PTS Juga Tak Kalah Bonafitnya | ![]() |
![]() |
Tuesday, 29 March 2011 | |
Terus meningkatnya mutu pendidikan di perguruan tinggi tak hanya bertumpu pada perguruan tinggi negeri (PTN).Perguruan tinggi swasta (PTS) pun kini tak kalah agresifnya dalam membenahi sistem pendidikannya. Semakin bonafitnya PTS di Indonesia dirasakan oleh Rizki, mahasiswa jurusan manajemen President University, Kawasan Jababeka Bekasi. Bagi pemuda 19 tahun ini, kualitas pendidikan lokal kini hampir setara dengan pendidikan di luar negeri sehingga tidak perlu lagi repot belajar di negeri orang. “Disini(Indonesia) jugabanyakperguruan tinggi yang memiliki kompetensi bertaraf internasional dan lulusannya mampu bersaing di dunia kerja,“ katanya. Sebagai contoh,President University tempat dia belajar kini menerapkan sistem kurikulum berbasis internasional dengan penggunaan 100% bahasa Inggris, baik di setiap kegiatan belajar mengajar maupun kehidupan seharihari di kampus. “Kami tidak diperbolehkan menggunakan bahasa selain bahasa Inggris dalam kegiatan perkuliahan agar nantinya dapat bersaing dengan lulusan dari luar negeri,“ kata dia. Assistant Marketing Manager President University Paulus Mimery mengungkapkan, pihaknya tak hanya unggul dalam soal cara bertutur,tetapi juga menerapkan sistem kurikulum bertaraf internasional yang dibuat dan dikembangkan oleh para akademisi kelas dunia.Tujuannya tentu agar tercipta lulusanlulusan mumpuni berdaya saing tinggi di dunia kerja.“Kami menerapkan kurikulum yang sesuai dengan standar internasional, mulai dari proses perkuliahan menggunakan bahasa Inggris, aktivitas magang, hingga tugas akhir yang harus disusun juga dengan bahasa Inggris,“ ungkap Paulus Mimery. Dari sisi fasilitas penunjang,kampus yang dikonsep pada September 1997 ini juga menyediakan rumah tinggal bagi mahasiswa atau biasa disebut student housing. Ini adalah fasilitas rumah tinggal sementara berkapasitas 22 orang yang wajib ditempati oleh mahasiswa pada tahun pertama perkuliahan. Keuntungannya, antara lain memudahkan mahasiswa menjalani aktivitas perkuliahan,khususnya bagi mahasiswa yang berasal dari luar negeri,melatih kemandirian serta jiwa kepemimpinan, dan memberikan jaminan keamanan bagi orang tua atas anaknya. “Untuk student housingitu tahun pertama saja yang wajib,selanjutnya diberi pilihan kepada mahasiswa apakah mau lanjut tinggal atau tidak,“ tutur Paulus. Adapun soal output,mahasiswa juga diwajibkan mengikuti program magang selama 8 bulan hingga 1tahun diperusahaan perusahaan yang terikat kerja sama dengan kampus.Melalui program ini, sebanyak 93% mahasiswa lulusan President University sudah diterima bekerja di berbagai sektor usaha maupun perindustrian. Barangkali ini menjadi satu keunggulan tersendiri, mengingat kampus ini terletak di Kawasan Industri Jababeka di mana menjadi tempat beroperasi 1.500 perusahaan nasional dan multinasional dari 32 negara, seperti Mulia, Unilever, Samsung,Mattel,ICI Paint,dan Kraft. Mengenai biaya kuliah di dalam negeri, termasuk di President University, jelas lebih berbeda karena tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan seperti living cost dan beban lainnya. Total yang harus dikeluarkan hingga lulus kuliah di President University sekitar Rp250 juta melalui jalur reguler, sedangkan untuk jalur beasiswa,sebesar Rp90 juta. Dengan penerapan berbasis pengembangan sumber daya manusia berstandar internasional itu tentunya menjadi salah satu potret betapa kualitas perguruan tinggi,khususnya swasta di Indonesia jauh berkembang.Ditambah dengan kelengkapan fasilitas,rajinnya riset dan pengembangan, serta ditunjang tenaga pengajar yang kompeten, baik lulusan dalam maupun luar negeri,maka memilih perguruan tinggi swasta di Indonesia tentu layak diperhitungkan. PTS lain yang juga terus meningkatkan mutunya adalah Universitas Nasional (Unas). Malah kini Unas menjadi salah satu PTS incaran bagi para mahasiswa dari mancanegara. Selain kualitas pendidikan di universitas tersebut,keramahan para sivitas akademikanya juga membuat para mahasiswa semakin betah belajar di Indonesia.“Dosen di Unas sangat perhatian kepada kami. Segala sesuatu yang kami tidak mengerti selalu dibantu dan dibimbing,” ungkap mahasiswa asing asal China,Luo Ying. Selain dapat belajar lebih lama lagi di Indonesia, para mahasiswa asing tersebut juga berharap bisa bekerja di negara yang terkenal dengan keramahan penduduknya ini.Seperti diungkapkan oleh mahasiswa asal Afrika Selatan, Taryn Wilkinson, yang ingin menjadi guru di salah satu sekolah dasar di Indonesia. Lain halnya dengan Taryn,mahasiswa asal Ukraina,Tetiana Maksymchuk menjelaskan keinginannya untuk dapat memperpanjang program belajar di Indonesia pada program pariwisata lantaran kecintaannya terhadap sastra dan budaya timur, terutama Indonesia. “Saya sudah banyak belajar budaya Indonesia. Pengalaman tersebut membuat saya ingin lebih lama lagi di sini dan ingin menjelajahi seluruh wilayah yang ada di Indonesia, terutama Papua,”ungkap Tetiana. Lamanya program Darmasiswa Unas ini bervariasi,namun umumnya para mahasiswa asing akan belajar dan menetap di Indonesia dalam kurun waktu enam bulan sampai satu tahun. Oleh karena itu,ketiga mahasiswa asing tersebut berharap program darmasiswa mahasiswa asing ini dapat diperpanjang sehingga mereka berkesempatan untuk belajar lebih banyak mengenai Indonesia. ● firda puri agustine . http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/389657/ |