Oleh Dewi Oktofa Rachmawati (Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja).
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran fisika sehingga dapat menjadikan pembelajaran Fisika Dasar lebih efisien. Dengan mengkosentrasikan perhatian mahasiswa pada bagian yang paling esensial dari materi kuliah Fisika Dasar. Disamping itu, mahasiswa diberikan Panduan Belajar yang disertai dengan Lembar Masalah Terprogram yang dijadikan lembar kerjanya, maka hasil belajar mahasiswa dan aktivitas belajar mandiri dapat ditingkatkan. Model pembelajaran ini diberikan pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja semester dua tahun ajaran 2001/2002 yang melibatkan 34 orang mahasiswa. Data dikumpulkan dengan tes, pedoman observasi, dan kuesioner serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai rerata hasil belajar mahasiswa yang mencermikan pemahaman materi adalah 75,41 berada dalam kategori baik dengan ketuntasan belajar mahasiswa mencapai 94,12%, (2) aktivitas belajar mandiri mahasiswa memiliki skor rerata 25,32 (rentang skor 6-30) berada dalam kategori baik, (3) respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran ini mencapai skor 23,4 (rentang skor 6-30) berada dalam kategori baik . Pengembangan model pembelajaran fisika ini menghasilkan perangkat pembelajaran berupa : (1) panduan belajar, dan (2) lembar kerja mahasiswa.
Kata kunci : panduan belajar, lembar masalah terprogram, dan model pembelajaran fisika
Pendahuluan
Hasil belajar fisika mahasiswa FPMIPA STKIP Singaraja tahun akademik 1999/2000 belum menampakkan hasil yang memuaskan, meskipun hasil belajar ini sudah agak memadai dengan nilai rerata 66,73 (Rideng, 2000). Aktivitas belajar mandiri serta respon mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran fisika dasar masih dalam kategori rendah. Hasil observasi dan analisa pendahuluan terhadap pembelajaran fisika dasar yang telah diterapkan menunjukkan bahwa mahasiswa tidak mampu menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip ataupun rumus secara benar dalam menyelesaikan soal yang dihadapi. Mahasiswa fisika mengacaukan antara “mengingat’ dan “memahami”. Mahasiswa sering berusaha memecahkan soal fisika dengan cara : (a) coba-coba, (b) mengacu pada jawaban numerik buku teks, atau (c) dengan mengambil cara penyelesaian yang diberikan dengan anggapan yang salah bahwa hal ini sama dengan apa yang mereka kerjakan. (Halloun, 1995). Mereka cenderung memandang pemecahan soal-soal fisika terutama sebagai tugas memilih rumusan matematika untuk mengaitkannya dengan variabel dalam soal (Halloun,1995). Akibatnya pengajaran fisika menjadi : (a) kemanfaatannya rendah dalam arti mahasiswa yang kompetensinya rata-rata atau rendah akan tetap tidak mengikuti kemajuan, (b) retensi jangka pendek, dalam artian tidak lama setelah menyelesaikan pelajaran mereka melupakan apa yang telah dipelajari, dan (c) tingkat penyusutan yang tinggi dari apa yang pernah dipelajari (Tobias,1990). Lebih-lebih sering tercetus keluhan dari sekolah bahwa lulusan calon guru fisika umumnya belum mampu melayani anak yang cerdas ataupun berbakat, sehingga anak tersebut tidak bisa berkembang secara optimal dan belum siap untuk membina siswa SMU dalam mengikuti berbagai lomba, baik fisika tingkat nasional ataupun internasional.
Untuk mengatasi masalah ini perlu diajukan suatu model pembelajaran yang mampu membangkitkan aktivitas belajar mandiri mahasiswa secara optimal sehingga menjadikan jam pembelajaran lebih efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan memusatkan perhatian mahasiswa pada bagian yang paling esensial dari materi pelajaran yang dihadapi dengan cara memberikan versi pengungkapan kembali bagian-bagian yang paling esensial tersebut. Pengungkapan ini dilakukan dengan mengemas hal yang esensial dalam suatu model lembar kerja yang harus dikaji dan dipecahkan atau diselesaikan oleh mahasiswa. Model lembar kerja ini adalah lembar masalah terprogram yang pada dasarnya merupakan suatu tuntunan kegiatan belajar secara mandiri untuk bisa menangkap dan memahami hal-hal esensial dari materi pokok bahasan tersebut. Dalam mengerjakan lembar kerja, mahasiswa didampingi dengan panduan belajar yang bisa dijadikan sumber acuan ringkas selain buku teks atau buku wajib lainnya.
Pembelajaran dengan menggunakan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar merupakan salah satu pendekatan atau strategi dalam pembelajaran. Pemberian masalah yang terprogram akan memberikan tanggung jawab pada mahasiswa untuk memahami konsep-konsep Fisika. Pembelajaran dengan strategi ini melibatkan mahasiswa secara langsung, aktif dan partisipatif dengan segala pikiran, pengetahuan, ataupun keterampilan. Perbedaan dalam hal kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar pada mahasiswa dapat diatasi, salah satunya melalui pemberian panduan belajar. Dengan demikian, diharapkan semua mahasiswa dapat mencapai dan memahami materi Fisika sesuai dengan waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Panduan belajar ini berisikan konsep-konsep pada pokok bahasan, dan bagian-bagian yang esensial pada materi Fisika yang dapat dijadikan sumber acuan ringkas.
Pada belajar mandiri, pebelajar merupakan pribadi yang aktif dan mempunyai ekspresi diri yang belajar melalui aktivitas yang dialaminya, yang mempersyaratkan empat faktor, yaitu konstruksi, investigasi, sosial dan ekspresi (dalam Rindjin, 1997). Belajar mandiri adalah upaya termotivasi dan proses metakognisi secara berkelanjutan untuk mencapai hasil belajar yang optimum. Melalui belajar mandiri diharapkan akan dapat (1) secara pribadi dapat memperbaiki kemampuannya untuk belajar melalui pemanfaatan strategi metakognisi dan motivasi, (2) secara proaktif dapat memilih, menentukan struktur, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, (3) dapat berperan penting dalam memilih bentuk dan jumlah pengajaran yang diperlukan (dalam Rindjin, 1997:2). Belajar mandiri adalah belajar memberdayakan diri untuk menemukan sendiri, belajar bagaimana mengajar diri sendiri, bagaimana mengendalikan proses belajar atau memperdayakan diri dalam hidup untuk mencapai keberhasilan studi, hasil belajar dan pengembangan dirinya sehingga mampu untuk mandiri. Belajar mandiri penekananya pada aktivitas mandiri dan belajar melalui pengalaman. Dengan berbuat, maka diperoleh belajar secara bermakna dan ini dipermudah bila pebelajar berpartisipasi dalam proses belajar itu sendiri. Sebenarnya akan lebih baik bila belajar itu dengan inisiatif sendiri. Belajar mandiri dapat pula dilakukan dalam kelompok kecil, sehingga mahasiswa dapat bekerjasama untuk memecahkan masalah bersama dan tanggung jawab terhadap penguasaan pengetahuan yang menjadi sasaran dalam pembelajaran tetap merupakan tanggung jawab individu.
Dalam upaya menumbuhkembangkan aktivitas belajar mandiri mahasiswa serta meningkatkan hasil belajar baik menyangkut proses ataupun produk, maka perlu dilakukan reformasi terhadap pendekatan dan strategi pembelajaran. Salah satu strategi dalam pendidikan sains yang mungkin dapat memberikan solusi terhadap permasalahan di atas adalah pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar dengan strategi belajar mandiri dalam diskusi kelompok kecil.
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi permasalahan yang disampaikan di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian tindakan sebagai berikut : (1) bagaimana hasil belajar mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan sistem panduan belajar yang disertai dengan lembar masalah terprogram pada mata kuliah Fisika Dasar I ?, (2) bagaimana aktivitas belajar mandiri mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan sistem panduan belajar yang disertai dengan lembar masalah terprogram pada mata kuliah Fisika Dasar I ?, dan (3) bagaimanama respon mahasiswa terhadap model pembelajaran fisika yang menggunakan sistem panduan belajar yang disertai dengan lembar masalah terprogram?
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah (1) meningkatkan hasil belajar Fisika Dasar mahasiswa melalui sistem panduan belajar yang disertai dengan lembar masalah terprogram, (2) meningkatkan aktivitas belajar secara mandiri melalui sistem pembelajaran dengan menggunakan sistem panduan belajar yang disertai dengan lembar masalah terprogram, dan (3) mengungkapkan persepsi mahasiswa terhadap model pembelajaran ini yang diterapkan pada mereka.
Penerapan model pembelajaran dengan menggunakan panduan belajar dan lembar masalah terprogram yang disertai dengan tutorial secara proaktif ternyata memberikan manfaat, yaitu (1) menjadikan jam pembelajaran lebih efisien di mana lebih dari 80% waktu pembelajaran diisi dengan aktivitas belajar mandiri dalam diskusi kelompok kecil secara aktif, (2) dengan sistem belajar mandiri dengan menggunakan panduan belajar dan lembar masalah terprogram yang disertai tutorial secara proaktif, mahasiswa dapat memahami dengan baik ide pokok dan hal yang esensial dari materi yang dikaji, dan (3) dengan model pembelajaran seperti ini, proses pembelajaran dapat terlaksana secara efektif sehingga dapat memberikan hasil belajar yang optimal.
Metode Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa semester dua tahun ajaran 2001/2002 yang melibatkan 34 orang mahasiswa, sedangkan objek penelitian ini adalah model pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar, hasil belajar mahasiswa, aktivitas belajar mandiri, dan respon mahasiswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Pada siklus I dikaji pokok bahasan muatan listrik dan hukum coulomb, medan listrik, hukum Gauss, potensial listrik, kapasitansi, arus dan hambatan. Pada siklus II dikaji GGL dan rangkaian medan magnet, hukum Ampere, hukum Faraday, induktansi, dan rangkaian AC. Tiap pokok bahasan diselesaikan dalam satu kali tatap muka dengan satu panduan belajar dan satu lembar kerja mahasiswa.
Panduan belajar merupakan pengungkapan pokok-pokok bahasan dan bagian-bagian yang esensial pada materi Fisika. Pengungkapan tersebut mengacu pada urutan penyajian materi. Strategi pengorganisasian materi terdiri dari tiga tahapan yaitu pembentukan konsep, interpretasi konsep, dan aplikasi konsep. Pengaturan pengorganisasian materi berdasarkan terdapatnya kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar mahasiswa yang berbeda-beda dalam setiap kelas. Materi pokok bahasan pada panduan sesuai dengan materi yang tertuang dalam kurikulum Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja 2002. Panduan belajar ini berfungsi sebagai panduan bagi mahasiswa untuk memahami konsep-konsep pokok dan bagian esensial dari materi pokok bahasan menjadi acuan apa yang telah dikerjakan dalam menyelesaikan LKM.
Pada masing-masing siklus mencakup beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi tindakan dan refleksi.
Tahap perencanaan tindakan, meliputi (1) menetapkan jadwal penelitian, (2) merancang strategi pembelajaran dan skenario kegiatan untuk setiap siklus, (3) pembuatan instrumen berupa ; lembar kerja mahasiswa, tes formatif, tes akhir siklus, pedoman observasi, angket respon, dan panduan belajar., dan (4) menentukan kelompok kerja mahasiswa yang masing-masing beranggotakan 4 orang. Masing-masing siklus terdiri atas 6 pertemuan. Adapun langkah-langkah tahap pelaksanaan tindakan : (1) dosen membuka tatap muka dengan memberikan suatu tinjauan ringkas dari prinsip-prinsip utama topik yang menjadi pokok bahasan, (2) mahasiswa mendiskusikan dan menyelesaikan lembar kerja yang diberikan di dalam kelompoknya masing-masing, (3) dosen memantau hasil kerja dan memberikan tutorial secara individual terhadap kesulitan yang dihadapi mahasiswa, (4) mempresentasikan butir masalah yang mereka kerjakan dengan menunjuk secara acak mahasiswa yang mewakili kelompok, (5) pada akhir pertemuan lembar kerja mahasiswa dikumpulkan untuk mendapatkan penilaian terhadap usaha dan pemahaman mereka, dan (6) selanjutnya dibagikan panduan belajar untuk dijadikan sebagai balikan dan acuan untuk merefleksikan diri terhadap apa yang telah dikerjakan.
Untuk siklus pembelajaran berikutnya butir 1 sampai butir 6 dilakukan kembali dengan perbaikan-perbaikan dari siklus sebelumnya. Observasi – evaluasi pada penelitian ini mencakup, yaitu observasi aktivitas belajar mandiri mahasiswa, dan proses pembelajaran. Evaluasi tehadap tingkat pemahaman dilakukan melalui tes formatif pada setiap akhir satu atau dua pokok bahasan, evaluasi hasil belajar, evalusi terhadap aktivitas dan respon. Evaluasi siklus dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan,. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siklus tindakan yang dilakukan dan untuk mengkaji kendala-kendala serta kelemahan-kelemahan siklus tindakan yang dilakukan sebagai bahan refleksi. Evalusi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari tindakan pada penelitian ini, yang dilakukan pada akhir dari setiap siklus pembelajaran. Sedangkan evaluasi terhadap respon siswa dilakukan pada akhir semua siklus. Sebagai bahan refleksi siklus adalah hasil evaluasi siklus dan monitoring yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Refleksi ini digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan tindakan pada siklus berikutnya.
Data mengenai hasil belajar mahasiswa dikumpulkan dengan teknik tes yang dianalisis secara deskriptif dan penyimpulannya didasarkan pada prosentase mahasiswa dengan indikator keberhasilan, yaitu persentase mahasiswa yang memperoleh nilai A (4) dan 3(B) lebih besar dari pada memperoleh 2(C), 1(D), dan 0 (E). Data mengenai aktivitas belajar mandiri mahasiswa dikumpulkan dengan teknik pedoman observasi dan dianalisis secara deskritif dengan kriteria keberhasilan yaitu apabila kualitas aktivitas belajar mandiri mahasiswa termasuk kategori baik. Data mengenai respon siswa dikumpulkan dengan teknik angket dan pedoman interviu, dan dianalisis secara deskriptif dengan kriteria keberhasilan yaitu apabila respon mahasiswa dalam kategori baik.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil dari pengembangan model pembelajaran fisika ini berupa perangkat pembelajaran, yaitu (1) panduan belajar, dan (2) lembar kerja mahasiswa. Panduan belajar ini berisikan konsep-konsep pokok, idea, dan bagian esensial dari materi pokok bahasan. Panduan belajar ini terdiri dari 12 pokok bahasan dan tiap pokok bahasan disusun dalam satu bab tersendiri. Sedangkan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) adalah merupakan masalah terprogram yang harus diselesaikan oleh mahasiswa. LKM ini merupakan tuntunan kegiatan agar lebih memahami prinsip dasar pokok materi bahasan. Berbentuk format belah dua, dimana kotak sebelah kiri berisikan masalah yang telah diprogram, dan kotak sebelah kanan dikosongkan yang disediakan sebagai ruang dimana mahasiswa mengerjakan jawaban atau penyelesaian dari masalah yang tertera pada kotak disebelah kirinya. Ada dua belas buah LKM yang masing-masing LKM, merupakan pokok bahasan yang akan dikaji konsep pokok dan bagian esensial yang terkandung dalam pokok bahasan ini.
Tiap unsur hasil belajar diberikan penilaian dan nilai total adalah gabungan dari semua jenis penilaian yang masing masing diberi bobot sesuai dengan tingkat beban yang dikandung oleh masing masing komponan penilaian, seperti berikut ini (1) penyelesaian LKM, PR diberi bobot 10% (2) tes I, tes II, tes III masing-masing diberi bobot 30 %. Hasil pemberian tindakan berupa pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar, baik pada siklus I dan siklus II diperoleh nilai rerata hasil belajar mahasiswa adalah 75,41 berada dalam kategori baik dengan ketuntasan belajar sekitar 94,12%. Hanya dua orang mahasiswa yang belum tuntas dengan nilai 63,2. Mahasiswa yang mendapatkan nilai di atas 70,0 dengan kriteria B mencapai 80%.
Hasil observasi pada siklus I selama proses pembelajaran diperoleh informasi bahwa : (1) mahasiswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar, (2) sebanyak 22 orang mahasiswa masih memerlukan tuntunan dan bimbingan secara individual dalam menyelesaikan LKM, (3) aktivitas belajar mandiri mahasiswa masih rendah, salah satunya terlihat dari tidak adanya inisiatif mahasiswa untuk mencari solusi permasalahan dari buku sumber lainnya, (4) hanya 12 orang mahasiswa yang dapat memahami konsep pokok dan bagian esensial yang terkandung dalam pokok bahasan, dan (5) penerapan pembelajaran dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar menghabiskan waktu cukup banyak dalam artian melebihi alokasi waktu pembelajaran 2 x 50 menit.
Perbaikan yang dilakukan sebagai refleksi pada siklus I adalah (1) memberikan panduan belajar pada saat pembelajaran berlangsung, (2) mahasiswa yang mengalami kesulitan memahami konsep pokok dan bagian esensial yang terkandung dalam pokok bahasan mendapat perhatian lebih, (2) mahasiswa diharapkan menyiapkan materi sebelum pelajaran dimulai, (3) merancang LKM yang “menarik” bagi mahasiswa, dan (4) perlu ditanamkan belajar mandiri.
Dengan jumlah mahasiswa 34 orang, peneliti tetap mengalami kesulitan dalam memantau mahasiswa yang memerlukan tuntunan dan bimbingan untuk memahami konsep serta mengobservasi aktivitas belajar mandiri.
Aktivitas belajar mandiri mahasiswa setelah diterapkan pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar diperoleh skor rata-rata 25,32 dari rentang 6-30 berada dalam kategori baik. Pada tahap awal pembelajaran, aktivitas belajar mahasiswa masih tergolong rendah, mahasiswa sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebelumnya yang hanya mendengarkan ceramah-ceramah dari dosen. Melalui pengerjaan lembar kerja mahasiswa, pada awal siklus I terlihat mahasiswa belum mampu menggunakan keterampilan pemusatan, mengumpulkan informasi, mengingat, mengorganisasi, menganalisis, membangkitkan, mengintegrasi, dan mengevalusi. Akhir siklus I keterampilan-keterampilan tersebut sudah mulai tampak pada diri masing-masing mahasiswa. Sedangkan respon mahasiswa terhadap penerapan pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar yang dijaring pada akhir siklus II berada dalam kategori baik dengan skor 23,4 dari rentang skor 6-30.
Pembahasan
Nilai rata-rata hasil belajar fisika mahasiswa setelah dilakukan tindakan melalui pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar dengan strategi belajar mandiri dalam diskusi kelompok kecil adalah 75,41 berada dalam kualifikasi baik dengan ketuntasan belajar 94,12%. Secara deskriptif, hasil belajar mahasiswa setelah tindakan mengalami peningkatan dari keadaan awal, baik nilai rata-rata ataupun pada ketuntasan belajar. Jadi pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar dengan strategi belajar mandiri dalam diskusi kelompok kecil secara kualitatif cukup efektif meningkatkan pemahaman materi mahasiswa.
Aktivitas belajar mandiri mahasiswa sebelum tindakan termasuk kualifikasi cukup. Belum optimalnya kualifikasi aktivitas belajar mandiri mahasiswa ini karena selama ini pembelajaran fisika belum menciptakan suasana yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya aktivitas belajar mandiri mahasiswa. Setelah diberikan tindakan pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar dengan strategi belajar mandiri dalam diskusi kelompok kecil termasuk kategori baik. Adanya peningkatan kualifikasi aktivitas belajar mandiri mahasiswa dari kategori cukup sebelum tindakan menjadi kategori baik setelah tindakan mengindikasikan bahwa pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar dengan strategi belajar mandiri dalam diskusi kelompok kecil menciptakan iklim yang subur untuk tumbuh dan berkembangnya kualitas aktivitas belajar mandiri mahasiswa.
Hasil analisis respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar dengan strategi belajar mandiri dalam diskusi kelompok kecil menunjukkan bahwa respon mahasiswa termasuk kategori baik. Mahasiswa menyatakan sangat setuju dengan model pembelajaran ini, lebih menarik karena pelajaran menjadi bermakna dan bersifat lama (retensi jangka panjang), lebih mudah dipahami, lebih bermotivasi, dan memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapatnya.
Penutup
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) pengembangan model pembelajaran fisika dengan sistem lembar masalah terprogram dan panduan belajar, di mana dosen berperan sebagai tutor dan fasilitator yang proaktif memberikan tuntunan dan bimbingan secara individual bagi mahasiswa yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan lembar kerja mahasiswa, ternyata strategi pembelajaran ini memberikan hasil belajar fisika yang cukup baik, yaitu dengan nilai rerata 75,41 dengan capaian ketuntasan belajar yang tinggi, sebanyak 94,12%, (2) aktivitas belajar mandiri mahasiswa berada dalam kelompok baik dengan skor rerata 25,32 dari rentang 6-30. Mahasiswa sangat aktif mencari informasi sendiri baik melalui buku sumber ataupun lewat diskusi yang intensif, dan (3) Mahasiswa sangat terbantu dengan model pembelajaran dengan sarana yang diberikan serta strategi pembelajaran dengan tutorial yang proaktf. Mahasiswa menerima model pembelajaran ini dengan baik dan antusias tercermin dari capaian skor, yaitu 23,4 dari rentang 6-30 yang berada dalam kategori baik.
Berdasarkan temuan-temuan yang telah dikemukakan di atas disarankan hal sebagai berikut: (1) model pembelajaran mandiri berkelompok dengan strategi tutorial individual secara proaktif ini memberi perspektif pembelajaran yang cukup bagus dan perlu diterapkan secara berkelanjutan sehingga memungkinkan untuk perbaikan kekurangan atau kelemahan yang ada selama ini agar proses pembelajaran yang betul-betul efektif., dan (2) untuk keberhasilan dan efektivitas pembelajaran yang maksimal diperlukan persiapan yang matang, seperti (a) pengadaan materi pembelajaran yang siap pakai dalam setiap proses pembelajaran, dan (b) kelas jangan terlalu besar sehingga tutorial individual berjalan secara efektif.
Daftar Pustaka
Borisch, G.D. 1998. Effective Teaching Methods. Merril Pub. Company. USA.
Burron, B. at. Al. 1993. TheEffeect of Cooperatif Learning in a Physical Science Course for Elementary Middle Level Presevice Teacher. Journal of Research in Science Teaching, Vol 30 No. 9.
Halloun, I. 1996. Schematic Modeling for Meaningful Learning Physics. Journal of Research in Science Teaching, Vol 33. No 9. John Wiley & Sons. USA
Johnstone, A.H. 1991. Why ia Science Difficult ro Learn, Things are Seldom what
They Seem. Computer Assisted Learning. 7, 75-83. Glasgow. UK.
Johnstone, A.H and El-Bana, H. 1989. Understanding Learning Difficulties-a Predictive Research Model. Studies in Higher Education, Vol 14 No. 2.
Lonning, R.A. 1993 Effect of Cooperative Learning Strategies on Student Verbal
Interactions and Achievement during Conceptual Change Instruction in 10th
Grade General Science. Juornal of Research in Science Teaching. Vol. 30. No. 79
Rindjin, Ketut. 1997 Belajar Sesara Mandiri. Makalah Disampaikan dalam Pelatihan Opersianal Perbaikan dan Peningkatan Sistem Pembelajaran di Sekolah tanggal 5-6 Nopermber 1997 STKIP Singaraja.
Sumber:Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVII April 2004