ABSTRACT
ASER KOCU. Integrated Pest Management Practices by Organic Coffee Growers in Regency of Jayawijaya. Research was conducted in Regency of Jayawijaya-Papua from January until March 2011, with the objectives to obtain information on pest management practices by organic coffee growers. Number of farmers interviewed were 42 in District of Walesi and 46 in District of Kurulu. Coffee growers in the District Walesi and Kurulu generally have received training and guidance on coffee cultivation, management of pests and diseases, processing, standardization, and marketing. The cumulative mean percentage of farmers participation in training was 37-39%. The most important pests attacking coffee in Jayawijaya was berry borer, Hypothenemus hampei Fer (Coleoptera: Scolytidae). In District of Kurulu 100% of respondents applied fungus Beauveria bassiana to control the coffee berry borer, while in District Walesi only 53%. In addition, 30% of respondents in Kurulu also install broca trap to control the berry borer, while in Walesi only 7%. Other control techniques practiced by famers include clearing of weeds, pruning, and application of compost and manure. About 71% of respondents in Kurulu have heard about organic certification, while in Walesi only 29%. According to 40% of respondents in Kurulu organic coffee was associated with free of pesticides, whereas 50% of respondents in Walesi associated organic coffee with free of chemical fertilizers. Coffee farmers in Jayawijaya nearly 65.22% were already familiar with certification of organic coffee.
Key word : Arabica coffee, organic, integrated pest management.
***
RINGKASAN
ASER KOCU. Pengelolaan Hama Terpadu oleh Petani Kopi Organik di Kabupaten Jayawijaya.
Penelitian bertujuan untuk mengkaji praktek budidaya kopi, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan hama terpadu oleh petani kopi organik di Kabupaten Jayawijaya. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei, yaitu melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur di Distrik Walesi dan Kurulu. Pada setiap distrik dipilih tiga kampung, dan pada setiap kampung dipilih secara acak 10-20 petani. Jumlah total petani yang diwawancari 88 orang.
Rata-rata petani kopi di Distrik Walesi dan Kurulu yang memiliki jumlah luas areal yang paling luas 11.52 di Distrik Kurulu sementara di Distrik Walesi 11.33, ini menunjukan bahwa Distrik Kurulu rata-rata jumlah areal luas lahan kopi lebih luas dibandingkan dengan Distrik Walesi. Kemudian di ikuti dengan rata-rata jumlah pohon kopi di Distrik Walesi lebih banyak mencapai 1.567.86 pohon atau setara dengan satu hektar, dibandingkan Distrik Kurulu mencapai 1.564.02 pohon lebih sedikit setara dengan setara satu hektar. Rata-rata usia 17.17 tahun petani kopi di Distrik Kurulu lebih lama berusaha tani kopi sejak tahun 1980-an dibandingkan dengan distrik Walesi rata-rata berusaha tani kopi mencapai 15.14 tahun lebih kurang sebab mereka baru mulai uasaha tani kopi sejak tahun 1990-an.
Persentase kegiatan pelatihan yang dilakukan di kedua Distrik antara lain PHT dan pengelolaannya, budidaya kopi, prosesing standarisasi kopi, pemasaran dan kopi organik. 100% dari responden baik di Distrik Walesi maupun Kurulu pernah mengikuti kegiatan pelatihan PHT dan pengelolaannya. Selain itu juga di Distrik Kurulu kegiatan pelatihan yang diikuti untuk menambah sumber daya manusia di bidang pertanian adalah mengikuti pelatihan tentang Pemasaran kopi paling tinggi mencapai 76%, kemudian diikuti dengan pelatihan prosesing dan standarisasi kopi mencapai 75%, persentase yang paling rendah adalah budidaya kopi mencapai 56% dan kopi organik hanya mencapai 42%. Hal ini menunjukan bahwa Distrik Kurulu lebih banyak mengikuti kegiatan pelatihan yang menunjang SDM mereka lebih baik di bandingkan dengan distrik Walesi. Sementara petani kopi organik di Distrik Walesi mengikuti pelatihan tentang pemrosesan dan standarisasi kopi, pelatihan kopi organik masing-masing mencapai 60%. Kegiatan pelatihan yang paling sering diikuti adalah pelatihan tentang budidaya kopi hanya mencapai 30% dan kopi organik hanya mencapai 20%.
Dari sebagian besar kopi yang diusahakan di Distrik Walesi dan Kurulu diketahui terdapat tiga varietas kopi arabika yaitu tipika arabika, arabika S795 dan arabika S288. Berdasarkan informasi yang diperoleh diketahui bahwa bibit tanaman kopi varietas tipikia arabika berasal dari misionaris Belanda sementara varietas Arabika S795 dan Arabika S288 berasal dari Puslitkoka Jember. Varietas tipika arabika merupakan varietas yang dominan dibudidayakan menurut responden baik di Distrik Walesi (55 %) dan juga Kurulu (71 %), kemudian disusul varietas S288 di Distrik Walesi mencapai 29% dan Distrik Kurulu mencapai 16%. Pembudidayaan varietas S795 baik di Distrik Walesi dan Kurulu adalah yang terendah masing-masing 16% dan 12%.
Jenis Tanaman pelindung yang digunakan dalam sistem budidaya tanaman kopi di kedua Distrik antara lain lamtoro, dan albisya belanda. Persentasi penggunaan albisya belanda sebagai pohon pelindung di Distrik Walesi mencapai 80%, sementara di Distrik Kurulu hanya mencapai 68%. Penggunaan pohon lamtoro sebagai pohon pelindung di Distrik Walesi hanya mencapai 15% sementara di Distrik Kurulu mencapai 22%, sementara itu penggunaan pohon yang tumbuh secara alami di hutan untuk Distrik Walesi mencapai 5% sedangkan di Kurulu mencapai 8% . Jenis tanaman penutup tanah yang digunakan antara lain rumput alami dari hutan, kacang-kacangan dan sundal eka. Persentase pengunaan kacang-kacangan sebagai tanaman penutup tanah baik di distrik Walesi maupun Kurulu adalah yang tertinggi masing-masing 80% dan 68%. Sedangkan penggunaan sundal eka sebagai penutup tanah di Distrik Walesi hanya mencapai 8% sementara di Kurulu mencapai 25%, sementara itu penggunaan rumput yang tumbuh secara alami di hutan Distrik Walesi mencapai 12% sedangkan di Kurulu mencapai 7%.
Rata-rata upah pembayaran untuk semua kegiatan, berbeda berdasarkan ringan atau beratnya suatu pekerjaan yang dihadapinya oleh petani kopi, dari hasil penelitian menunjukan bahwa terlihat adanya berbedaan yang sangat nyata pada kegiatan pemupukan mencapai Rp 336.521 di Distrik Kurulu sementara di Distrik Walesi pada kegitan pemupukan mencapai 314.285. Kemudian diikuti pada kegiatan pemupukan untuk wanita mencapai Rp 334.782.61 di Distrik Kurulu sementara di Distrik Walesi pada kegiatan pepukan juga mencapai 306.666,67. Rata-rata pengeluaran untuk pupuk (kompos dan kandang), biaya untuk pupuk kompos mencapai Rp. 3.785.714.29,sementara pupuk kandang Rp. 882.500.00, sementara di Kurulu biaya untuk pupuk kompos mencapai Rp. 3.684.782.61 sedangkan biaya untuk pupuk kandang mencapai Rp. 1.113.913.04.
Rata-rata Pendapatan yang berasal khusus dari kopi per tahun di Distrik Walesi mencapai Rp. 8,354,166.67 sementara di Distrik Kurulu pendapatan dari hasil kopi pertahun lebih tinggi mencapai Rp 12,763,586.96. Kemudian digabungkan dengan pengasilan lain selain kopi hingga rata-rata pendapatan dari jenis usaha lain yang diusahakan oleh petani kopi organik di Distrik Kurulu lebih tinggi mencapai Rp 44,891,246.18 /tahun, sementara di distrik Walesi hanya mencapai Rp 34,243,214.29 /tahun.
Secara umum petani kopi organik di Distrik Walesi dan Kurulu telah memiliki pengetahuan tentang pengendalian hama terpadu (PHT). Beberapa diantara responden memiliki pendapat bahwa PHT berkaitan dengan kegiatan pengendalian yang dilakukan secara terpadu, sementara pemahaman lainnya berkaitan dengan pelestarian beberapa jenis musuh alami serta menjaga agar kondisi lingkungan tetap terjaga (ramah lingkungan).
Hama utama kopi yang paling merugikan adalah penggerek buah kopi, Hypothenemus hampei. Seluruh responden (100%) melaporkan bahwa tanaman kopinya diserang oleh hama ini.
Pengendalian terhadap penggerek buah kopi dilakukan dengan pemangkasan, pengendalian hayati dengan jamur Beauveria Bassiana, dan pemasangan perangkap brocap trap yang diumpan dengan atraktan. Dari semua kegiatan pengendalian yang dilakukan, 100% responden di Distrik Kurulu menggunakan metode pengendalian dengan jamur Beauveria bassiana, sementara di Distrik Walesi hanya mencapai 53% responden.
Pengetahuan petani kopi tentang pertanian organik dan adanya Koperasi Baliem Arabika telah mendorong ke arah upaya perolehan sertifikasi kopi organik. Koperasi Baliem Arabika telah memperoleh sertifikat kopi organik dari CERES.
***
Biodata
Nama: ASER KOCU, SP. M.Si
Tempat Tanggal Lahir: Kumurkek, 09 April 1974
NIP: 19740409 200502 1 003
Pangkat/Golongan/Ruang Gaji: Penata Muda (III/a)
Jabatan: Staf Seksi Alat dan Mesin pada kantor Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua
Pendidikan
S2 (Magister Sains) Entomologi ( Ilmu Serangga Hama Tanaman)
IPB (Institut Pertanian Bogor), Tanggal 29 Desember 2011.
S1 STIPER Jayapura Papua, tahun 2005
D3 Agronomi Akademi Pertanian Jayapura Tahun 1998
SMA Katolik Jayapura Papua, tahun 1990
SMP YPK Jayapura, Papua tahun 1987
SD N Inpres Kumurkek, tahun 1985
Alamat: Jln.Raya Abe Kotaraja Belakang Kelurahan Wai Mhorock Distrik.
NO HP 081280537344