PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA QS. AL INSYIROH
PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI KUDU
MELALUI METODE TUTOR SEBAYA
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( P T K )
OLEH
MOH. MUDZAKKIR, S.Ag
NIP. 19740729 200801 1 004
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kontek Penelitian
Salah satu tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Isalam adalah membentuk karakter siswa yang beriman dan berakhlaq yang mampu mengamalkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan jangka panjangnya adalah membentuk karakter siswa yang mampu meneladani ajaran Islam dan mengamalkan di lingkungan masing-masing. Proses pembelajaran di sekolah harapannya mampu ditransformasikan dalam kehidupan masing-masing siswa, karena dalam perkembangannya kita dihadapkan pada suatu masa dimana kita dan siswa berhadapan langsung dengan perubahan prilaku siswa dalam mengamalkan ajaran agama Islam.
Yang menjadi tantangan besar bagi guru adalah bagimana siswa mampu menerjemahkan ajaran Islam dalam kehidupan, misalkan bagiamana seorang siswa mampu membaca Al Qur’ana dengan baik dan fasih sesuai dengan kaidah ilmu Tajwid. Kendala yang dihadapi biasanya antara lain, kecenderungan siswa sudah tidak mau lagi belajar membaca Al Qur’an selepas dia lulus SD/MI, ketika proses pembelajaran di SMP siswa akan dihadapkan pada materi-materi yang berhubungan dengan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits, pada fase ini guru mengalamii kesulitan dalam memberikan pembelajaran, itu akan nampak ketika siswa tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan bahkan juga ada yang tidak bisa membaca sama sekali. QS. Al Insyiroh menjadi salah satu kompetensi dasar dalam pembejaran Pendidikan Agama Islam kelas IX, dimana salah satu bentuk penilaiannya melalui membaca, dan tingkat keberhasilan pembelajaran dikatakan berhasil ketika hasil penilaian sesuai dengan indikatornya yaitu mampu membaca Qs. Al Insyirah dengan baik dan fasih.
Dalam perkembangannya prilaku siswa yang kurang lagi memperdulikan pelajaran membaca Al Qur’an karena dipengarui oleh dua factor yang dominan yaitu antara lain : Factor internal (1) kurang mampunya siswa dalam memmbaca Al Qur’an, (2) tidak adanya doronngan dalam diri siswa untuk belajar membaca Al Qur’an, (3) tidak ada dorongan dari keluarga untuk belajar membaca Al Qur’an, (4) tidak adanya figure dalam diri siswa yan patut dicontoh misalkan dalam keluarga tidak ada satupun yang dapat membaca A Qur’an. Factor eksternal (1) siswa bergaul dengan teman atau yang lainnya yang sama-sama kurang bisa membaca Al Qur’an, (2) lingkungan tidak mendukung misalkan tidak ada budaya membaca Al Qur’an, (3) derasnya arus informasi yang mejadikan tontonan menjadi tuntunan sedang tuntunan hanya dijadikan tontonan, (4) hilangya budaya mengaji pada guru ngaji di musholla, (5) orang tua lebih mendorong anak untuk belajar hal-hal yang bersifat duniawi misalkan kursus, prifat hanya untuk pelajaran eksak saja
Berbagai cara penulis lakukan untuk meningkatkan hasil pembelajaran All Qur’an, namun kendala baik ketika dalam proses pembelajaran maupun dalam penilaian unjuk kerja siswa, masalah yang dihadapi adalah karena siswa tidak bisa membaca dengan baik. Disini kemuadian penulis berusaha untuk merubah skema pembelajaran agar lebih menarik, bukan berarti pambelajaran yang dilaksanakan setiap pertemuan tidak menarik tetapi penulis berusaha untuk lebih menarik dari pada pembelajaran sebelumnya, salah satunya dengan melibatkan siswa itu sendiri sebagai mentor atau tutor pada siswa yang lain. Dan hasilnya cukup berhasil dibanding menggunakan metode yang umum dipakai, dan kecenderungan siswa ternyata lebih terbuka dengan temannya sendiri dari pada berhadapan langsung dengan guru pembimbing. Siswa yang ditujuk sebagai mentor bukanlah siswa sembarangan, tetapi siswa yang memiliki kelebihan dibidangnya serta ketuntasannya melebihi rata-rata temannya. Salah satu kelas yang kemudian penulis angkat dalam penelitian ini adalah kelas IX A. pada kelas ini juga mengalami masalah yang sama yaitu kesulitan memahami bacaan Al Qur’an melalui membaca. Ketuntasan dalam pembelajaran kurang dari 80 %, sehingga pada KD ini tidak tuntas, sehingga indicator mampu membaca dengan baik dan fasih harus diulang. Penulis ingin mengetahui kendala apa yang menyebabkan KD ini tidak tuntas dan memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Dari Kontek Penelitian tersebut, maka penulis mengambil judul : “Peningkatan Kemampuan Membaca QS. Al Insyiroh Pada Siswa Kelas IX A SMP NEGERI KUDU Melalui Metode Tutor Sebaya”.
1.2 Fokus Masalah
Merujuk pada kontek penelitian di atas, permasalahan yang muncul dapat difokuskan sebagai berikut:
- Bagaimana penerapan metode tutor sebaya terhadap KD QS. Al Insyiroh pada siswa Kelas IX A SMP NEGERI KUDU JOMBANG ?
- Bagaimanakah hasil yang diperoleh siswa kelas IX A SMP NEGERI KUDU pada KD QS. Al Insyiroh dengan diterapkannya metode tutor sebaya ?.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini antara lain :
- Memperoleh diskripsi obyektif tentang penerapan metode tutor sebaya terhadap KD QS. Al Insyiroh pada siswa Kelas IX A SMP NEGERI KUDU JOMBANG
- Memperoleh diskripsi obyektif tentang hasil yang diperoleh siswa kelas IX A SMP NEGERI KUDU pada KD QS. Al Insyiroh dengan diterapkannya metode tutor sebaya.
1.4 Manfaat Penelitian
- Bagi Siswa :
- Proses pembelajaran lebih aktif, karena siswa ikut berperan dalam proses pembelajaran
- Siswa lebih termotifasi untuk lebih giat belajar, karena reword yang diberikan guru yaitu menjadi tutor bagi temannya.
- Lebih focus pada materi pembelajaran, yaitu membaca
- Siswa lebih percaya diri karena diberikan peran dalam penyelnggaran pembelajaran
- Bagi Guru :
- Proses pembelajaran lebih menarik minat siswa karena guru fariatif dalam penggunaan metode
- Guru dapat lebih focus dalam mengamati perkembangan belajar siswa
- Tidak lagi dominan sebagi sumber belajar, sebaliknya guru menempatkan dirinya sebagi fasilitator
- Dapat menghemat energy untuk proses pembelajaran berikutnya
1.5 Penegasan Istilah
- Peningkatan : suatu hasil usaha yang lebih baik dari sebelumnya
- Kemampuan Membaca : kelebihan membaca bacaan tertentu yang dimiliki oleh siswa
- QS. Al Insyroh : surat ke 94 dalam susunan surat Al Qur’an tergolong surat Makkiyah
- Metode tutor sebaya adalah : adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan menggunakan siswa yang memiliki kemampuan tertentu kepada siswa yang kurang mampu dalam memahami bahan ajar yang sama
1.6 Asumsi
Karena keterbatasan waktu, maka peneliti berasumsi bahwa :
- Metode Tutor Sebaya dominan diterapkan pada pembelajaran KD QS. Al Insyiroh pada siswa kelas IX A SMP NEGERI KUDU JOMBANG
- Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas IX A SMP NEGERI KUDU terutama pada KD QS. Al Insyroh
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca
1. Pengertian Membaca
Pengertian membaca sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud membaca yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya melalui aktifitas membaca. Jadi membaca merupakan hal yang pokok. Membaca merupakan suatu perbuatan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, dari ketidakfahaman menjadi suatu kefahaman. Untuk dapat disebut dapat membaca maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhasi-hari , berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar membaca merupakan suatu proses yanbg tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar membaca. Jadi yang dimaksud dengan meambaca bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri indivdu dalam penguasaan memperoleh hubungan-hubungan baru.
2. Pengertian Hasil Membaca
Hasil membaca adalah meningkatnya perolehan pemahaman yang lebih banyak dari sebelunya yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa hasil membaca merupakan prestasi yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
3. Pedoman Cara Belajar membaca
Untuk memperoleh prestasi/hasl belajar yang baik dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh Karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi factor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
2.2 Metode Tutor Sebaya
Kuswaya Wihardit dalam Aria Djalil (1997:3.38) menuliskan bahwa “pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama”. Sisi lain yang menjadikan AL QUR’AN dianggap siswa pelajaran yang agak sulit adalah bahasa yang digunakan oleh guru dan kemampuan dasar mereka dalam Pendidikan Agma Islam. Dalam hal tertentu siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Siswa juga lebih enak dan tidak canggung dalam bertanya tentang hal yang tidak/belum dipahaminya pada teman sendiri. Itulah sebabnya pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam proses pembelajaran AL QUR’AN di kelas XA materi QS. Al Insyirah
Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno (2004:24) menyatakan bahwa “Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.”
Menurut Miller (1989) dalam Aria Djalil ( 1997:3.34) berpendapat bahwa “Setiap saat murid memerlukan bantuan dari murid lainnya, dan murid dapat belajar dari murid lainnya.” Jan Collingwood (1991:19) dalam Aria Djalil (1997:3.34) juga berpendapat bahwa “Anak memperoleh pengetahuan dan keterampilankarena dia bergaul dengan teman lainnya.” Pada standar kompetensi membaca dengan benar dan fashih pada kelas IX A SMP NEGERI KUDU peserta didik dibawa pada model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok-kelompok belajar / kelompok bimbingan. Setiap kelompok terdiri atas 3 sampai dengan 5 peserta didik dengan 1 (satu) orang pembimbing / mentor.
Menurut Hisyam Zaini (2001:1) (dalam Amin Suyitno, 2004:34) maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri.
- Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Siswa-siswa pandai
- disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya, atau disebut “mentor”.
Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi / kompetensi dasar. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
- Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas
- Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi / pembahasan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
- Untuk memotivasi siswa yang bertindak selaku mentor, maka saat ulangan praktik mereka para mentor tidak ikut ulangan, tapi hanya memantau/mengamati. Nilai mereka para mentor diambil dari nilai teman yang dibimbingnya. Contoh jika ada 4 siswa yang dibimbing, lalu keempatnya mendapat nilai di atas KKM, maka mentor mendapat nilai sesuai dengan nilai tertinggi dari 4 siswa yang dibimbingnya. Namun jika ada 1 siswa/temannya yang mendapat nilai di bawah KKM, maka mentor tersebut mendapat nilai sama dengan temannya yang nilai terendah tadi (di bawah KKM).
Dengan demikian siswa yang bertindak sebagai mentor akan berusah semaksimal mungkin membimbing temannya agar bisa / menguasai materi yang diberikan oleh guru. Sebab jika tidak ia akan mendapat nilai terendah / di bawah KKM, jika ada teman yang dibimbingnya mendapatkan nilai terendah.
Agar model pembelajaran tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, Miler (dalam Aria Djalil 1997:2.48) menuliskan saran penggunaan tutor sebaya sebagai berikut :
- Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.
- Jelaskan tujuan itu kepada seluruh siswa (kelas). Misalnya : agar pelajaran matematika dapat mudah dipahami.
- Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai.
- Gunakan cara yang praktis.
- Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru.
- Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang akan dilakukan tutor.
- Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor.
- Lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor sebaya.
- Jagalah agar siswa yang menjadi tutor tidak sombong.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat Kontekstual Model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
3.1 Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP NEGERI KUKDU JOMBANG Tahun pelajaran 2011/2012
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari semester genap 2011/2012
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IX A mata pelajaran Pendidikan Agam Islam pada KD. QS. Al Insyiroh.
3.2 Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi siswa sebagai sumber belajar (Tutor) bagi siswa yang lain. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
- Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
- Kegiatan penelitian, baik interviw maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
- Jenis interviw yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
- Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
- Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002:82-83).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah.
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
3.3 Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal. Di samping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana standar kompetensi yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
3.4 Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.
- Merekapitulasi hasil tes
- Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 73, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 70 %.
- Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Pembelajaran melalui metode Tutor sebaya dengan Ketuntasan Membaca
Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 70 sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tidak tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 70 kurang dari 85 %
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran Kontektual Ceramah dan unjuk kerja, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada minggu pertama pebruari 2012 di Kelas IX A jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
1 2 3 |
Nilai rata-rata tes formatif |
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
76,47
28
77,8 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran model Ceramah diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,47 dan ketuntasan belajar mencapai 77,8% atau ada 28 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ³ 73 hanya sebesar 77,8 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran model tutor sebaya .
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
4) Guru dapat mengefektifkan siswa yang tuntas (memeiliki kemampuan lebih) untuk menjadi tutor bagi teman-temannya yang lain.
Berikut ini RPP yang dipakai pada siklus I :
No
Kegiatan
Waktu
Metode
1.
Kegiatan Awal
- Guru mengajak untuk tadarus bersama.
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Guru mengadakan pre test.
10 menit
– Ceramah
2.
Kegiatan Inti
- Guru membaca dengan ditirukan oleh siswa bersama-sama
- Guru mendengarkan bacaan siswa secara bergiliran dan membetulkan bacaan yang salah
- Guru memberikan penilaian terhadap bacaan siswa
60 menit
– Pemodelan/demo Kegiatan Akhir
- Guru menyempurnakan bacaan siswa dan mengartikan Q.S Al Insyirah secara harfiyah.
- Guru mengadakan Post test
- Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis Q.S Al Insyirah beserta artinya.
10 menit
– Ceramah
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran ke-2, soal tes formatif ke-2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada minggu kedua Februari 2012 di Kelas IX A dengan jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No |
Uraian |
Hasil Siklus II |
1 2 3 |
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar |
78,66 30 88,9 |
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 78,9 dan ketuntasan belajar mencapai 88,9 % atau ada 32 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran model tutor sebaya .
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut.
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
4) Ternyata siswa yang tidak tuntas dapat lebih terbuka kepada teman sebayanya.
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
Guru lebih banyak menambah peran siswa dalam setiap menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan dengan latihan /driil pada siswa yang tidak tuntas dalam
Berikut ini RPP yang dipakai pada siklus II/perubahan dalam pembelajaran.
No |
Kegiatan |
Waktu |
Metode |
1. |
Kegiatan Awal
Kegiatan Awal Revisi
|
10 menit |
– Ceramah |
2. |
Kegiatan Inti
memberikan koreksi atas bacaan siswa
Kegiatan Inti Revisi
|
60 menit |
– Drill
-Tutor sebaya
|
3. |
Kegiatan Akhir
Kegiatan Akhir Revisi
|
10 menit |
Ceramah |
4.2 Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran model tutor sebaya memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II)yaitu masing-masing 77,8 % , 88,9 %.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pengajaran tutor sebaya dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI pada pokok bahasan QS. Al Insyroh dengan model pengajaran tutor sebaya yang paling dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pengajaran konstekstual model pengajaran berbasis masalah dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Pembelajaran model tutor sebaya memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (77,8%), siklus II (88,9 %).
- Model pengajaran tutor sebaya dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.
- Penerapan pembelajaran model tutor sebaya mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar PAI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
- Untuk melaksanakan model pengajaran tutor sebaya memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan tutor sebaya dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
- Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMP NEGERI KUDU tahun pelajaran 2011/2012
- Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA – 081939483377