Oleh Kusyairi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebuah sistem yang di dalamnya tercakup berbagai komponen yang memiliki hubungan antara yang satu dengan lainnya yang bersifat fungsional. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh fungsi masing-masing komponen pendidikan. Apabila salah satu komponen tidak dapat berfungsi dengan baik maka akan berakibat terganggunya proses pendidikan secara keseluruhan. Karena pendidikan harus diarahkan pada perubahan tingkah laku peserta didik untuk menuju masa depan yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dari berbagai aspek. Hal ini tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. (U.U.RI, 2003 : 3).
Agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik maka perlu instrumen-instrumen pendukung di antaranya peningkatan kompetensi guru. Diharapkan guru dalam melaksanakan tugasnya dapat menunjukkan adanya kedisiplinan, kesungguhan, kemampuan dan keahliannya. Sehingga guru diharapkan dapat melaksanakan dan meningkatkan kompetensinya secara baik dan menggunakan pendekatan yang sesuai demi tercapainya tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.
Berbagai program yang dilaksanakan telah memberikan harapan bagi kelangsungan dan terkendalinya kualitas pendidikan Indonesia. Akan tetapi karena pengelolaan yang terlalu kaku dan sentralistik, program itupun tidak memberikan dampak positif. Angka partisipasi pendidikan nasional maupun kualitas pendidikan tetap menurun. Diduga hal tersebut erat kaitannya dengan masalah manajemen. Dalam kaitan ini muncullah salah satu pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Pemikiran ini dalam perjalanannya disebut manajemen sekolah yang telah berhasil mengangkat kondisi dan memecahkan berbagai masalah dalam dunia pendidikan
Berbicara tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah, tentu tidak terlepas dari peran serta guru dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yang diwujudkan dalam bentuk interaksi belajar mengajar, baik antara pendidik dengan pendidik lainnya, pendidik dengan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik dan lingkungannya. Dalam menyelenggarakan pembelajaran formal, pendidik berpedoman pada rencana dan pengaturan tentang pendidikan, yang keseluruhannya dikemas dalam bentuk kurikulum.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini sedang dikembangkan di Indonesia, peran guru untuk dapat mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum tampaknya bukan hal yang sederhana. Guru dituntut untuk dapat memenuhi sejumlah prinsip pembelajaran tertentu, diantaranya guru harus memperhatikan kebutuhan dan perbedaan individual, mengembangkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif, kreatif dan menyenangkan, serta menilai proses dan hasil pembelajaran siswa secara akurat dan komperhensif.
Untuk dapat mengimplementasikan kurikulum dengan baik tampaknya masih ditemukan berbagai kendala, seperti persoalan rendahnya motivasi dan kemampuan guru itu sendiri, rasio antara guru dengan siswa yang tidak seimbang, dan keterbatasan sarana. Semua itu menuntut guru untuk dapat mengelola pembelajaran dan mengembangkan bentuk-bentuk strategi pembelajaran yang lebih tepat dan sesuai.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien, sehingga bisa mencapai tujuan yang di harapkan, salah satu langkah agar memilki strategi itu adalah harus menguasai tehnik-tehnik penyajian, atau yang biasa disebut metode mengajar.
Tehnik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di gunakan oleh guru agar materi yang diberikan mudah ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataannya metode megajar yang digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotifasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berfikir dan menggunakan pendapatnya didalam menghadapi segala persoalan (Dra. Roestiyah N.K:2003)
Jika melihat beberapa masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan, dalam hal ini pihak sekolah dan guru-guru dituntut daya kreatifitasnya dalam memilih strategi yang tepat agar segala tuntutan yang ditujukan terhadap guru khususnya itu dapat terpenuhi dengan maksimal. Dan tampaknya Strategi Group Teaching merupakan cara tepat.
Group Teaching merupakan strategi pembelajaran yang kegiatan proses pembelajarannya dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam hal ini, strategi Group Teaching tampaknya bisa dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada. Group Teaching merupakan salah satu bentuk strategi pembelajaran yang melibatkan dua orang guru atau lebih dalam proses pembelajaran siswa, dengan pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas dan seimbang. Melalui makalah seminar ini penulis menganggap penting untuk mengetahui “ Pengaruh Metode Pembelajaran Group Teaching Terhadap Keterampilanan Berbicara Siswa SMA ” dan diharapkan mampu memberikan gambaran antar mitra pengajar sehingga dapat bekerja sama dan saling melengkapi dalam mengelola proses pembelajaran. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dapat diatasi secara bersama-sama.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.2 Kajian Tentang Metode Group Teaching
- Pengertian Metode Group Teaching
Metode mengajar beregu (group teaching) merupakan suatu metode mengajar dimana pendidiknya (guru) jumlahnya lebih dari satu orang, dimana masing-masing pendidik ini akan mempunyai tugas tertentu. Biasanya dari beberapa guru ini akan ditunjuk satu orang sebagai kordinator. Tugas dari koordinator ini adalah untuk mengkoordinir dan mengkoordinasikan segala sesuatu yang akan menjadi visi dan misinya selama mengajar. Adapun cara pengujiannya adalah, setiap dari pendidik akan membuat soal, kemudian soal-aoal tersebut akan digabung dengan pendidik yang lain. Untuk ujian secara lisan, maka caranya adalah setiap siswa yang akan diuji harus langsung berhadapan team pendidik tersebut, dimana setiap team pendidik akan memberikan soal yang berbeda. Metode Group Teaching ini bermanfaat untuk memberikan pelayanan pengajaran yang lebih variatif pada siswa. Sistem ini dilakukan dengan cara menugaskan dua guru atau lebih untuk mengajar satu bidang mata studi pada siswa pada satu kelas. Dengan adanya team pengajar lebih dari satu orang ini, maka para siswa akan dapat lebih leluasa untuk menggali informasi lebih yang berhubungan dengan pelajaran yang bersangkutan.
Tujuan dari Metode Pembelajaran Group Teaching ini adalah untuk dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Selain itu, Metode Group Teaching ini juga bermanfaat untuk bisa mengganti guru yang sewaktu-waktu berhalangan hadir untuk memberikan materi sebagai bahan pembelajaran kepada para siswa. Jadi disini guru harus bisa menguasai atau mengetahui bidang ilmu lain selain yang biasa diajarkannya. Dalam penerapannya, pendamping dapat berperan sebagai salah satu anggota Group Teaching, sebagai pengamat atau sebagai model.
Sasaran utama dari pelaksanaan Metode Pengajaran Group Teaching ini adalah siswa yang akan menghadapi ujian nasional. Hal ini dikarenakan untuk dapat meningkatkan kualitas kelulusan siswa, soal-soal ujian nasional yang pada umumnya berasal dari materi baik dari kelas satu, kelas dua maupun kelas tiga, sehingga untuk mengajarkan siswa kelas tiga maka diperlukan guru kelas satu maupun guru kelas dua selain guru kelas tiga untuk mengajarkan materi tersebut. Disinilah peranan dari Metode Team Teaching untuk dapat memudahkan siswa untuk mencerna materi yang diajarkan.
1. Perubahan dan perbaikan dalam pembelajaran secara bersama, tidak berpikir tersendiri – terisolasi
2. Kecenderungan berkembangnya kebutuhan bekerja sama, berkolaborasi dan perkembangan unsur-unsur materi yang relevan
3. Pembinaan karier, hubungan kolegial antar guru, utamanya guru yunior dan senior secara akademis
4. Semakin berkembangnya model-model pembelajaran yang memerlukan telaah teori dan praktek secara ber tim – bersama
B. Bentuk atau Jenis-Jenis Strategi Metode Pembelajaran Group Teaching.
Jenis dari Strategi Pembelajaran Group Teaching yaitu:
1) Semi Group Teaching
Bentuk atau jenis Semi Group Teaching ini terdiri atas tiga tipe yakni:
a) Sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang
berbeda. Perencanaan materi dan metode disepakati bersama. Tipe awal pembelajaran group teaching.
b) Satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian
dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh guru masing-masing.
c) Satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa secara berkelompok.
2) Group Teaching Penuh
Group Teaching Penuh yaitu metode pembelajaran dimana satu tim
terdiri dari dua orang guru atau lebih, waktu kelas sama,
pembelajaran mata pelajaran (materi tertentu). Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dilaksanakan secara bersama-sama dan sepakat dengan baik. Kata kunci Pembelajaran Metode Group Teaching penuh adalah keikhlasan berkerja sama dengan berpegang pada Visi dasn Misi yang sama.
Adapun variasi Pembelajaran Metode Group Teaching Penuh, yaitu:
a) Pelaksanaan bersama, seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan informasi, seorang guru membimbing diskusi kelompok atau membimbing latihan individual.
b) Anggota tim secara bergantian menyajikan topik atau materi. Diskusi atau tanya jawab dibimbing secara bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim.
c) Seorang guru (senior) menyajikan langkah latihan, observasi, praktek dan informasi seperlunya. Kelas dibagi dalam kelompok, setiap kelompok dipandu seorang guru (tutor, fasilitator, mediator). Akhir pembelajaran masing-masing kelompok menyajikan laporan baik dalam bentuk lisan ataupun dalam bentuk tertulis dan ditanggapi bersama serta disimpulkan bersama.
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Group Teaching
Dalam penerapan Metode Pengajaran Group Teaching ini, diperlukan langkah-langkah untuk dapat terlaksana dengan baik. Secara umum, dapat dibagi menjadi empat langkah yaitu: pengumpulan data, pres test, treatment, dan post test. Adapun deskripsi tentang langkah-langkah pelaksanaan team teaching adalah sebagai berikut;
1).Pengumpulan Data
Data disini adalah nilai siswa yang didapat dari hasil try out atau hasil ulangan semester satu, kemudian nilai tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah, untuk siswa kelompok sedang tidak diberikan tambahan layanan intesif karena dianggap dalam posisi yang tidak mengkhawatirkan mereka dianggap mampu dalam mengerjakan soal-soal ujian, sedang kelompok tinggi dan kelompok rendah diberikan tambahan
layanan intensif dengan pertimbangan, siswa kelompok tinggi diharapkan mampu memperoleh nilai maksimal bahkan nilai sempurna 10, hal ini memungkinkan karena bentuk soal ujian adalah multiple choice sedang kelompok rendah diharapkan bisa lulus dari batas nilai minimal yang distandarkan pemerintah.
2). Pre test
Pada tahap ini pemberian pre test dimaksudkan untuk mengetahui materi-materi apa yang tidak dikuasai oleh siswa terutama materi essensial (materi yang sering muncul pada soal-soal UAN) sehingga guru dapat menyiapkan materi tersebut yang akan disampaikan melaui pembahasan atau latihan soal.
3). Treatment
Pada kelompok rendah dibagi lagi menjadi sub kelompok yang terdiri
dari delapan sampai sepuluh siswa untuk tujuan efektifitas. Karena kalau jumlah siswa terlalu banyak guru tidak dapat mengakomodasi dengan baik. Tiap sub kelompok di fasilitasi oleh seorang guru, mengerjakan soal dan mendiskusikannya besama-sama atau secara individu. Hal yang sama juga dilaksanakan pada kelompok tinggi. Kegiatan ini berlangsung selama tiga atau empat kali pertemuan.
4). Post test
Setelah mendapatkan beberapa kali treatment siswa dilihat pencapaian prestasinya melalui pos test yang dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana perolehan siswa setelah diberi treatment secara intensif dengan menggunakan metode Team Teaching apakah ada peningkatan atau tidak, berdasarkan pengalaman yang telah diterapkan oleh penulis, bahwa metode team teaching bisa meningkatkan perolehan nilai siswa dalam menghadapi ujian akhir nasional. Tentunya ini adalah salah satu dari sekian banyak metode yang diharapkan bisa dijadikan referensi oleh pembaca. Pada prinsipnya komitmen tinggi dan niat yang tulus dari seorang pendidik untuk meningkatkan kualitas pribadi adalah kunci keberhasilan dalam menciptakan generasi masa depan yang siap bersaing di era global. http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2007/sep_15/lkPendi001.html)
C. Tahapan Strategi Pembelajaran Metode Group Teaching
1) Tahap Awal
a) Perencanaan Pembelajaran Disusun secara Bersama
b) Metode Pembelajaran Disusun Bersama
c) Partner Group Teaching Memahami Materi dan isi Pembelajaran Yang Akan Diajarkan
d) Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas serta Adil
2) Tahap Inti
Sistem Pembelajaran Metode Group Teaching di dalam tahap inti ini dapat dijalankan dalam bentuk sebagai berikut:
a) Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai pengawas dan pembantu team.
b) Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran.
c) Bisa juga divareasi secara bergantian sesuai dengan kesepakatan dari perencanaan pembelajaran.
3) Tahap Evaluasi
a) Evaluasi Guru
Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner setelah jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. .
b) Evaluasi Siswa
Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh guru Group Teaching. Guru Group Teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara keduanya. Guru juga diharuskan merencanakan metode evaluasi yang di dalamnya mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Group Teaching dalam pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-pos pengawasan.
D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Group Teaching
Setiap metode tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan Metode Group Teaching
Kelebihan dari metode ini adalah tehnik penyajian ini banyak menguntungkan karena jalan interaksi belajar mengajar akan lebih lancar. Siswa akn memperoleh pengetahuan yang luas dan mendalam sebab di berikan oleh beberapa orang guru.akibatnya guru lebih ringan tugas mengajarnya, sehingga mempunyai waktu yang cukup untuk menyiapkan dirinya dalam membuat perencanaan, sehingga pelajaran yang di sajikan dengan sistem beregu, pelajaran akan lebih dapat dipertanggung jawabkan, karena ditangani oleh beberapa orang guru.
- b. Kekurangan Metode Group Teaching
Kekurangan dari metode ini adalah apabila seorang guru sedang tidak mendapatkan bagian mengajar toidak memamfaatkan waktu untuk belajar lebih lanjut, bahkan menggunakan waktu senggangnya untuk hal-hal yang tidak berguna. Yang merugikan juga, apabila masing-masing anggota group tidak kompak, tidak dapat bekerja sama dengan baik, sehinggagroup itu tidak bias berintegrasi, tidak ada pemimpin yang mengkordinasikannya, atau bahkan group itu berjalan hanya dengan alas an penghematan administrative saja, yang hal itu sangat tidak bias dipertanggungjawabkan. Akan tetapi daya guna tehnik penyajian ini dapat ditingkatkan asal diusahakan adanya fasilitas dan alat-alat agar siswa dapat berkelompok dengan baik. Guru yang ada dalam group harus saling ada pengertian, pemahaman, persamaan arah dan pendapat, mereka harus mendapatkan tugas sesuiai dengan keahliannya, dan pembagian tugas itu diatur sedemikian rupa sehingga bila yang satu mendapatkan tugas utama yang lain bias membantu tugas-tugas lain.
- a. Kajian Tentang Keterampilan Berbicara
- 1. Pengertian Keterampilan Berbicara
Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa mrupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Komunikasi lisan sering terjadi dalam kehidupan manusia, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, percakapan antara tetangga, percakapan antara pembeli dan penjual di pasar, dan sebagainya. Contoh lainnya : percakapan anggota keluarga; percakapan ibu dan anak; percakapan bertelepon, dan sebagainya.
Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan.
2. Tujuan Berbicara
Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan, sesuatu hal pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan sesuatu proses, menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal, memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa.
3. Unsur Berbicara dan Prosedur Kegiatan Berbicara
Unsur Dasar Berbicara
Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:
a. Pembicara,
b. Isi pembicaraan,
c. Saluran,
d. Penyimak, dan
e. Tanggapan penyimak.
Prosedur Kegiatan Berbicara
a. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati.
b. Membatasi pokok pembicaraan.
c. Mengumpulkan bahan-bahan.
d. Menyusun bahan (pendahuluan, isi, kemampuan)
4. Konsep Dasar Berbicara
Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar; sedang; gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara di sekolah. Pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni:
a. Berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal,
b. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi,
c. Berbicara adalah ekspresi kreatif,
d. Berbicara adalah tingkah laku,
e. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,
f. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman,
g. Berbicara sarana memperluas cakrawala,
h. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat,
i. Berbicara adalah pancaran kepribadian. (Logan dkk., 1972:104-105).
5. Jenis-Jenis Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan sebagainya.
Berdasarkan pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :
a. Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Jenis-jenis kegiatan berbicara informal meliputi:
1) Tukar pengalaman,
2) Percakapan,
3) Menyampaikan berita,
4) Menyampaikan pengumuman,
5) Bertelepon, dan
6) Memberi petunjuk (Logan, dkk., 1972 : 108).
Sedangkan kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi :
1) Ceramah,
2) Perencanaan dan penilaian,
3) Interview,
4) Prosedur parlementer, dan
5) Bercerita (Logan, dkk., 1972 : 116).
b. Tujuan,
Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.
c. Metode Penyampaian,
Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain:
1) Penyampaian secara mendadak,
2) Penyampaian berdasarkan catatan kecil,
3) Penyampaian berdasarkan hafalan, dan
4) Penyampaian berdasarkan naskah.
d. Jumlah Penyimak, dan
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).
e. Peristiwa Khusus.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas enam jenis,
1) Pidato Presentasi,
2) Pidato Penyambutan,
3) Pidato Perpisahan,
4) Pidato Jamuan (makan malam),
5) Pidato Perkenalan, dan
6) Pidato Nominasi (mengunggulkan). (Logan dkk., 1972 : 127).
C. Kajian Tentang Pengaruh Metode Group Teaching Terhadap
Keterampilan Berbicara Siswa
Saat ini, guru dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan, yang tentunya harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Selain itu, guru di era sekarang juga dituntut untuk lebih mengenal setiap individu dari diri siswa. Dan melihat rasio antara jumlah guru dan siswa yang tidak seimbang, tentu seorang guru tidak mungkin bisa menangani jumlah siswa yang banyak itu. Satu hal yang juga penting, bahwa yang namanya guru bukan berarti orang yang tahu akan segala hal. Dalam hal ini, setiap manusia tentulah memiliki kekurangan dan kelebihan tentang pengetahuan, karena ilmu pengetahua sangat relatif yang dimiliki setiap orang. Ini menunjukkan bahwa guru pun membutuhkan sosok lain yang bisa diajak kerja sama dalam menghadapi segala kesulitan yang ada pada saat melaksanakan proses pembelajaran baik di kelas ataupun di alam terbuka (diluar kelas).
Jika melihat beberapa masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan, maka dalam hal ini pihak sekolah dan guru-guru dituntut daya kreativitasnya dalam memilih strategi yang tepat agar segala tuntutan yang ditujukan terhadap guru khususnya itu dapat terpenuhi dengan optimal. Dan tampaknya strategi Pembelajaran Metode Group Teaching merupakan cara yang tepat untuk memudahkan terbangunnya kreativitas dan inovatif itu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Tujuan dari metode pengajaran group teaching ini adalah untuk dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Terutama dalam ketrerampilan berbicara yang merupakan keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan untuk mencapai tujuan tertentu. siswa juga bisa lebih konsentrasi dalam menerima materi yang di sampaikan grup mengajar dan berani mengungkapkan ide atau gagasan secara lisan, baik berupa pertanyaan ataupun berupa tanggapan. Hal ini terjadi karena adanya dua orang guru atau lebih dalam satu pelajaran yang bisa bergantian dengan tugas dan fungsi yang berbeda. Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, sedang guru lainnya sebagai pengawas dan pembantu grup, bisa juga dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran, bisa juga divariasi secara bergantian sesuai dengan kesepakatan dari perencanaan pembelajaran sehingga peserata didik lebih aktif dan nyaman dengan situasi belajar. Akan tetapi beberapa konsep dasar berbicara harus dipahami oleh pengajar sebelum mengajarkan berbicara kepada siswanya. selain itu, metode group teaching ini juga bermanfaat untuk bisa mengganti guru yang sewaktu-waktu berhalangan hadir untuk memberikan materi sebagai bahan pembelajaran kepada para siswa. Jadi disini guru harus bisa menguasai atau mengetahui bidang ilmu lain selain yang biasa diajarkannya. Dalam penerapannya, pendamping dapat berperan sebagai salah satu anggota group teaching, sebagai pengamat atau sebagai model.
BAB III
PENUTUP
- A. Kesimpulan
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya untuk diajarkan kepada peserta didik. Guru yang aktif mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusia ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. (Djamarah, 2006:37).
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pengaruh metode pembelajaran PASA terhadap keterampilan menulis siswa. Gambar sebagai media untuk mengekpresikan tulisan. Semakin peka siswa terhadap gambar dan semakin tajam data imajinasi siswa maka banyak pesan yang dapat ditangkap dari gambar. Selain itu dalam buku pembelajaran juga banyak memanfaatkan sebagai media pangajaran. Kemanpuan menulis akan memberikan kebebasan kepada siswa yang satu dengan yang lain bias bervariasi dalam kebahasaannya.
- B. Saran
Agar tercapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan seorang guru harus memperhatikan beberapa hal diantaranya:
a. Guru hendaknya lebih selektif dalam menggunakan media pembelajaran dan hendaknya media yang digunakan lebih beragam agar motivasi siswa terhadap pembelajaran tinggi.
b. Guru sebaiknya mempersiapkan perangkat pembelajaran, media, serta sumber belajar sesuai dengan strategi atau metode pembelajaran yang digunakan agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif.
c. Guru hendaknya lebih memfasilitasi siswa untuk dapat lebih aktif dalam pembelajaran.
d. Guru hendaknya lebih meningkatkan penggunaan teknik-teknik memotivasi siswa agar siswa dapat termotivasi secara konstan.
— —