Berawal dari cerita seorang perempuan paruh baya asal Madura, Jawa Timur, Natasha Kristie (16), terinspirasi mencoba membuktikan khasiat tanaman putri malu yang dapat menyembuhkan diare.
Hasil penelitiannya berhasil membuktikan bahwa daun putri malu dapat menghambat dan menangkal bakteri e-coli pencetus diare. Riset Natasha yang diberi judul “Mimosa pudica Linn as Anti-bacterial Agent” berhasil meraih medali emas di ajang Asia Pacific Conference of Young Scientists (APCYS) 2013 di Palembang beberapa waktu lalu.
“Saya memang tertarik untuk membuktikan khasiat dari tumbuhan yang biasanya kurang dianggap, tapi ternyata oleh orang diyakini memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit. Seperti halnya tanaman putri malu ini,” kata Natasha kepada SH, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengatakan, dari hasil risetnya diketahui bahwa tanaman yang bila disentuh akan langsung kuncup daunnya itu mengandung zat tannic acid dalam ekstrak daun dan akar putri malu. Zat itulah yang menurutnya mampu menghambat bakteri e-coli dalam tubuh.
Dikatakan, uji laboratorium terhadap tanaman putri malu tersebut masih tahap pertama. Ke depan, dia berharap dapat melakukan uji toksisitas atas temuan itu. Dengan pengujian itu, keampuhan ekstrak putri malu bisa dipatenkan dengan kadar komposisi tertentu.
“Nantinya, obat ini bisa dibuat dalam berbagai bentuk. Seperti puyer, pil, kapsul, bahkan sirup. Namun secara tradisional, pengobatan diare dengan daun dan akar putri malu cukup diseduh dengan air panas saja. Sama persis dengan menyeduh rajangan daun dan tangkai teh, kemudian diminum airnya,” jelasnya.
Siswi kelas X SMA Cita Hati, Surabaya, ini mengatakan bahwa memperoleh medali emas di ajang yang diikuti oleh 79 siswa dari Malaysia, Singapura, Thailand, Nepal, Taiwan, Jepang, Guam, China, dan Indonesia ini, di luar dugaannya.
Dengan dinobatkan sebagai yang terbaik di ajang APCYS 2013 untuk kategori life science, dia mengaku sangat bangga karena bisa mengharumkan nama bangsa. Ke depan, gadis kelahiran 8 Februari 1996 ini berharap dapat menguji tanaman lainnya sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Profesor Yohanes Surya, salah satu pembimbing siswa-siswi yang mengikuti Olimpiade Sains di tingkat nasional dan internasional ini mengatakan, perolehan medali emas ini membuktikan bahwa kualitas pelajar Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Karena itu, dia akan terus mencetak juara-juara sains dari berbagai daerah di Indonesia, yang kelak akan membantu membesarkan bangsa ini.
“Siswa-siswi Indonesia yang berprestasi di ajang sains bukan hanya dari Jakarta, tapi dari daerah-daerah lainnya, bahkan Papua. Ini membuktikan bahwa bila ada kemauan dan metode pengajaran yang baik, siswa-siswi kita bisa berprestasi di tingkat internasional,” kata Yohanes.
Ia memaparkan, dalam kurun waktu 20 tahun, Indonesia memperoleh 103 medali emas, 86 medali perak, dan 129 medali perunggu dari berbagai ajang Olimpiade Sains di dunia. Untuk tahun ini saja, Indonesia berhasil meraih tujuh medali emas, lima perak, dan tujuh perunggu di ajang sains. Ia mengatakan, siswa Indonesia yang pertama kali meraih medali emas adalah di tahun 1999 dalam ajang Olimpiade Fisika Internasional ke-30 di Padova, Italia.
Pendiri Surya University ini mengatakan, siswa-siswi yang telah berhasil di ajang sains ini nantinya akan melanjutkan kuliah di universitas-universitas terkemuka, baik di dalam maupun luar negeri. Menurutnya, banyak pihak yang sudah siap untuk memberikan beasiswa kepada mereka.
“Nantinya kami harapkan mereka akan kembali ke Indonesia untuk dapat menerapkan kebisaan mereka guna kemajuan bangsa ini,” ucapnya.
http://www.shnews.co/detile-20940-putri-malu-yang-membanggakan-indonesia.html