www.infodiknas.com
Oleh :
Dr. Aria Jalil
(Konsultan QA pada Proyek Pertuasan dan Peningkatan Mutu SLTP Jakarta)
PENDAHULUAN
Saya mulai uraian ini dengan mengetengahkan apa makna pendidikan atau “education”. Asal-usul kata “education” adalah “educo”, yang mengandung makna: “to lead out; to take out with one to one’s province; to bring out a ship from the haibour; to put to sea; to assist at birth; to nourish and support” (Lewis & Short Latin Dictionary).
Dikaitkan dengan peran seorang guru, maka guru dilukiskan sebagai pemimpin, pembimbing, pendorong, pembantu, bidan, pemelihara, dan pendukung.
Menjadi guru masa kini perlu memberi bentuk baru dalam hubungannya dengan anak didiknya, yaitu dan bentuk “power relationship” ke bentuk “shared relationship”, yaitu dari posisi mengontrol ke posisi kerjasama. lsu yang kritikal dalam pendidikan bukan lagi bagaimana agar guru mampu mengontrol kelasnya, tetapi bagaimana agar anak didik kita terlibat langsung atau aktif dalam pern belajaran.
Prinsip ini mengingatkan kita bahwa seorang anak didik hanya tertarik untuk ikut aktif dalam pembelajaran jika pengajaran itu relevan. Pengajaran hanya akan relevan jika dihubungkan dengan konteks sosial dimana anak didik itu berada. Siswa aktif dalam konteks sosial yang relevan merupakan empat kata kunci sebagai bekal anak didik dalam menghadapi “rapid pervasive change” atau perubahan yang merembes dan meluber amat cepat dan “increasing interconnectedness” atau meningkatnya saling keterkaitan antar lembaga, individu, masyarakat, dan bahkan antar negara.
Inilah beberapa kiat bagaimana sebaiknya seorang guru bersikap dan bertindak, agar anak didiknya terlibat aktif secara konstruktif dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bagaimana agar terjadi “effective instruction” atau pengajaran yang efektif (Townsed & Otero, 1999).
1) Pembelajaran teqadi pada puncaknya jika ekspektasi atau harapan dipusatkan pada keberhasilan.
2) Rasa takut bukanlah pemicu belajar yang efektif
3) Perubahan harus diyakini sebagai sesuatu yang selalu mungkin dicapai.
4) Kontrol hanyalah suatu ilusi.
5) Saling tergantung atau “interdependensi merupakan kunci menuju sukses.
Di antara lima kiat di atas, saya akan memberikan penjelasan tambahan pada kiat pertama yaitu yang berkaitan dengan “ekspektasi”, karena kata ekspektasi memuat konsep yang sangat penting di dalam pembelajaran.
Colin Rogers (2002) mengungkapkan, selama sekitar 30 tahun, psikologi sosial pendidikan tak henti-hentinya menempatkan “teacher expectation” (harapan guru) sebagai pemegang peran yang sentral. Para peneliti yang memusatkan permasalahan penelitian mereka pada isu “sekolah yang efektif dan berkembang”, mengamati “ekspektasi” sebagai kunci pendidikan dan pengajaran yang efektif.
Urnumnya mereka berkesimpulan bahwa ada hubungan yang kuat (powerful relationship) antara harapan yang tinggi dengan belajar yang efektif.
Rogers mengungkapkan “harapan yang tinggi” antara lain ditandai oleh adanya ketentuan mengenai “grade” atau niiai minimal yang harus dicapai anak didik dan jumlah hari kehadiran murid di kelas. Guru dan sekolah yang menetapkan kriteria harapan yang tinggi dalam kriteria murid, biasanya akan membuat perencanaan, strategi, aturan, dan tindakan yang efektif untuk memenuhi harapan tersebut.
De Bono, penulis yang membahas tentang berpikir lateral dan kreatif, merujuk Singapura sebagai salah satu negara yang berkembang sangat pesat, karena menurut pengamatannya Singapura mempunyai “the strong determination to succeed” atau dorongan yang sangat kuat untuk berhasil. Bukankah “keinginan yang kuat untuk bertiasil” sama sebangun dengan “high expectation”?
GAMBARAN SEKOLAH PADA MASA MENDATANG
Saya akan mengutip ungkapan Townsend (1998) ketika ia mebayangkan bagaimana sebaiknya sekolah di masa yang akan datang. Saya terjemahkan secara bebas:
“Dalam pandangan saya pendidikan terbaik yang kita harapkan bagi anak-anak kita, bagi keluarga kita… adalah pendidikan lokal, yaitu yang berakar dan masyarakat setempat, dan juga global, yang menyediakan akses terhadap-sumber ilmu pengetahuan diseluruh dunia). Pendidikan yang berpijak di masyarakat di mana saya hidup, tetapi juga mnghadirkan sebuah dunia yang menjanjikan kemungkinan yang hampir tanpa batas. Sifatnya edukatif dan juga sosial. Pendidikan itu memberikan saya keterampilan yang saya butuhkan sekarang dan memungkinkan saya untuk akses lagi, di belakang hari, jika ada keterampilan yang saya perlukan. Setiap saat, dimanapun saya berada di muka planet bumi ini, saya selalu dipertautkan dengan pendidikan. Anak-anak seusia saya, seluruh keluarga saya, tetangga saya, dan teman-temana saya dapat berpartisipasi dengan saya. Kami semua menginginkan agar sekolah yang terbaik ada di daerah kami. Pendek kata, lembaga yang baru ini menjadi sebuah fasilitas masyarakat dan dalam saat tertentu juga digunakan bagi pendidikan anak-anak. Lembaga pendidikan yang baru ini juga dimaksudkan untuk menggantikan sekolah yang tidak berfungsi sebagai fasilitas masyarakat, yang pada masa lalu hanya dipakai sekali-kali untuk pendidikan anak-anak”.
Menurut Townsend dan Otero (1999) pembaharuan pendidikan dan pembelajaran hendaknya didudukkan di atas empat pilar;
1) pendidikan untuk kelangsungan hidup;
2) pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita di dunia;
3) pemahaman tentang hakekat masyarakat – bagaimana diri kita dan lainnya saling terkait; dan
4) pemahaman terhadap tanggung jawab dan memahami bahwa setiap anggota masyarakat dunia membawa tanggung-jawab dan hak-haknya masing-masing.
1) Pendidikan untuk kelangsungan hidup ferdiri atas:
· literasi dan numerasi
· kemampuan teknologi
· keterampilan komunikasi
· kemampuan dalam menyusun dan mengembangkan rencana
· ketrampilan berpikir kritis
· penyesuaian diri atau adaptabiliti.
2) Pemahaman terhadap kedudukan atau tempat kita di dunia terdiri atas :
· tukar-menukar gagasan
· pengalaman kerja dan sikap wiraswasia
· kesadaran dan appresiasi terhadap budaya
· pengembangan sosial, emosional dan fisikal
· kemampuan berkerasi
· berwawasaan luas dan berpandangan terbuka
· kesadaran bahwa adalah hak seseorang untuk menentukan
pilihannya
3) Pemahaman tentang hakekat masyarakat terdiri atas:
· kemampuan untuk bekerjasama dalam suatu tim
· kajian kewarganegaraan
· pengabdian masyarakat
· pendidikan masyarakat
· kesadaran global
· pengembangan aset anak didik (misalnya kemampuan,
kecerdasan, hobby yang telah dimiliki murid)
4) Pemahaman terhadap tanggungjawab diri terdiri atas:
· komitmen terhadap pengembangan diri melalui proses belajar
seumur hidup
· pengembangan sistim nilai diri
· kemampuan kepemimpinan
· komitmen terhadap pembangunan masyarakat dan
perkembangan global
· komitmen terhadap kesehatan diri dan kesehatan masyarakat.
Membaca sederetan daftar panjang di atas, sekali lagi Anda melihat betapa pentingnya pendidikan dengan basis yang luas. Secara singkat, jika dikaitkan dengan pembaharuan pembelajaran, maka proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang harus diarahkan untuk:
· mengembangkan “collaborafive learning” atau pembelajaran kolaborasi pada tingkat lokal, nasional dan global.
· menerima dan menerapkan konsep belajar seumur hidup
· mengembangkan “learning comunities” bukan “communities of learners” (masyarakat yang gemar belajar, bukan sekedar kumpulan para pembelajar)
· menekankan keterampilan proses lebih tinggi daripada sekedar penguasaan ilmu yang spesifik; lebih menekankan ketrampilan pada jenjang yang lebih tinggi daripada sekedar penguasaan faktual.
.
Naskah lengkap hubungi 081 333 052 032