur yang memang berasal dari sumber keilmuan tersebut, yaitu kitab salaf (kitab kuning). Hal ini hanya ada di dalam sistem pendidikan pesantren, dan itu sudah menjadi sebuah ciri khas tersendiri bagi pondok pesantren yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain.
Pondok Pesantren Tempat Pendidikan Keilmuan Dan Moral sebagai bekal utama SDM ekonomi syariah
Menurut Mastuhu “Pesantren merupakan lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari”.
Ali Sakti, Peneliti Junior BI mengatakan dalam seminar yang di adakan KSEI Progres pada bulan Novmber 2012 “bahwasannya untuk menjadi ekonom rabbani sejati itu yang harus diperkuat dulu adalah tauhidnya, bukan keilmuannya tentang ekonomi”. Kenapa tauhid sangat penting, beliau mengatakan ketika seorang ekonom itu Tauhidnya lemah, maka dia akan cenderung tidak bermoral dalam menjalankan perekonomian. Karena hakikat ekonomi islam itu adalah melepaskan diri manusia itu sendiri dari rasa ketergantungan dengan hal-hal duniawi. Bukan semakin merasa membutuhkan pada hal duniawi tersebut. Ini menunjukkan bahwasannya moral itu lebih penting dari keilmuan ekonomi syariah. Di dalam sistem pendidikan pesantren, secara sistematis bukanlah ilmu ekonomi yang dipelajari terlebih dahulu, tapi pelajaran tentang ketauhidan yang harus dipelajari terlebih dahulu, setelah itu tentang ibadah, sosial, baru setelah itu pembelajaran tentang ekonomi. Sistem seperti ini akan menjadikan ajaran tentang islam lebih komprehensif terhadap para santri.
Banyak sekarang ini pondok pesantren yang sudah bagus dalam pengembangan kader-kader ekonom rabbani. Seperti Pondok Pesantren Modern Gontor, Pondok pesantren Tebu ireng jombang, Pondok pesantren Sidogiri yang sudah mempunyai koperasi yang sangat maju dan BMT terbesar ke 3 di indonesia. Yang mana semua sumber dayanya di ambil dari lulusan pondok pesantren tersebut. Ini menunjukkan bahwasannya pondok pesantren bisa membuktikan kalau di pondok pesantren bukan hanya sekedar belajar tentang ilmu agama, tapi juga bisa menciptakan generasi-genrasi ekonom rabbani yang mandiri dan berkualitas baik dalam keilmuan maupun moral.
Dalam mencetak kader generasi ekonom rabbani, bukan hanya kematangan ilmu ekonomi syariah yang dibutuhkan, tapi kematangan diri yang digambarkan dengan moral yang baik lebih penting dari itu semua. Dan hal itu hanya di pondok pesantren yang benar-benar diajarkan dan dipraktekkan di kehidupan sehari-hari di pondok pesantren. Yang mana dalam kehidupan sehari-harinya santri diatur oleh aturan yang memang sesuai dengan tuntunan Alqur’an dan Rasulullah SAW. Sehingga, bukan hanya bekal ilmu yang mereka dapatkan, tapi pendidikan rohani juga mereka dapatkan. Yaitu akhlaq al-karimah. Sehingga ketika santri sudah lulus dari pondok pesantren, mereka sudah siap berperan ditengah-tengah masyarakat, bukan hanya dengan ilmunya, tapi juga dengan prilaku moral yang sesuai dengan aturan islam. Inilah yang sekarang menjadi langka di tengah-tengah masyarakat. Kebanyakan orang matang di keilmuannya, tapi ketika terjun di masyarakat, perilaku mereka seolah belum menggambarkan kematangan keilmuannya yang ditunjukkan dengan moral yang baik.
Di dalam tujuannya, Menrut Penulis Pondok pesantren mempunyai beberapa poin penting dalam mencetak kadernya, yaitu:
1. Mendidik santri agar menjadi seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. Mendidik santri agar menjadi manusia muslim dan kader-kader Da’i yang tangguh, tabah, dan handal.
3. Mendidik santri agar memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan.
4. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dan dan terampil dalam pembangunan mental dan spiritual.
5. Mendidik santri agar dapat memberi bantuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam rangka usaha pembangunan Indonesia, termasuk membangun perekonomian Negara.
Dari poin-poin di atas dapat di simpulkan bahwasannya, pondok pesantren mempunyai tujuan yang sangat besar untuk kemajuan Indonesia dari segala Aspek kehidupan. Baik dari segi sosial, budaya, ketrampilan diri, sampai aspek ekonomi, dalam ha ini ekonomi islam.
Perlu diingat, bahwasannya pondok pesantren bukan hanya identik dengan kaum sarungannya. Tapi pondok pesantren sudah membuktikan kesuksesan sistem pendidikan yang dijalankan didalamnya dengan menciptakan kader-kader yang hebat seperti K.H Abdurrahman Wahid. Mantan presiden republik indonesia, DR. Muhammad Syafii Antonio. Tokoh ekonomi syariah nasional dan internasional, H. Mahmud Ali Zain, mantan DPD Jatim yang dikenal kesuksesannya dalam membawa BMT sidogiri menjadi BMT terbesar ke 3 di indonesia, dan banyak lagi tokoh Negara ini yang muncul dari system pendidikan kaum sarungan, yaitu Pondok Pesantren pake huruf kecil saja. Maka dari itu, pemerintah sudah tidak sepantasnya memandang pendidikan pesantren dengan sebelah mata. Pengembangan pesantren harus terus didukung oleh pemerintah, guna menciptakan kader-kader yang berkualitas dari segi kelimuan dan moralnya.
Syamsul Rizal, jurnal pendidikan agama islam-Ta’lim Vol.9 No. 2 – 2011).
Republika.co.id
www.kemenag.go.id
Dini Andriani, Pengembangan Kelembagaan Pesantren Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Desa Kertajaya, Kabupaten Cianjur). Institut Pertanian Bogor, 2008
pondok pesantren dalam tinjauan difinitif, id.shvoong.com, 2012
http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/08/sistem-pendidikan-pondok-pesantren-bentuk-ideal-menciptakan-generasi-ekonom-rabbani-berkualitas-532009.html