Oleh Nurlaila (Mahasiswa FKIP UNISMA Malang).
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Peran dan fungsi guru sangat penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajarkan dengan situasi yang dihadapi.
Di samping itu guru pun harus memiliki pengetahuan minimal tentang teori belajar maupun mengajar-sebagai pegangan dalam praktek, sebab dalam prakteknya pengajaran merupakan suatu proses yang sangat kompeks. Maka agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan strategi belajar mengajar yang efektif.
Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya di berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.
- RUMUSAN MASALAH
2.1 Bagaimanakah peranan guru dalam proses belajar mengajar?
2.2 Bagamanakah peranan guru dalam administrasi sekolah menengah?
- TUJUAN MASALAH
3.1 Mendiskripsikan peranan guru dalam proses belajar mengajar!
3.2 Mendiskripsikan peranan guru dalam administrasi sekolah!
PEMBAHASAN
1.1 Peranan Guru dalam Proses Pelajar Mengajar.
1.1.1 Peranan Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.Tugas dan peran guru tidakalah terbatassi dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya guru merupakan komponen strategis yang memilih peran penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintas perjalanan zaman dengan teknologi yang kian cangggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehudupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk mengadaptasikan diri.Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kendala sebagai seorang pembangunan. dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa depan tercermin dari potret dari guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat.
Bila diterusir secara mendalam, proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi inttrksi antara berbagai kelompok pengajaran. Komponen-komponen itu dapat di kelompokan ke dalam tiga kategori utama yaitu:
1) Guru
2) Isi atau materi pelajaran
3) Siswa
Intraksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasaran, seperi metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajara, sehingga tercipta situasi belajar-mengajar yang memingkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
- a. Merencanakan
Perencanana yang dibuat , merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang dilakukan dalam pengajaran, sehingga tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang diharapakan.
- Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh siswa seelah terjadinya proses belajar mengajar.
- Bahan plajran yang dapat mengantarkan siswa dapat mencapai tujuan.
- Bagaimanakah proses belajar mengajar yang akn dicapai oleh guru agar siswa mencapai tujuan secra efektif dan efesien.
- Bagaiman menciptakan dan menggunakan dan alat enggunakn untuk mengetahui atau mengukur apakah tujuan itu tercapai atau tidak.
- b. Melaksanakan pengajaran
Pelaksanaan pengajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi yang di hadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Oleh sebab itu, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuai pola tingkah lakunyadalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Situasi pengajaran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh factor-faktor sebagi berikut:
- Faktor guru
Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu melaksanakan pengajaran. Dianne lapp, dkk (1975:1) menamakan pola umum tingkah laku mengajar yang dimiliki guru dengan istilah ” gaya mengajar atau teaching style” gaya mengajar ini mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang dilaksanakan.
- Faktor siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Kecakapan yang dimiliki masing-masing siswa itu meliputi potensial yang me mungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan: maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar. Keragaman dalam kecakapan dan keoribadian ini dapat mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
- Faktor kurikulum
Bahan pelajaran sebagai isi kurikulum mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula pola intraksi guru-siswa. Oleh sebab itu, tujuan yang hendak dicapai itu secra khusus menggambarkan bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai siswa melalui proses belajar beraneka ragam.
- Faktor lingkungan
Novak dan gowin ( 1984: 6 ) mengistilahkan lingkungan fisik tempat belajar dengan istilah “milieu” yang berarti konteks terjadinya pengalaman belajar. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan ini pun dapat menjadi salah satu factor yang mempengaruhi situasi bealajar
Sehungan dengan keempat factor yang disebutkan di atas, guru memegang peranan penting dalam menciptakan situasi, sehingga proses blajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
- c. Memberikan Balikan
Menurut stone dan nielson ( 1982:11 ) balikan mempunyai fungsi untuk membantu siswa memelihara minat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Salah satu alasan yang diemukakan adalah, bahwa belajaritu ditandai oleh adanya keberhasilan dan kegagalan.
Upaya memberikan balikan harus dilakukan secar terus menerus. Dengan demikian, minat dan antusias siswa dalam belajar selalu terpelihara. Upaya itu dapat dilakukan dengan jalan evaluasi. Hasil evaluasi itu sendiri harus dibertahukan kepada siswa yang bersangkutan, sehingga mereka dapat mengetahui letak keberhasilan dan kegagalannya. Evaluasi yang demikain benar-benar berfungsi sebagai balikan, baik guru maupun bagi siswa.
Di dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru dituntut untuk memiliki keterampilan bertalian dengan jawaban terhadap situasi pertanyaan, yakni bagaimana menyelenggarakan pengajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang direncanakan.
Persyaratan-prsyaratan itu meliputi:
- 1. Penguasaan materi pelajaran.
Materi pelajaran merupakan isi pengajran yang di bawakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sulit dibayangkan bila seorang guru mengjar tampa menguasai materi pelajaran. Bahkan lebih dari itu, agar dapat mencapi hasil yang lebih baik, guru perlu menguasai bukan hanya sekedar materi tertentu yang merupakan bagian dari suatu mata pelajaran (subject matter) saja: tetapi penguasaan yang lebih luas terhadap materi itu sendiri dapat menuntun hasil yang lebih baik.
Penguasaan materi secara baik yang menjadi bagia dari kemampuan guru, biasanya merupakan tuntutan pertama dalam profesi keguruan.
- 2. Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip psikologi
Prinsip-prinsip psikologi yang biasanya merupakan hasil penelitian para ahli, menjelaskan tingkah laku manusia dalam berbagai konteks.mengajar pada intinya bertalian dengan prosese mengubah tingkah laku. Agar memperoleh hasil yang diinginkan dengan baik.perlu menerapkan pinsip-prinsip psikologi, terutama yang berkaitan dengan belajar.
Di samping itu, para ahli baik ahli pendidikan maupun ahli psikologi mengakui adanya perbedaan individual yang dimiliki oleh setiap individu. Perbedaan- perbedaan itu meliputi kecerdasan, bakat, minat, sikap, harapan, dan aspek-aspek kepribadaian lainya. Dengan bepegang kepada prinsip perbedaan individual ini guru dapat mencari strategi belajar mengajar yang tepat agar proses belajar mengajar yang dilaksanakn mencai hasil yang optimal.
- 3. Kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar.
Kemampuan melaksanakan proses belajar-mengajar merupakan salah satu persyaratan utama seorang guru dalam mengupayakan hasil yang baik dari pengajaran yang dilaksanakan, kemampuan ini memerlukan landasan konseptual dan pengalaman praktek.
Mengajar dalam prakteknya merukan suatu proses penciptaan lingkungan, baik dilingkungan guru maupun lingkungan siswa agar terjadi proses belajar siswa.
- 4. Kemampuan menyesuaikan diri gengan berbagai situasi baru
Secara formal maupun professional tugas guru seringkali mengahadapi berbagai permasalahan yang timbul akibat adanya berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan tugas profesionalnya. Perubahan dalam bidang kurikulum, pembaharuan dalam system pengajaran, serta anjuran-anjuran dari “atas” untuk merapkan konsep-konsep “baru” dalam pelaksanan tugas, seperti CBSA (cara belajar siswa aktif)
1.1. 2 PENGERTIAN BELAJAR dan MENGAJAR
1) Pengertian belajar
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.
H.C witherington dalam educational psychology menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Gage berlinger mendifinisikan belajar sebagai suatu prosese di mana suatu organism berubah prilakunya sebagai akibat pengalamanya.
Harold spears mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya yang lebih detail . menurut spears learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan. Sementara singer(1968) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relative tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu.
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspeks-aspek tersebut adalah.
- Bertambahnya jumlah pengetahuan,
- Adanya kemampuan mengangat dan produksinya,
- Ada peranan pengetahuan
- Menyimpulkan makna,
- Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan
- Adanya perubahan sebagai pribadi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Dengan memahami kesimpulan di atas, belajar memiliki beberapa ciri-ciri ssebagai berikut:
- Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat penetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun nilai dan sikap (afektif)
- Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
- Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha perubahan terjadi akibat intraksi dengan lingkungan.
- Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Terdapat beberapa alasan mengapa munsul aneka ragam pengertian belajar. Di antaranya alas an itu ialah:
- Karen adanya perbedaan dalam mendefinikasikan fakta.
Dasar perumusan suatu teori adalah fakta yang diidentifikasi melalui penelitian terhadap sejumlah subyek sebagai sampel.
Antara seorang ahli dengan ahli lain penelitian dilakukan terhadap obyek yang berbeda. Perbedaan ini pula yang mengakibatkan diperoleh hasil yang berbeda pula.
- Perbedaan penafsiran terhadap fakta.
Perbedaan ini pada umumnya disebabkan oleh latar belakang peninjauan yang berbeda-beda. Perumusan suatu teori di samping terpengaruh oleh penafsiran terhadap fakta, juga oleh banyaknya fakta yang dapat diidentifikasi.
- Perbedaan terminology (peristilahan) yang digunakan serta konotasi masing-masing istilah itu.
Peristilahan yang digunakan sebagai dasar analisis dan pembahasan ilmiah seringkali berbeda-beda. Setiap istilah mempunyai konotasi tertentu. Oleh karena itu teori sebagai hasil studi ilmiah berbeda-beda sejalan perbedaan istilah yang digunakan dan konotasinya masing-masing.
- Perbedaan penekanan terhadap aspek tertentu. Dalam melakukan studi tentang mengajar ataupun belajar setiap ahli memberi penekanan terhadap aspek tertentu. Studi tentang mengajar ada menekankan pentingnya proses belajar siswa, ada pula menekankan kepada peranan guru.
2) Jenis-jenis belajar menurut gagne
Manusia memiliki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu, banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan mansia, gagne mencatat ada delapan tipe belajar, yaitu sebagia berikut.
- Belajr isyarat (signal learning). Menurut gagne, ternyata tidak semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal learning terjadi.
- Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping).
- Belajar merangkaikan (chaining), tipe belajar chaining merupakan cara belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik, sehinga akhirnya membuat rangkain gerakan dalam urutan tertentu.
- Belajar membedakan (discrimination) tipe belajar discrimination memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.
- Belajar memecahkan masalah (problem solving)
Memecahkan masalah adalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini memerlukan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai aturan yang relavan dengan masalah itu. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu, adakalnya singkat adakalanya lama.
- Belajar aturan (rule learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (atran). Tipe belajar ini banyak terdapat di sekolah.
3) Jenis Belajar Menurut Bloom
Benyamin S Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar.
Menurut bloom ada tiga domain belajar, yaitu sebagai berikut.
- Cognitive domain (kawasan kognitif)
Perilaku yang merupakan proses berpikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak. Beberapa contoh berikut bias termasuk kawasan kognitif: menyebut definisi manejemen, membedakan fungsi meja dan kursi, mengambarkan kegiatan proyek dengan PERT, menjabarkan perilaku umum menjadi perilakunkhusus, menyusun desain instruksional. Beberapa kemampuan kognitif tersebut, antara lain sebagai berikut.
1) Pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari.
2) Pemahaman,memahami makna materi.
3) Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau aturan teoritis yang prinsip.
4) Analisis, sebuah proses analisis teoritis dengan menggunakan kemampuan akal.
5) Sintesa, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan konsep baru.
6) Evaluasi, kemampuan melakukan evaluative atas penguasaan materi pengetahuan.
- Affective domain (kawasan afektive)
Perilakunyang dimunculkan seseorang sebagai penanda kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu. Beberapa contoh berikut termasuk kawasan afektif.
- Mengangukan kepala sebagai tanda setuju,
- Meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan,
- Pergi ke mesjid sebagai perilaku otrang yang beriman.
- Psychomotor domain (kawasan psikomotor)
Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain. Dave (1970), mengemukakan lima jenjang tujuan bebrapa ada ranah psikomotor, kelima jenjang tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
- Meniri: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons.
- Menerapkan: kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan mendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
- Memantapkan: kemampuan memberikan respons yang terkoleksi atau respons dengan kesalahan- kesalahan terbatas atau minimal.
- Merangkai: koordinasi merangkai gerak dengan membuat aturan yang tepat.
- Naturalisasi: gerakan yang dilakukan secara rutin denga menggunkan energy fisik dan psikis yang minim.
1.1.3 ARTI MENGAJAR
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa. Banyak kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliput seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.
Mengajar adalah :”segala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan”.
Bila diterima pengertian ini, sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa siswa belajar. Oleh karena itu upaya apa pun dapat dilakukan, asalkan upaya itu disengaja- denga penuh rasa tangung jawab-mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan. Tujuan itu dicapai melalui proses pengajaran, sedangkan kemungkinan terjadinya proses belajar iu sendiri amat beraneka ragam. Bila terjadi guru tampil di depan kelas untuk mengajar (langsung) dapat pula menggunakan perangkat pengajaran.
Rumusan pengertian di atas sejalan dengan pandangan willam H burton yang menyatakan bahwa
“mengjara adalah upaya dalam member perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar” (chaulan 1977:4)
Bertitik tolak pada pengertian tadi, burton mamandang bahwa bahan pelajaran hanya sebagai bahan perangsang saja. Sedangkan arah yang akan dituju oleh proses belajar adalah tujuan pengajaran yang diketahui siswa, dengan strategi mengajar teetentu proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik.
Semua upaya sebagaimana dirumuskan oleh berton bila dikaji secara cermat, pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam “member kemungkinan” bagi siswa agar terjadi proses belajar. Pandangan ini sejalan dengan Gagne & Briggs (1979:3) yang menyatakan bahwa:
“instruction is a set of event which offect learners in such a way that learning is facilitated”
Gagne & Briggs dalam hal ini juga melihat pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pengajaran. Jadi, yang penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai tujuan. Hal ini berarti bahwa upaya guru hanya merupakan serangkaian peristiwa terjadi yang dapat mempengaruhi siswa belajar. Rangkain peristiwa tersebut diperbuat guru dengan harapan dapat member kemungkinan terjadinya proses belajar. Oleh karena itu, peristiwa yang terjadi pun cukup banya-bervariasi.
1.2 Peran Guru Dalam Administrasi Sekolah
1.2.1 Peran guru dalam pelaksanan administrasi sekolah
- Administrasi sekolah
Kurikulum dalam suatu sistem pendidikan merupakan kompenen yang amat penting. Dikatakan demikian karena kurikulum merupakan panutan dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar (selanjutnya disingkat PBM) di sekolah.
Kurikulum sekolah menengah merupakan seperangkat pengalaman belajar yang dirancang untuk siswa sekolah menengah dalam urusan mencapai tujuan pendidikan. Mengingat bahwa sekolah menengah merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam memberikan kemampuan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kurikulum ini harus dipahami secara itensif oleh semua personel sekolah, terutama oleh kepala sekolah dan guru.
Pemahaman tentang konsep dasar pengelolaan kurikulum merupakan hal penting bagi guru. Teori dan praktek pengembangan kurikulum yang dibicarakan dalam administrasi pendidikan, berkenaan dengan pertanyaan bagaimana mengorganisasikan sumber-sumber yang ada di sekolah sehingga mengembangan kurikulum itu dapat mencapai efektivitas dan efesiensi yang tinggi.
Kurikulum dapat diartikan secara sempit atau luas. Dalam pengertian sempit, kurikulum diartikan sejumlah mata pelajran yang diberikan disekolah; sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah itu. Dengan pengertian luas ini berarti, segala usaha sekolah untuk memberikan pengalam belajar kepada siswa dalam usaha menghasilkan lulusan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Perencana dalam pengembangan kurikulum sekolah menengah sebagian besar telah dilaksanakan oleh depertemen pendidikan dan kebudayaan tingkat pusat. Ini tidak berarti bahwa di tingkat kantor wilayah atau di tingkat sekolah, tidak ada pengembangan kurikulum lebih lanjut.
Perencanaan kurikulum sekolah menengah oleh depertemen pendidikan dan kebudayaan tingkat pusat biasanya meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Penyusunan kurikulum dan kelengkapan pedoman yang terdiri dari atas
a) Ketentuan-ketentuan pokok
b) Garis-daris besar prigram pengajaran
c) Pedoman pelaksanan kurikulum
2) Pedoman-pedoman teknis pelaksanan kurikulum lainya, antara lain pedoman penyusunan dan kalender pendidikan, pedoman penyusunan program pengajaran, pedoman penyusunan satuan acara pengajaran, pembagian tugas guru, dan penyusanan jadwal pelajaran.
- Administrasi Kesiswaan
Isi kegiatan kedua dalam administrasi pendidikan, adalah administrasi kesiswaan.
Siswa merupakan salah satu sub-sistem yang penting dalam system pengelolaan pendidikan di sekolah menengah. Administrasi kesiswaan dilakukan agar transformasi siswa menjadi lulusan yang dikehandaki oleh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, dapat berlangsung secara efektif dan efesien.
Tugas kepala sekolah dan para guru dalam hal ini adalah memberiksn layanan kepada siswa, dengan memenuhi kebutuhan mereka. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
- Kegiatan dalam administrasi kesiswaan
Kegiatan dalam administrasi kesiswaan dapat dipilih menjadi tiga bagian besar, yaitu kegiatan penerimaan siswa,pembinaan siswa, dan penamatan program siswa di sekolah.
- Peranan guru dalam administrasi kesiswaan.
Keterlibatan guru dalam administrasi kesiswaan tidak sebanyak keterlibatannya dalam mengajar. Dalam administrasi kesiswaan guru lebih banyak berperan secara tidak langsung.
Beberapa peranan guru dalam administrasi kesiswaan itu di antaranya adalah:
1) Dalam penerimaan siswa, para guru dapat dilibatkan untu ambil bagian. Di antara mereka dapat ditunjuk menjadi panitia penerimaan yang dapat melaksakan tugas-tugas teknis mulai dari pencatatan peneriamaan sampai dengan pelaporan pelaksanaan tugas.
2) Dalam masa orentasi, tugas guru adalah mebuat agar para siswa cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya. Peranan guru dalam hal ini sangat penting, karena andaikata terjadi salah langka pada saat peratama, dapat mengakibat kurang menguntungkan bagi jiwa anak untuk waktu-waktu selanjutnya.
3) Untuk mengatur kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar juga. Guru diharapka mampu mencatat/merekam kehadiran ini meski dengan sederhana akan tetapi harus baik.
4) Dalam memotivasi siswa untyk senantiasa berprestasi tinggi, guru juga harus mampu menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut.
5) Dalam hal menciptakan disiplin sekolah atau kelas yang baik, peranan guru sangat penting karena guru dapat menjadi model. Untuk membuat siswa mempunyai disiplin yang tinggi, maka guru harus mampu menjadi contoh atau panutan bagi siswa.
1.2.2 Peranan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran siswa
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak bias terwejud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajr dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan abu ahmadi (1977):
1) Hasil belajar rendah, di bawah rata-rat kelas
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
3) Menunjukan sikap yang kurang wajar: suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
4) Menunjukan sikap yang berlainan sepeti membolos, suka mengganggu, dan sebagainya.
Siswa yang memahami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, ada juga yang tidak mengerti kepada siapa dia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu.
Dalam kondisi sebagaimana di kemukakan di atas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam: (1) bimbingan belajar, (2) bimbingan social (3) bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi.
1.) Bimbingan belajar
Bimbingan ini dimaksud untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun yang di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain.
(1) Cara belajar, baik secara kelompok maupun individual.
(2) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.
(3) Efesiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.
(4) Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan pelajaran tetentu.
(5) Cara, proses, dan prosedur mengikuti pelajaran.
Di samping winke (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untik membantu siswa, antara lain dalam hal:
a) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, baik sekarang maupun yang akan dating.
b) Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah muda-mudi, masalah ekonomi, dan lain-lain.
- Bimbingan Sosial
Dalam proses belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuaikan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya toleransi/tenggang rasa. Saling memberi dan menerima (take and give). Langsung ataupun tidak langsung suasana hubungan sosial di kelas atau di sekolah akan dapat mempengaruhi perasaan aman bagi siswa yang bersangkutan.
Bimbingan yang dimaksud untuk membantu siswa dalam memecakkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut abu ahmadi (1977) bimbingan social ini di maksudkan untuk.
a) Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.
b) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
c) Membantu mendapatkan kelompok social untuk memecahkan masalah tertentu
Di samping itu, bimbingan social juga dimaksudkan agar siswa dapat melakukan penyesuain diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Downing, 1987)
KESIMPULAN
1.1 Peranan guru dalam proses belajar mengajar
1.1.1 Peranan guru
Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan kendala sebagai seorang pembangunan. dengan kata lain, potret Peran dan fungsi guru sangat penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajarkan dengan situasi yang dihadapi. Dan wajah diri bangsa dimasa depan tercermin dari potret dari guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat.
1.1.2 Belajar
Dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
1.1.3 Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa Oleh karena itu upaya apa pun dapat dilakukan, asalkan upaya itu disengaja- denga penuh rasa tangung jawab-mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan. Tujuan itu dicapai melalui proses pengajaran, sedangkan kemungkinan terjadinya proses belajar iu sendiri amat beraneka ragam. Bila terjadi guru tampil di depan kelas untuk mengajar (langsung) dapat pula menggunakan perangkat pengajaran.
1.2 Peranan guru dalam administrasi sekolah
1.2.1 Pemahaman tentang konsep dasar pengelolaan kurikulum merupakan hal penting bagi guru. Teori dan praktek pengembangan kurikulum yang dibicarakan dalam administrasi pendidikan, berkenaan dengan pertanyaan bagaimana mengorganisasikan sumber-sumber yang ada di sekolah sehingga mengembangan kurikulum itu dapat mencapai efektivitas dan efesiensi yang tinggi. Kurikulum dapat diartikan secara sempit atau luas. Dalam pengertian sempit, kurikulum diartikan sejumlah mata pelajran yang diberikan disekolah; sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah itu. Dengan pengertian luas ini berarti, segala usaha sekolah untuk memberikan pengalam belajar kepada siswa dalam usaha menghasilkan lulusan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
1.2.2 Peranan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran siswa
Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan focus pada masalah yang harus diselesaikan. Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Kontak: 081 333 052 032