Penjelasan Science Perjalanan Rasulullah Menembus Langit Tinjauan Perhitungan Matematika dan Fisika
Oleh: Ahmad Faizal (Ahli Matematika)
Kata laila artinya malam hari. Mengapa perjalanan isra’ mi’raj Rasulullah SAW dilakukan pada malam hari dan bukan siang hari?. Inilah salah satu bukti kebesaran Allah Sang Maha Gagah dan perkasa. Allah mengendalikan perjalanan Isra Mi’raj Rasulullah SAW dengan sangat canggih dan dengan alasan yg sangat logis. Karena pada siang hari radiasi sinar matahari sangat kuat, sehingga bisa membahayakan badan Rasulullah SAW, Dengan melakukannya pada malam hari, maka Allah telah menghindarkan Nabi dari interferensi gelombang yang bakal membahayakan badan Rasulullah SAW.
Kalimat *minal Masjidil haram ilal masjidil Aqsha*, berarti dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Kedua mesjid ini dijadikan sebagai terminal pemberangkatan dan kedatangan. Inilah sama halnya dengan istilah tabung transmitter dan recieveri, yang dipergunakan dalam proses perubahan badan Nabi Muhammad dari materi menjadi cahaya. Mesjid adalah bangunan yang memiliki energi positif, dimana orang-orang berusaha untuk menyucikan diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua mesjid tersebut ibarat tabung energi positif bagi perjalanan Rasulullah SAW.
Kalimat *baaraknaa haulahu*, artinya Kami berkahi sekelilingnya. Perjalanan ini adalah perjalanan yang sangat fantastis dalam sejarah. Allah mempersiapkan semua fasilitas dengan keberkahan disekelilingnya selama perjalanan ini agar tidak terjadi hal-hal yang merusak. Andai selama perjalanan badan Rasul tiba-tiba berubah menjadi badan materi lagi ditengah melakukan perjalanan yang super cepat ini, maka badannya bisa terurai menjadi partikel-partikel kecil sub atomik, yg tidak beraturan lagi. Karena itulah keberkahan itu ada di setiap tempat dan di setiap keadaan selama perjalanan. Inilah yang dikatakan *linuriyahu min ayaatina*, tanda-tanda kebesaran Allah. *innahu huwas samii’ul bashir*, Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat.
*Bagaimana jasmani Rasulullah SAW mampu menembus lapisan langit dengan bantuan kecepatan cahaya ?*.
Hal ini bisa dijelaskan dengan sebuah teori yang disebut *TEORI ANNIHILASI* . Teori TEORI ANNIHILASI mengatakan bahwa setiap materi memiliki anti materi yg jika materi tersebut direaksikan dengan anti materinya, maka kedua partikel tersebut akan lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gama. Proses pengubahan materi menjadi cahaya terjadi sesaat sebelum perjalanan Isra’ Mi’raj dimulai. Karenanya Rasulullah SAW disucikan oleh Malaikat Jibril di dekat sumur zam-zam. boleh dikatakan proses operasi hati dengan air zam-zam. Kenapa harus Hati? Karena hati adalah pengendali dari seluruh aktifitas jasmani. Jika baik hatinya, maka baik pula seluruh aktifitas jasmaninya . Resonansi dari hati yang baik akan menghasilkan kelembutan dan hati yang lembut bagaikan sebuah tabung resonansi yang sangat bagus. Semakin lembut hati seseorang, semakin tinggi frekuensinya. Pada frekuensi 10^14 Hz, akan menghasilkan gelombang cahaya.
*Berapakah kecepatan terbang Malaikat Jibril dan kecepatan terbang Buraq yg digunakan sebagai kendaraan tunggangan Rasulullah SAW selama perjalanan Isra’ Mi’raj ?*. Berdasarkan perhitungan Matematika, kecepatan terbang Malaikat Jibril = 50 x kecepatan cahaya sedangkan istilah Buraq, berasal dari kata barqum yang artinya kilat yang mampu melesat melebihi kecepatan cahaya. Andai kecepatan buraq ini dianggap setara dengan 300 km/detik, maka perjalanan dari mesjidil haram ke mesjidil aqsa yang berjarak sekitar 1500 km hanya ditempuh dalam waktu 1/200 detik saja. Dengan kecepatan fantastis ini, tidak bisa dilakukan oleh sebarang materi. Hanya materi yang sangat ringan saja atau tidak memiliki massa sama sekali yang bisa memiliki kecepatan yang bisa melebihi kecepatan cahaya. Teori ilmiah mengatakan hanya partikel photon saja yang bisa melakukan kecepatan setinggi itu, sedangkan electron yang bobotnya hampir nol sekalipun tidak bisa memiliki kecepatan setinggi itu. *(By : Faizal Ahmad)*
*Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fusshilat : 53)*