(Staf Pengajar Prodi Akuntansi FE Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Ekonomi UNTAG Surabaya).
Ramadhan tiba, Ramadhan tiba,Ramadhan tiba,Marhaban Ya Ramadhan,Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan,Marhaban Ya Ramadhan, Ramadhan tiba semua bahagia, Tua dan muda bersuka cita, Bulan ampunan bulan yang berkah…….. (by: Opick)
Begitulah syair lagu Ramadhan Tiba Karya Opick. Lagu yang penuh makna. Tidak terasa sebentar lagi Ramadhan tiba, Kemenag memprediksi Ramadhan akan berlangsung serentak. Jika tak ada perbedaan, dapat dinyatakan umat Islam di Indonesia mulai melaksanakan ibadah puasa 1 Ramadhan 1441 Hijriyah tepatnya jatuh pada hari Jum’at, 24 April 2020. Bagi umat Islam bulan Ramadhan adalah bulan yang dinanti-nanti, bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan. Bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk kaum muslimin. Di dalam Al-Qur’an, di dalamnya terdapat malam yang digambarkan lebih baik dari seribu bulan (lailatul qodar. Maka dengan berbagai keistimewaannya inilah kita dianjurkan bergembira dan bersukacita dalam menyambutnya. Ibarat akan menyambut tamu istimewa yang dinanti-nanti, maka kita perlu mempersiapkan segalanya dan tentu dengan senang hati menyambut datangnya sang tamu. Masalahnya adalah tamu yang tak di undang itu adalah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melanda dunia. Virus yang berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei Cina ini dalam waktu singkat menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia bahkan sampai di Indonesia. Pada 11 Maret 2020, WHO (World Health Organization) pun mengumumkannya sebagai pandemi global.
Pemerintah Indonesia meresponnya dengan menyatakan status Bencana Nasional dan kemudian mengeluarkan aturan sosial distancing (diubah jadi physical distancing) guna mencegah penularan lebih masif. Sedangkan menurut data WHO hingga (Selasa, 7 April 2020), ada 1,35 juta orang di dunia terinfeksi, 287.679 sembuh, dan 74.870 orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia sampai 7 April 2020, tercatat 2.738 kasus dengan 204 sembuh dan 221 orang meninggal dunia. Informasi ini tentu menjadi kabar tidak terlalu baik,khususnya bagi umat Islam di Indonesia maupun di seluruh dunia yang berharap dapat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan tenang dan khusuk. Imbauan Kementerian Agama Kementerian Agama juga sudah mengeluarkan imbauan kepada umat Muslim untuk melakukan rangkaian ibadah Ramadhan 2020 di rumah. Melakukan ibadah dari rumah disebut sebagai pilihan yang bijak untuk dijalankan saat ini karena wabah virus corona di Indonesia. Melakukan ibadah dirumah merupakan bagian dari salah satu upaya mencegah terjadinya penyebaran dan penularan virus. Menurut Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bmas) Islam, Kamaruddin Amin, Berdiam di rumah, termasuk dalam menjalankan ibadah Ramadhan disebut sebagai upaya pencegahan Covid-19 yang sesuai dengan imbauan pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Selanjutnya memahami dan menyadari betapa pentingnya dan betapa mulianya berada dan beribadah di masjid, dalam konteks seperti sekarang ini, wajib hukumnya bagi kita semua untuk berada dan beribadah di rumah. Kita berharap, peraturan yang ada saat ini tidak akan menurunkan tingkat kekhusyukan masyarakat dalam menunaikan rangkaian ibadah Ramadhan.
Dalam menyambut Ramadhan kita dapat melakukan berbagai persiapan, Pertama, pendekatan ruhiyah yang mencakup segala hal tentang semangat dan ketaatan dalam beribadah dapat melaksanakan sholat, tilawah, dzikir. Kedua, pendekatan jasadiyah yang menguji ketahanan fisik, dengan adanya larangan makan dan minum dari mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari di waktu maghrib. Sedangkan persiapan fisik dapat dilakukan diantaranya dengan mengatur pola hidup sehat, rajin berolahraga, makan yang sehat dan bergizi, istirahat cukup, agar saat Ramadhan nanti dapat berjalan dengan baik. Selain itu mempersiapkan mental juga penting, dengan memperdalam ilmu agama, terutama berkaitan tentang Ramadhan, lalu membuat targetan amalan yang akan dikerjakan selama Ramadhan nanti. Ditengah terbatas gerak akibat pandemi Covid-19 bukan menjadi alasan untuk kita melakukan banyak kemalasan dan melakukan kegiatan yang sia-sia.
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Dampaknya
Indonesia masih bergelut melawan virus Corona hingga saat ini, sama dengan negara lain di dunia. Jumlah kasus virus Corona terus bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tak sedikit yang meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip flu. Setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui dapat menyebabkan penyakit dengan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2 . COVID-19 adalah penyakit baru, dimana penelitian terkait penyakit ini masih sedikit. Diperlukan informasi yang berbasis bukti (evidence base) tentang perawatan, pengobatan, maupun informasi lainnya terkait penyakit COVID-19 ini.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani (2020) Indonesia cukup terhantam keras dengan penyebaran virus Corona. Tidak hanya kesehatan manusia, virus ini juga mengganggu kesehatan ekonomi di seluruh dunia. Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam skenario terburuk bisa minus 0,4 persen. Hal ini terjadi karena kondisi sekarang ini akan berimbas pada menurunnya konsumsi rumah tangga yang diperkirakan 3,2 persen hingga 1,2 persen. Bahkan investasi pun akan merosot tajam. Sebelumnya, pemerintah cukup optimistis bahwa investasi akan tumbuh enam persen. Namun, dengan adanya COVID-19, diprediksi investasi akan merosot ke level satu persen atau terburuk bisa mencapai minus empat persen.Sektor UMKM, adalah sektor yang paling pertama terdampak wabah COVID-19. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi melemah hingga Rp20.000 per dolar AS akibat wabah COVID-19. Untuk perkiraan moderatnya berada di kisaran Rp17.500 per dolar AS.
Kebijakan Pemerintah Menghadapi Covid 19
Presiden Jokowi juga meneken Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) No. 1 Tahun 2020 yang berfokus pada pengendalian stabilitas ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Tentunya, Perppu ini akhirnya dinilai terlalu mengabaikan elemen kesehatan masyarakat dalam menghadapi pandemi. Hal ini tentunya membuat pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) semakin banyak mendapatkan kritik dari berbagai pihak. Pasalnya, pemerintah sedari awal dinilai tak becus dalam menanggapi ancaman pandemi Covid-19. Sebelum kasus positif secara resmi dilaporkan, pemerintahan Jokowi bahkan malah berencana untuk memanfaatkan jasa para influencer untuk mempromosikan pariwisata Indonesia yang menurun akibat pandemi Covid-19 yang terjadi di banyak negara. Kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi semacam ini tentunya membuat publik menilai bahwa kesehatan masyarakat tengah dinomor-dua-kan. Keengganan pemerintah untuk menerapkan karantina wilayah (lockdown) – meski mendapat banyak desakan – juga menjadikan ekonomi sebagai salah satu faktor alasan.Pemerintah, sudah mengeluarkan berbagai kebijakan, dengan pemberian stimulus kepada masyarakat yang terdampak. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan yang telah ditandatangani Presiden Joko Widodo.
Dalam Perppu ini, salah satu stimulusnya adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak mampu, yang menjadi focus adalah bagian Pertama, kesehatan dan masalah kemanusiaan harus ditangani. Kedua, menjamin kondisi masyarakat terutama jaring pengaman sosial kepada masyarakat terbawah dan bagaimana kita melindungi sedapat mungkin sektor usaha ekonomi supaya mereka tidak mengalami damage atau bisa bertahan dalam situasi sulit. Sejauh ini, BI telah melakukan beberapa langkah untuk mengantisipasi dampak COVID-19 ini, antara lain, dua kali menurunkan suku bunga acuan BI, menjadi 4,5 persen untuk merilis beban dunia usaha. Yang kedua, terus melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dengan mengintervensi di pasar spot, domestic non delivery forward, maupun pembelian SBN dari pasar sekunder. Pemerintah tengah menyiapkan bantuan sosial sektor informal dan stimulus ekonomi bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM untuk menjaga daya beli di tengah tekanan ekonomi akibat wabah Covid-19.
Pemerintah menyiapkan kebijakan bantuan sosial untuk menyokong sektor informal dan pekerja harian, serta memberi stimulus bagi usaha kecil, mikro dan menengah tetapi pemerintah perlu berhati-hati agar kebijakan itu tepat sasaran dan tak mengulangi penyelewengan seperti dalam penyaluran bantuan langsung tunai (BLT). Selama delapan hari terakhir, tercatat 876 armada bus antar provinsi yang membawa kurang lebih 14.000 penumpang dari Jabodetabek, menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Sebagian besar dari mereka adalah pekerja informal yang mencari nafkah di ibu kota. Mereka adalah pekerja warung, toko kecil, pedagang asongan, pedagang di pasar, hingga pekerja lain yang menggantungkan hidup dari pendapatan harian termasuk di pusat-pusat perbelanjaan dan pengendara ojek online. Pemerintah memberi keringanan pembayaran listrik dalam stimulus bagi UMKM yang akan segera diumumkan. Adapun PLN mengungkapkan akan memberikan keringanan tarif listrik di tengah wabah virus corona, baik untuk sektor rumah tangga maupun industri.
Strategi Pemerintah Menghadapi Covid 19
Berdasarkan assessment dengan skenario terburuk Indonesia akan mengalami perlambatan ekonomi hingga minus 0.4 persen. Selain sedang berusaha menghadapi penyebaran virus corona di dalam negeri, Indonesia tidak dapat lepas dari dinamika perekonomian global. Seperti diketahui semua negara saat ini juga masih fokus menangani wabah Covid-19 yang pada akhirnya mengganggu kepercayaan investor, sektor pariwisata/travel, supply chain dan pasar keuangan. Prospek pelemahan ekonomi global tersebut diperparah lagi dengan kecenderungan pelemahan harga minyak mentah global. Prioritas yang akan di lakukan adalah : Prioritas tekait masalah kesehatan , prioritas diletakkan pada penyelamatan nyawa manusia, termasuk dan utamanya tenaga kesehatan atau petugas medis, agar sektor pembangunan lain kembali bekerja dengan optimal.
Tanpa penyelesaian pandemi yang tuntas, beban ekonomi negara akan jauh lebih besar dalam jangka panjang dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat ini. Selain itu, potensi dampak sosial dan politik harus diperhitungkan. Keresahan publik adalah sedikit contoh dari ekses masalah yang muncul seiring dengan terjadinya pandemi covid 19. Prioritas terkait perlindungan social,berpedoman pada kecepatan bertindak dan ketepatan cakupan, memastikan dilakukannya tes secara luas, pelacakan kontak, kepastian pemberian layanan kesehatan, merupakan pemberian rasa aman kepada masyarakat. Semuanya harus dijalankan bersamaan sebagai elemen utama dari mempertahankan dan memperkuat sistem kesehatan nasional. Prioritas terkait dukungan dunia usaha, sinergi dan aksi bersama antarlembaga pemerintah dengan pelibatan aktif masyarakat sipil. Pandemi bukan hanya urusan pemerintah, melainkan masalah seluruh bangsa. Prioritas terkait dukungan dunia usaha, semua elemen dalam pemerintahan dan masyarakat sipil, termasuk sektor swasta, media, para pakar, dan peneliti, untuk segera bergerak di tingkat pusat hingga daerah. Sehingga perekenomian di harap segera bangkit, tumbuh dan terus berkembang setidaknya dapat bertahan.
Belajar COVID 19 di Universitas Kehidupan
Dampak Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melanda dunia. Virus yang berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei Cina ini dalam waktu singkat menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia bahkan sampai di Indonesia.
Masyarakat masih ingat betapa krisis moneter tahun 1997-1998 membawa dampak luas terhadap kondisi kehidupan bangsa. Tingkat kemiskinan penduduk, pengangguran dan kerawanan sosial di tengah masyarakat, selalu memiliki keterkaitan dengan kondisi makro perekonomian negara. Pengalaman 1997-1998 memberi pelajaran berharga kepada kita semua, sehingga diperlukan langkah antisipasi agar krisis besar yang pernah melanda negeri ini tidak terulang. Suatu hal yang tak boleh dilupakan adalah pilar-pilar sosial dan ekonomi bangsa Indonesia tidak hanya bertumpu pada nilai tukar mata uang rupiah yang makin melemah karena adanya covid 19, tetapi masih ada pilar sosial yang terus menerus menopang dan merekat kehidupan masyarakat, yaitu pilar filantropi umat Islam.
Filantropi (kedermawanan) adalah kesadaran untuk memberi dalam rangka mengatasi kesulitan dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat secara luas dalam berbagai bidang kehidupannya. Filantropi adalah perbuatan yang sangat mulia, bagian utama dari ketakwaan seorang muslim, perbuatan yang akan mengundang keberkahan, rahmat dan pertolongan Allah, perbuatan yang akan menyelamatkan kehidupan secara luas.
Filantropi sesungguhnya adalah ibadah bagian dari ibadah maaliyyah ijtimaiyyah, yaitu ibadah di bidang harta yang memiliki posisi sosial yang sangat penting dan menentukan. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang strategis dan kontinyu untuk menguatkan sikap ini, antara lain melalui upaya: Pertama, terus menerus dilakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang urgensi sikap filantropi dalam meraih kebahagiaan hidup dunia akhirat. Kedua, menguatkan peran dan manfaat badan atau lembaga yang bergerak di bidang filantropi. seperti LAZIZ, dan yang lainnya agar semakin dipercaya oleh masyarakat. Sehingga lembaga tersebut dikelola secara profesional.. Keempat, kerjasama dengan berbagai pihak agar gerakan filantropi ini menjadi gerakan nasional.
Pemerintah terus mendorong dan memfasilitasi tumbuh-berkembangnya lembaga filantropi, termasuk lembaga dalam skala kecil, mikro dan menengah. Ditengah serangan pandemic covid 19 ini yang dapat kita lakukan adalah saling berempati, memberi, simpati dan peduli. Menurut Tjiptadinata Effendi, di Kampus Alam semesta di dalam Universitas Kehidupan Setiap Orang Harus Mampu Lulus, karena disana mereka belajar sepanjang hayat tidak ada perbedaan jenis kelamin, suku, bangsa, agama, usia, jenjang pendidikan, bahkan status social sekalipun. Suka ataupun tidak suka Gurunya adalah kehidupan itu sendiri. Disini setiap orang belajar selama 24 jam sehari dan 365 hari dalam setahun.
Tak ada waktu jedah ,apalagi liburan . Sedangkan mata pelajaran yang diujikan adalah hal keiman, ketekunan, kejujuran dan ketabahan. Semua universitas di dunia ini,pasti akan menerbitkan selembar sertifikat, sebagai tanda kelulusan mahasiswanya,yang lazim disebutkan ijazah. Di universitas manapun,orang ikhlas menghabiskan waktunya,untuk belajar,menuntut ilmu pengetahuan. Karena pengetahuan adalah modal untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini . Ketika ijazah sudah berada ditangan, orang mulai melangkahkan kakinya, untuk memasuki Universitas Kehidupan yang sesungguhnya. Namun di Universitas
Kehidupan ,ijazah adalah kebahagiaan hidup yang dapat dirasakan,bilamana kita lulus dari seleksi alam,yakni dapat menikmati kehidupan secara layak.Itulah mengapa pada saat wisuda, para mahasiswa sangat bahagia. Ia meluapkan kegembiraannya, karena wisuda berarti sebuah perayaan atas kemampuan dirinya menaklukkan bermacam tantangan yang ada di kampus. Wisuda adalah ekspresi kepuasan atas semua perjuangan yang telah dilakukan bertahun-tahun demi menaklukkan beban SKS untuk meraih gelar. Dunia adalah sebuah kampus besar kehidupan. Mahasiswanya adalah manusia. Kampusnya adalah dunia. Kurikulumnya adalah alur kehidupan. Diktatnya adalah Firman Allah SWT, hadits Rasul, Ijma’, dan qiyas. Ujiannya adalah masalah demi masalah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.Di sini kita akan menjumpai ujian demi ujian yang disediakan oleh Allah.
Pandemi covid 19 merupakan ujian dari Alloh SWT, apakah kita tetap beriman dengan selalu menjalankan perintahnya, di tengah situai yang serba sulit, atau justru kita semakin jauh dari-Nya. Apakah dengan covid ini kita semakin tabah menghadapi ujian atau jiwa kita menjadi rapuh. Tetapi covid 19 mengajari kita untuk lebih peduli, empati, simpati dan mengerti. Covid 19 dapat membuat kita makin tangguh. Universitas kehidupan menyajikan masalah demi masalah yang harus kita tuntaskan. Masalah itu ibaratkan SKS. Mata kuliah memang kadang ada yang mudah, ada pula yang sulit. Tetapi kalau kita ingin lulus, mata kuliah itu harus kita hadapi, bukan hindari. Begitu pun dengan masalah di kampus kehidupan. Masalah bukan untuk dihindari, tetapi untuk ditaklukkan, dengan upaya kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas.
www.infodiknas.com