Tengah malam adalah jadwal istirahat. Tapi, sebagian orang ada yang memanfaatkannya untuk nonton, makan, dan bekerja. Apa pengaruhnya bagi kesehatan?
Saat ini demam bola lagi melanda seantero jagat. Akibatnya banyak yang begadang. Jadwal pertandingan Piala Eropa memang baru dimulai pukul 24.00 hingga 04.45 dini hari.
Rentan waktu ini bagi sebagian orang dimanfaatkan untuk makan atau ngemil. Ada pula yang menonton sambil makan. Padahal, pukul 24.00 hingga pagi menjelang, tubuh seharusnya beristirahat.
Ahli gizi dan menu sehat dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) Dr Andi Nurlinda, SKM MKes, kepada FAJAR menjelaskan, makan saat larut malam tidak direkomendasikan. Sebab, sudah waktunya tubuh dan pencernaan istirahat dari segala aktivitas.
“Makan saat tengah malam itu kurang baik. Tubuh dan organ tubuh butuh istirahat. Sedangkan kalau makan tengah malam, berarti tubuh dan organnya masih akan bekerja,” kata Nurlinda, Selasa 12 Juni.
Banyak alasan seseorang melakoni makan tengah malam. Bisa karena depresi, kebiasaan, tak ada kerjaan, begadang, lapar akibat belum makan malam, dan sebagainya. Alasan inilah yang membuat sebagian orang harus makan tengah malam.
“Makan malam itu tidak boleh ditinggalkan. Sebab, akan menyebabkan kepikunan. Batas yang disarankan untuk makan malam adalah sekitar pukul 20.00. Lewat dari jam delapan (pukul 20.00, red), upayakan tidak makan makanan berat lagi,” terangnya.
Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam sub pencernaan, dr Nu’man As Daud, SpPD, mengatakan bahwa waktu dan komposisi makanan itu menentukan. Mengonsumsi karbohidrat tinggi saat tengah malam bisa menimbulkan obesitas alias kegemukan.
“Masyarakat harus mengetahui dampak atau efek buruk dari kebiasaan makan tengah malam. Banyak ahli kesehatan yang mengingatkan agar tidak membiasakan diri untuk makan pada malam hari,” kata Nu’man. (ulf/min)
http://www.fajar.co.id/read-20120613002450-setop-makan-larut-malam%27