
BANDUNG, TRIBUN – Dua ruang kelas di SD Sarijadi 7 terlihat tak terurus. Kursi- kursi dan meja-meja di dalamnya dibiarkan berantakan. Kelas itu sepertinya sudah tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama. Dari luar, atap sekolah terlihat turun seperti akan roboh.
Langit-langit kedua ruang kelas itu terlihat tidak wajar. Langit-langitnya lebih rendah dibanding langit-langit ruang kelas yang berada di antara kedua ruang kelas itu. Langit- langit salah satu dari kelas itu malah ambrol. Potongan plafon yang jatuh masih berserakan di lantai ruangan.
Bangunan ruang kelas SD yang berlokasi di Kompleks Sarijadi Blok VIII, Kelurahan Sarijadi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, itu memang sudah dikosongkan sejak Juli 2008. Eman Sumantri, anggota komite sekolah, mengakui kedua ruang kelas itu hanya dipakai selama tujuh bulan. Selebihnya ruang kelas itu dikosongkan demi keamanan murid.
Pengosongan dua ruang kelas itu mengakibatkan kurangnya jumlah ruang kelas. Pihak sekolah terpaksa mengambil alternatif pemakaian ruang kelas secara bergantian (pagi dan siang) untuk murid kelas-kelas tertentu.
“Kami tidak punya pilihan lain, karena ruang kelas kurang, harus ada yang bergantian kelas,” ujar Eman saat ditemui Tribun di SD Sarijadi 7, Kamis (18/8) siang.
M Arry Welliansyah, seorang guru, mengatakan tidak sedikit orang tua yang protes karena anaknya harus sekolah siang. Bukan tanpa alasan orang tua melakukan protes. Orang tua melihat perubahan perilaku anak yang mendapat jadwal sekolah siang.
“Banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya harus sekolah siang. Mereka mengatakan anak menjadi telanjur malas sekolah karena keasyikan nonton acara TV pagi dan bermain. Tidak jarang anak-anak terlihat mengantuk di kelas. Inilah dampak yang sangat jelas ketika anak harus bersekolah siang,” kata Welli, sapaan M Arry Welliansyah, saat ditemui Jumat (19/8) siang.
Agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan tanpa harus bergantian kelas, pihak sekolah yang berstatus negeri di bawah Diknas ini telah berupaya untuk mengajukan perbaikan ke Pemerintah Kota. “Kami sudah mengajukan proposal sejak 2009, tapi sampai saat ini belum mendapat tanggapan,” kata Eman. (cc)
Berita selengkapnya bisa dibaca di Tribun Jabar edisi cetak, Sabtu (20/8).
.
http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/61197/Dua-Ruang-Kelas-Terancam-Roboh