PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PERSERO) TANJUNG ENIM
Sri Porwani
Staf pengajar Politeknik Darussalam Palembang
Zunaidah
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Abstract
The ability to influence other people is a basic element for a leader. This aspect related to
the loyality of subordinates to perform their jobs that oriented to reach the organization’s
goals. As a variable in organization, culture has been studied as a part of the whole organizational system. In this context, culture is seen as a living thing in an organization, which unites the whole members of organization in achieving its goals. Moreover, culture can be seen as a part organization environment, which influences employees’ behaviour and performance within organization. The variable independents in this research are organization culture and transformational leadership style which are measured based on
subordinates’ perception, and dependent variable employees’ performance. The primary
data analysis was taken from 81 questions on the questionnaire sheet using 233 respondents. Technical sampling used is stratified random sampling. Furthermore, statistic used is linear regression, simple and multiple. Hypothesis testing is done through testing technical F as simultanous hypothesis and testing technical t as a partial hypothesis. Research shows that organization culture and transformational leadership style partially has a positive and significant influence to the employees’ performance. In addition, they also simultanously has a positive and significant influence to the
employees’ performance. The variable of transformational leadership style gives more influence than organization culture to the employees’ performance.
Key words : Organization Culture, Transformational Leadership Style, and
HP SlRl HHPISHEIREP DQFH
PENDAHULUAN
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagai wujud dari otonomi daerah, telah diberlakukan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Akibat dari perubahan tersebut setiap organisasi dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan handal sesuai dengan perkembangan zaman pada saat ini (Wardhono, 2001: 1). Dengan adanya pro kontra terhadap pemberlakuan Otonomi Daerah maka hal ini merupakan fenomena baru yang membawa dampak pada perubahan budaya kerja individu dan kelompok organisasi. Perubahan tersebut mau tidak mau harus dihadapi oleh organisasi pemerintah dan non pemerintah yaitu pihak swasta yang juga harus melakukan serangkaian adaptasi demi kelangsungan hidupnya. Tujuannya adalah perubahan lingkungan pekerjaan yang
kondusif terutama budaya organisasi yang dapat mendukung dan mempengaruhi aspek kinerja karyawan (Rini, 2004: 1)
Salah satu fungsi menarik untuk disimak adalah budaya organisasi merupakan mekanisme pembuat makna dan kendali pembentuk sikap serta perilaku karyawan, terutama karena menyangkut aspek kinerja karyawan, maka sangat diperlukan adanya untuk membuktikan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan ataukah sekedar praduga belaka dan teoritis organisasi.
Tanpa adanya budaya organisasi, seorang karyawan cenderung merasa segan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik apapun statusnya dalam organisasi tersebut, karena kurang jelasnya kesepakatan komitmen yang tegas. Budaya organisasi sebagai pendorong prestasi kerja karyawan merupakan faktor penting agar dapat menjalankan tugas secara optimal sehingga kinerja karyawan tinggi. Disamping itu dalam sebuah organisasi fungsi kepemimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan sangat menentukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seiring dengan perubahan pendekatan terhadap konsep-konsep kepemimpinan yang dipengaruhi oleh dinamika kehidupan organisasi dewasa ini, dimensi kekuatan atau power yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mewujudkan efektivitas pencapaian tujuan organisasi, berkembang pada seberapa besar seorang pemimpin memiliki pengaruh terhadap organisasinya atau sering disebut sebagai pemimpin transformasional dan kharismatik (Stoner, dkk, 2004: 128).
Penerapan gaya kepemimpinan transformasional di PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim, hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa gaya ini sudah diterapkan dengan cukup baik, meskipun belum dapat dikatakan sepenuhnya optimal sebab masih terdapat fenomena-fenomena yang menjadi perdebatan dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan. Indikasi terhadap penerapan gaya kepemimpinan ini ditunjukkan adanya kewajiban setiap pimpinan unit kerja di lingkungan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim untuk membentuk visi dan misi satuan kerja sebagai bentuk penjabaran Rencana Strategis, sebagaimana yang dituangkan dalam Renstra PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim 2008-2010. Dalam kajian teoritis mengenai penerapan gaya kepemimpinan transformasional, penjabaran terhadap tujuan-tujuan organisasional yang dilakukan oleh setiap pimpinan satuan kerja tersebut, termasuk dalam lingkup penerapan dari motivasi inspirasional kepada para bawahan.
Hal ini dapat diperkuat oleh adanya perubahan organisasi (restrukturisasi) PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim tahun 2007 dan 2008 dengan melakukan pengangkatan pejabat jenjang I, II, III dan perubahan struktural pada jenjang IV, V dan VI, sehingga menimbulkan pro dan kontra terhadap karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
Kondisi perusahaan yang masih ditemui seperti gejala-gejala negatif di atas menunjukkan bahwa organisasi tersebut nampak kurang kondusif. Sedangkan untuk menciptakan organisasi yang kondusif, maka diperlukan upaya sosialisasi budaya organisasi yang harmonis guna meningkatkan kinerja karyawan dengan berpegang teguh pada komitmen sebelumnya. Hal tersebut tidak terlepas dari peranan seorang pimpinan.
Kalau diamati dari beberapa faktor yang telah dikemukaan di atas, maka faktor kepemimpinan mempunyai keterkaitan erat terhadap kinerja yang dicapai oleh karyawan. Sebab di dalam organisasi apapun bentuknya baik besar maupun kecil pasti memerlukan seorang pemimpin. Oleh karena itu pemimpin yang baik dapat menjadi panutan atau teladan bagi bawahan dalam bekerja dan sekaligus dapat memberikan motivasi dan semangat kerja di dalam organisasi.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam kajian ilmiah ini adalah sebagai berikut :
- Seberapa besar Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja Karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
- Seberapa besar Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
- Variabel mana yang lebih berpengaruh antara Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
Adapun tujuan dari kajian ilmiah ini yang dilakukan ini adalah:
- Mengetahui seberapa besar Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja Karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
- Mengetahui seberapa besar Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
- Mengetahui variabel mana yang lebih berpengaruh antara Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Transfromasional terhadap Kinerja Karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
TINJAUAN PUSTAKA
Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai, dan ekspektasi (Ivancevich, dkk, 2006: 44). Sedangkan budaya organisasi juga mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggotaanggotanya dan yang membedakan antara satu organisasi dengan lainnya (Robbins, 2008: 721). Sedangkan menurut Schein (1992: 16) dalam bukunya Organizational Culture and Leadership mendefinsikan budaya organisasi adalah “A pattern of share basic assumptions that the group learner as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the corrects way to perceive, think, and feel in relation to those problem”.
Budaya organisasi ada beberapa indikator sebagaimana Menurut Recardo and Jolly dalam SAM Advanced Management Journal (1997 p.62) : a) Komunikasi (Communications); b) Imbalan (Reward); c) Tim Kerja (Teamwork). Sedangkan yang diadaptasi dari Jones (2000: 100) meliputi: 1) komunikasi, 2) kreativitas/inovasi, 3) Imbalan (reward), 4) Orientasi pada Pelanggan, 5) Tim Kerja.
Budaya organisasi yang baik akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku para anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan dan intensitas untuk menciptakan suatu iklim internal. Budaya organisasi juga menciptakan, meningkatkan,
dan mempertahankan kinerja tinggi. Dimana budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos kerja, dan motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi juga tinggi (Wirawan, 2007: 37).
Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan adalah proses menggerakkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok. Dari definisi kepemimpinan di atas selanjutnya dijelaskan oleh Stoner, dkk (2004: 165), bahwa ada empat implikasi penting yang terdapat di dalam definisi ini yakni: 1) kepemimpinan melibatkan orang lain, atau pengikut dengan kemauan mereka menerima pengarahan dari pemimpinnya, anggota kelompok mendefinisikan status pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan tanpa keterlibatan orang yang dipimpin, semua mutu kepemimpinan tidak relevan. 2) kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota kelompok, anggota kelompok tanpa kekuasaan, mereka dapat dan membentuk aktivitas kelompok dengan berbagai cara, namun kekuasaan pemimpin jauh lebih besar. 3) kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut dengan berbagai cara. 4) kepemimpinan merupakan gabungan dari tiga aspek sebelumnya dan mengakui bahwa kepemimpinan adalah sebuah nilai, artinya bahwa seorang pemimpin memiliki moralitas yang baik sehingga dapat mempertanggungjawabkan semua tindakan-tindakannya.
Adapun definisi kepemimpinan transformasional menurut Ivancevich (2006: 213)
adalaIC:L3 SeP iP Si1;L E1;g LP IP RtiSEsiLSEIELEEwEICE1;Lu1;tINLUNIjELP 11;FESEiLAFDEIC L
tujuan, bukan untuk kepentingan pribadi jangka pendek, dan untuk mencapai prestasi dan EMEliNEAiLdiri,LbDNE1;LIP iLSHEsEE1;LEP E1;.” Berdasarkan definisi tersebut disebabkan oleh konsepsi tentang kemampuan untuk memotivasi para bawahan agar berbuat lebih dari apa yang sesungguhnya diharapkan oleh sebuah organisasi, yakni dengan cara : a) meningatkan arti penting dan nilai tugas dimata para bawahan; b) mendorong individu untuk mengorbankan kepentingan-kepentingan individual demi kepentingan tim, organisasi atau kebijakan yang lebih mendasar, serta c) menaikan tingkat kebutuhan ke taraf yang lebih tinggi yaitu aktualisasi diri.
Berdasarkan konsep kepemimpinan transformasional tersebut maka dapat diuraikan bahwa dalam kepemimpinan transformasional pada hakekatnya fokus kajian bukan terletak pada individu yang berkedudukan sebagai seorang pemimpin, sebagaimana layaknya diuraikan dalam teori kepemimpinan transformasional adalah dampak dari penggunaan kekuasaan serta pengaruh yang melekat pada pemimpin terhadap para bawahannya, sebab bersandar pada batasan mengenai kepemimpinan yang telah dibahas sebelumnya bahwa menilai kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari adanya keikutsertaan (partisipasi) para bawahan. (Wangmuba, 2009: 1).
Secara konseptual, kepemimpinan transformasional menurut Bass (Wangmuba, 2009: 1), sebagai kemampuan pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses transformasional terjadi dalam hubungan kepemimpinan manakala pemimpin membangun kesadaran bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi.
Kinerj a Karyawan
Menurut Gomes (2005: 135) bahwa Performance adalah catatan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu. Sedangkan Veithzal (2004: 309) mengatakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Pendapat yang VP ER 11/ d111P SIDEQIERGI $ VDMELLIII II5) mengatakan bahwa kinerja berhubungan erat dengn sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya, situasi kerja, kerjasama antara pemimpin dengan karyawan, dan antar sesame karyawan. Berdasarkan uraian tersebut di atas mengungkapkan bahwa dengan hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan dapat dievaluasi tingkat kinerja pegawainya, maka kinerja karyawan harus dapat ditentukan dengan pencapaian target selama periode waktu yang dicapai organisasi.
Tujuan dalam penilaian kinerja atau prestasi kerja karyawan pada dasarnya meliputi : 1) untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ia bekerja, 2) keputusan dalam pemberian imbalan yang sesuai, 3) Mendorong pertanggunjawaban karyawan, 4) pengembangan SDM, 5) meningkatkan motivasi kerja, 6) mengembangkan dan menetapkan kompensasi pekerjaan, 7) sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk mengambil inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja, 8) sebagai salah satu sumber informasi untuk perencanaan SDM, karier dan keputusan perencanaan seleksi (Veithzal, 2004: 312-313).
Penilaian kinerja dilakukan bermanfaat yang ditinjau dari berbagai perspektif pengembangan perusahaan, khususnya SDM, yaitu : 1) Perbaikan kinerja, 2) Penyesuaian kompensasi, 3) keputusan penempatan, 4) pelatihan dan pengembangan, 5) Perencanaan dan pengembangan karier, 6) Evaluasi proses staffing, 7) Umpan balik ke SDM (Veithzal, 2004: 315-316).
Pengukuran kinerja karyawan dapat mengadopsi teori-teori tersebut serta mengaplikasikannya sesuai kebutuhan dan kondisi masing-masing organisasi atau karyawan yang akan diukur kinerjanya, di mana variabel-variabel mengenai kinerja karyawan mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Higgins (Umar, 2005: 113) yakni (a) mutu pekerjaan, (b) kejujuran pegawai, (c) kehadiran, (d) sikap, (e) kerjasama, (f) pengetahuan, (g) tanggung jawab, (h) pemanfaatan waktu.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini bersifat asosiatif yang memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan, artinya penelitian yang mencari hubungan atau pengaruh antara satu variabel dengan atau terhadap satu atau lebih variabel lainnya.
Unit Analisis dan Objek Penelitian
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu seluruh karyawan tetap PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim. Sedangkan penelitian ini dilakukan di Kabupaten Muara Enim dengan objek yang dipilih adalah PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim. Pertimbangan yang mendasari sehingga dipilihnya PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim ini sebagai objek
penelitian karena selain sebagai pelayanan masyarakat diharapkan peningkatan sumber daya manusia semakin mutlak dibutuhkan untuk pengembangan organisasi dan peningkatan kinerja karyawan.
Identifikasi Variabel
- Variabel Indenpenden : Budaya Organisasi (X1) dan Gaya Kepemimpinan Transformasional (X2).
- Variabel Dependen : Kinerja karyawan (Y)
Definisi Operasional
- Budaya organisasi adalah pemahaman terhadap sistem atau seperangkat nilai yang memiliki simbol, orientasi nilai, keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman kehidupan yang diinternalisasikan dan diaktualisasikan ke dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan karyawan dalam organisasi. Dimensi-dimensi budaya organisasi meliputi komunikasi, kreativitas/inovasi, imbalan (reward), orientasi pelanggan dan tim kerja (teamwork).
- Gaya kepemimpinan transformasinal adalah sebuah proses dimana para pimpinan dan bawahan saling meningkatkan diri kepada moralitas dan motivasi yang lebih tinggi dalam mencapai tujuan organisasi. Dimensi-dimensi gaya kepemimpinan transformasional terdiri dari: kharismatik, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual, dan perhatian individual.
- Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh karyawan dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Kinerja karyawan mempunyai dimensi-dimensi yaitu mutu pekerjaan, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, pengetahuan pekerjaan, dan tanggung jawab.
Pengukuran Variabel dan Instrumen Peneitian
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert ’s. Sedangkan Instrumen penelitian untuk mengumpulkan data adalah berupa kuisioner yang berdasarkan variabel yang diteliti yakni: variabel budaya organisasi terdiri atas 39 item pertanyaan/pernyataan yaitu: komunikasi (11 pertanyaan; kreativitas/inovasi (6 petanyaan); imbalan (9 pertanyaan); orientasi pada pelanggan (6 pertanyaan); dan tim kerja (6 pernyataan), variabel gaya kepemimpinan transformasional sebanyak 20 item pernyataan yaitu: kharismatik (5 pernyataan); motivasi inspirasional (4 pernyataan); stimulasi intelektual (3 penyataan); dan perhatian individual (8 pernyataan), sedangkan variabel kinerja pegawai 21 item pernyataan yaitu: mutu pekerjaan, inisiatif, kehadiran,
sikap, dan kerjasama (masing-masing 3 pernyataan); pengetahuan pekerjaan (2 pernyataan); dan tanggung jawab (6 pernyataan).
Jenis Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data Kuantitatif dengan sumber data menggunkan data primer yang sumber datanya yang diperoleh langsung dari responden yaitu karyawan (termasuk pimpinan) PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim. Sedangkan metode pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Kuisioner.
Teknik Analisis Data
Sebelum menganalisis analisis deskriptif, analisis faktor. Terlebih dahulu akan diuji validitas dan reliabilitas.dengan melihat apabila r positif > 0,3, maka item valid dan reliabel. Sedangkan r negatif < 0,3, maka item tidak valid sekaligus tidak reliabel. Langkah selanjutnya data primer akan dianalisis regresi linear berganda untuk menguji atau melihat pengaruh variabel budaya organissasi dan gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan. Untuk model hubungan variabel yang akan dianalisas sesuai dengan Persamaan regresi yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 +
Dimana:
Y = kinerja karyawan
a = intersep/konstanta
b1, b2 = koefisien regresi variabel bebas
X1 = budaya organisasi
X2 = gaya kepemimpinan transformasional
ε = tingkat kesalahan (error)
setelah itu dilakuan: Uji t: secara parsial dan Uji F secara simultan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum melakukan analisis lebih lanjut data yang diperoleh dari hasil penelitian perlu diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibitas. Pada instrumen penelitian ini dihitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dari total skor variabelnya, hasil perhitungan ditunjukkan pada kolom Corrected Item-Total Correlation (Validitas). Dalam analisis item, menurut Suliyanto (2006: 149) mengatakan item yang mempunyai korelasi positif skor total serta korelasinya tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah rhitung (Korelasi skor item terhadap skor total/Corrected Item-Total Correlation) = 0,3; jadi apabila r positif > 0,3, maka item valid dan reliabel. Sedangkan r negatif < 0,3, maka item tidak valid sekaligus tidak reliabel. Adapun hasil pengujian instrumen penelitian dari setiap dimensi pada masing-masing variabel secara keseluruhan adalah valid. Untuk itu dapat dilihat dari hasil perhitungan seperti pada tabel berikut:
Tabel 1: Hasil Pengujian Validitas Variabel Budaya Organisasi
Dimensi No. Item Pertanyaan r hitung Keterangan |
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
PENULISAN BAHASA INDONESIA YANG BENAR DALAM SURAT MENYURAT BISNIS |
75 |
Tabel 2: Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional
Dimensi |
No. Item Pertanyaan |
r hitung |
Keterangan |
Kharismatik |
40 |
0,429 |
Valid |
41 |
0,557 |
Valid |
|
42 |
0,67 1 |
Valid |
|
43 |
0,677 |
Valid |
|
44 |
0,663 |
Valid |
|
Motivasi |
45 |
0,630 |
Valid |
Inspirasional |
46 |
0,525 |
Valid |
47 |
0,652 |
Valid |
|
48 |
0,7 12 |
Valid |
|
Rangsangan |
49 |
0,739 |
Valid |
Intelektual |
50 |
0,765 |
Valid |
51 |
0,778 |
Valid |
|
Perhatian |
52 |
0,578 |
Valid |
Individual |
53 |
0,747 |
Valid |
54 |
0,784 |
Valid |
|
55 |
0,808 |
Valid |
|
56 |
0,824 |
Valid |
|
57 |
0,802 |
Valid |
|
58 |
0,722 |
Valid |
|
59 |
0,619 |
Valid |
|
60 |
0,68 1 |
Valid |
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Tabel 3: Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Karyawan
Dimensi |
No. Item Pertanyaan |
r hitung |
Keterangan |
Mutu | 1 |
0,473 |
Valid |
Pekerjaan | 2 |
0,754 |
Valid |
3 |
0,676 |
Valid | |
Inisiatif | 4 |
0,694 |
Valid |
5 |
0,766 |
Valid | |
6 |
0,594 |
Valid | |
Kehadiran | 7 |
0,727 |
Valid |
8 |
0,607 |
Valid | |
9 |
0,682 |
Valid | |
Sikap | 10 |
0,705 |
Valid |
11 |
0,692 |
Valid | |
12 |
0,667 |
Valid | |
Kerjasama | 13 |
0,674 |
Valid |
14 |
0,540 |
Valid | |
15 |
0,560 |
Valid | |
Pengetahuan | 16 |
0,763 |
Valid |
Pekerjaan | 17 |
0,763 |
Valid |
Tanggung | 18 |
0,762 |
Valid |
Jawab | 19 |
0,722 |
Valid |
20 |
0,62 1 |
Valid | |
21 |
0,684 |
Valid |
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan tabel 1, 2 dan 3 uji validitas terhadap variabel budaya organisasi, gaya kepemimpinan transformasional dan kinerja karyawan semuanya valid. Selanjutnya, hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian yang menggunakan uji reliabilitas Cronbach ’s Alpha, hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa seluruh instrumen
penelitian yang dipergunakan untuk mengukur variabel penelitian memiliki reliabilitas dan dapat digunakan. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4: Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel | Dimensi | Koefisien Alpha | Keterangan |
Budaya Organisasi | Komunikasi | 0,833 | Reliabel |
Kreativitas/Inovasi | 0,755 | Reliabel | |
Imbalan | 0,807 | Reliabel | |
Orientasi pada Pelanggan | 0,875 | Reliabel | |
Tim Kerja | 0,907 | Reliabel | |
Gaya Kepeimpinan | Kharismatik | 0,807 | Reliabel |
Transformasional | Motivasi Inspirasional | 0,809 | Reliabel |
Rangsangan Intelektual | 0,875 | Reliabel | |
Perhatian Individual | 0,925 | Reliabel | |
Kinerja Karyawan | Mutu Pekerjaan | 0,787 | Reliabel |
Inisiatif | 0,824 | Reliabel | |
Kehadiran | 0,8 16 | Reliabel | |
Sikap | 0,829 | Reliabel | |
Kerjasama | 0,755 | Reliabel | |
Pengetahuan Pekerjaan | 0,862 | Reliabel | |
Tanggung Jawab | 0,852 | Reliabel |
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat diketahui melalui hasil Uji liliefors (kolmogorov-Smirnov) dan gambar Normal Probability Plots. Nilai signifikansi kurang dari (<) 0,05 atau 5% maka data tersebut tidak berdistribusi normal dan apabila lebih dari (>) 0,05 atau 5% maka data berdistribusi normal (Uji liliefors) sedangkan pada normal probability plots jika distribusi data normal, maka data akan tersebar di sekelilng garis. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan bahwa seluruh data dalam penelitian ini bisa dikatakan distribusi adalah normal.
Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasitas diuji dapat diketahui dari scatter plot, jika tidak ada pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedasitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedasitas. Berdasarkan scatter plotnya menunjukkan titik-titik yang ada membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Uji Auto Korelasi
Mendeteksi adanya gej ala autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin- Watson. Asumsi penggunaan analisis Durbin-Watson ini jika digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama dan model regresi yang ada mempunyai intercept (konstanta) serta tidak terdapat variabel lagi. Nilai Durbin-Watson 1.249 dengan asumsi sama dengan nol maka dapat diartikan bahwa persamaan regresi tidak terdapat autokorelasi.
Uji Multi Kolinearitas
Mendeteksi adanya multikolinearitas diketahui dari nilai VIF setiap prediktor. Jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka dapat kita katakan bahwa data kita terbebas dari persoalan multikolinearitas.
Analisis Pengaruh Budaya Organsasi dan Gaya Kepemimpinan transformasional secara parsial terhadap Kinerja Karyawan
Variabel budaya organisasi (X1) ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) dimana (α) sign = 0,000 (α < 0,05). Sedangkan besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,306 (30,6%) menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada kinerja karyawan (Y), perubahan tersebut dapat dijelaskan adanya variabel budaya organisasi (X1). Untuk sisanya 0,697 (69,4%) dijelaskan faktorfaktor lain. Berdasarkan hal tersebut, maka nilai thitung = 10,090 > nilai ttabel = 6,314, maka model persamaan regresinya adalah : Y1 = a1 + b1x1 (Y1 = 49,536 + 0,553 x1). Hal ini menunjukkan bahwa secara nyata memberikan pengaruh budaya organisasi terhadap perubahan yang terjadi kinerja karyawan, apabila peningkatan kinerja karyawan menurut sudut pandang budaya organisasi (komunikasi, kreativitas/inovasi, imbalan, orientasi pada pelanggan dan tim kerja), dapat dicapai manakala disepakati oleh para bawahan yang saat ini dilakukan.
Sedangkan variabel gaya kepemimpinan transformasional (X2) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) dimana (α) sign = 0,000 (α < 0,05). Sedangkan besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,589 (58,9%) menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada kinerja karyawan (Y), perubahan tersebut dapat dijelaskan adanya variabel gaya kepemimpinan transformasional (X2). Untuk sisanya 0,411 (41,1%) dijelaskan faktor-faktor lain. Berdasarkan hal tersebut, maka nilai thitung = 18.180 > nilai ttabel = 6,314, maka model persamaan regresinya adalah : Y2 = a2 + b2x2 (Y2 = 39,708 + 0,767 x2). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional terhadap perubahan yang terjadi kinerja karyawan, apabila peningkatan kinerja karyawan akan tercapai secara optimal apabila perlakuan gaya kepemimpinan transformasional (kharismatik, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual dan perhatian individual) kepada bawahan yang dilakukan oleh seseorang pimpinan di PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim ditingkatkan.
Analisis Pengaruh Budaya Organsasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional secara Simultan terhadap Kinerj a Karyawan
Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh pelaksanaan variabel budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan transformasional (X2) secara simultan terhadap kinerja karyawan (Y). Ternyata variabel budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan transformasional (X2) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) dengan (α) sign = 0,000 (α < 0,05). Sedangkan besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,628 (62,8%) menunjukkan bahwa besarnya perubahan yang terjadi pada kinerja karyawan (Y), perubahan tersebut dapat dijelaskan adanya variabel budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan transformasional (X2). Untuk sisanya 0,372 (37,2%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Dengan kata lain, peningkatan kinerja karyawan akan tercapai secara optimal manakala gaya kepemimpinan tansformasional yang dilaksanakan secara bersamaan dengan budaya organisasi ditingkatkan sampai 62,8%. Berdasarkan hal
tersebut, maka nilai Fhitung = 194,079 > nilai Ftabel = 3,04. maka model persamaan regresinya adalah : Y = a + b1×1 + b2x2 +ε (Y = 34,551 + 0,228×1 + 0,654×2 + 0,372).
Analisis Gaya Kepemimpinan Transformasional lebih Berpengaruh daripada Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan.
Ternyata yang lebih berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y) adalah gaya kepemimpinan transformasional (X2) daripada budaya organisasi (X1) sebesar 58,9%. Dengan demikian hipotesis (Ha) ditolak dengan nilai Fhitung = 101,810 > nilai Ftabel = 3,89 (budaya organisasi) dan Fhitung = 330,815 > nilai Ftabel = 3,89 (gaya kepemimpinan tranformasional).
PEMBAHASAN
Pengaruh Budaya Organsasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional secara Parsial terhadap Kinerja Karyawan
Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dengan besarnya pengaruh variabel budaya organisasi (X1) terhadap kinerja karyawan (Y) adalah 0,306 (30,6%) dan 0,697 (69,4%) dipengaruhi oleh faktor lain. Semakin kuat budaya organisasi yang melekat pada karyawan, maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan dengan komitmen yang telah disepakati oleh karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan secara budaya organisasi yang dilakukan oleh para karyawan atas berbagai perubahan lingkungan yang terjadi baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Adanya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sejalan dengan pendapat (Robbins, 2008) menyatakan bahwa setiap organisasi memiliki budaya dan pengaruh yang signifikan terhadap sikap dan prilaku anggota. Seringkali budaya dalam suatu organisasi berkembang dengan kuat, sehingga dalam kondisi demikian, setiap anggota mengetahui dengan baik tujuan organisasi yang akan dicapainya. Setiap karyawan untuk mencapai tujuan tersebut dan pada akhirnya budaya organisasi memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kehidupan organisasi dan produktivitas kerja.
Sedangkan gaya kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan dengan besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan transformasional (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) adalah 0,589 (58,9%) dan 0,411 (41,1%) dipengaruhi oleh faktor lain. Perubahan terhadap kinerja yang disebabkan oleh variabel gaya kepemimpinan transformasional ini sejalan dengan sFnCaspDIs NlECDI(2003:DI35)DIbahZ EDINnFUEDIEFIKEWLIDIerat dengan sikap karyawan terhadap pekerjaan, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dengan karyawan dan antara sesama karyawan.
Pengaruh Budaya Organsasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional Secara Simultan terhadap Kinerja Karyawan
Bahwa variabel budaya organisasi dan gaya kepemimpinan transformasional secara simultan memberikan pengaruh
secara signifikan terhadap kinerja
karyawan secara simultan dengan
pengaruh variabel budaya organisasi (X1) dan gaya kepemimpinan transformasional (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) adalah 0,628 (62,8%) dan 0,372 (37,2%) dipengaruhi oleh faktor lain. Sehubungan
hasil analisis regresi berganda dengan melibatkan kedua variabel indenpenden secara simultan yakni budaya organisasi dan gaya kepemimpinan transformasional terhadap variabel dependen kinerja karyawan diperoleh kesimpulan bahwa penerapan secara simultan pemberlakuan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan transformasional dalam persepsi bawahan, berkecenderungan untuk meningkatkan kinerja karyawan di lingkungan organisasi atau perusahaan.
Adanya pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan transformasional secara simultan terhadap kinerja karyawan sependapat dengan McKinsey pada Pearce and Robinson (2003: 235) bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh adannya budaya organisasi dan pula oleh gaya kepemimpinan transformasional.
Gaya Kepemimpinan Transformasional lebih berpengaruh daripada Budaya Organisasi terhadap kinerja karyawan
Pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja karyawan adalah gaya kepemimpinan transformasional daripada budaya organisasi sebesar 5 8,9%. Hal ini sejalan dengan pendapat Luthan (2006: 653 & 654) bahwa gaya kepemimpinan transformasional membawa keadaan menuju kinerja tinggi pada organisasi yang menghadapi tuntutan pembaruan dan perubahan. Dengan membantu kepemimpinan transformasional melalui kebijakan rekruitmen, seleksi, promosi, pelatihan, dan pengembangan akan menghasilkan kesehatan, kebahagiaan dan kinerja efektif pada organisasi saat ini. Gaya kepemimpinan transformasional efektif terhadap kinerja karyawan harus memiliki karakter yaitu; mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan, berani, mempercayai orang lain, motor penggerak nilai, pembelajar sepanjang masa, memiliki kemampuan untuk menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian dan visioner.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Budaya organisasi dan gaya kepemimpinan transformasional secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
- Secara simultan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan transformasional mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tanjung Enim.
- Gaya kepemimpinan transformasional lebih berpengaruh daripada budaya organisasi terhadap kinerja karyawan.
SARAN
- 1. Dalam meningkatkan kinerja karyawan, perlu pembentukan budaya kerja internal yang kondusif, dibarengi dengan imbalan yang berimbang. Imbalan seperti perolehan uang, materi, balas jasa dan lain sebagainya menjadi pilihan para karyawan untuk mendorong meningkatkan kinerjanya, sebab hal ini berkaitan dengan upaya mereka untuk memenuhi kebutuhannya.
- Seorang pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan transformasional harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan para bawahan, termasuk didalamnya memberikan perhatian individual. Gaya kepemimpinan transformasional akan berlaku apabila perhatian individual ditingkatkan seperti memberikan kesempatan kepada bawahan untuk bertukar pikiran dengan pimpinannya, merangsang tumbuhnya gagasan-gagasan baru dalam bekerja, dan mendorong keberanian serta tumbuhnya
pemahaman bawahan terhadap arti penting tindakan-tindakan yang dilakukannya dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
3. Diperlukan adanya standarisasi kinerja, sehingga para karyawan memiliki pedoman dalam mengarahkan aktivitas penyelenggaraan tugas/pekerjaannya berbasis kinerja. Dalam standar kinerja ini perlu ditetapkan imbalan (reward) dan sanksi/hukuman (punishment) yang jelas dan terukur. Namun hal ini sangat tergantung pada ada atau tidaknya komitmen para pimpinan untuk meningkatkan kinerja karyawan yang menjadi bawahannya.
DAFTAR PUSTAKA
$ VlC,p0 NEClP P lC.pELLIIIpKinerja Sebagai Media Peningkatan Derajat dalam Konteks Industrialisasi. Geneca, Bandung
Ivancevich, J.M., Konopaske, R., dan Matteson M.T. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jilid 1 dan 2. Edisi ketujuh. Erlangga, Jakarta.
Jones, Gareth R. 2000. Organizational Theory : Text and Cases. 3 ed Penerbit: New Jersey Prentice Hall.
Kreitner, Robert. dan Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.
Kuchinks, K. Peter. 1999. Leadership and Culture: Work-Related Values and Leadership Stylesp$ P RiI p2 i1-pikRP Sli ’sp8.6 pliCp1 1-rP lipT1-G1-FRP P NiiElt1Rip:1 P SGR 1-1-V p Human Resources Development Quarterly, 10 (2): 135-152.
Luthan, Fred. 2005. Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Penerbit: Andi, Yogyakarta. Northouse, P.G. 2003. Leadership: Theory and Practice, Third Edition. New Delhi: Response Book.
Recardo, Renald and Jolly, Jennifer. 1997. Organizational Cultural Team , SAM Advanced Management Journal.
Robbins, S.P. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh (Lengkap). PT. Indeks, Yogyakarta.
Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior, Tenth Edition, Singapore: Prentice Robbins, S.P., and Judge, T.A. 2008. Organizational Behavior (Perilaku Organisasi). Edisi 12, Buku 1 dan 2. Salemba Empat, Jakarta.
Schein , E.H. 1992. Organizational Culture and Leadership. Penerbit: San Fransisco: Jossey Bass.
Stoner, A.F. James and Freeman R. Edward and Gilbert JR, Daniel R. 2004. Manajemen.
Jilid 1 dan Jilid 2 (Edisi Bahasa Indonesia), PT Prenhallindo, Jakarta.
Thoha, M. 2007. Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan Aplikasinya. Edisi 1,
Cetakan 14. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Thomson, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat, Jakarta.
Tyson, Shaun dan Jackson, Tony. 2001. Organizational Behavior (Perilaku Organisasi). Penerbit: Andi, Yogyakarta.
Umar, Husien. 2005. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. PT. Gramedia, Jakarta.
Veithzal, Rivai. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktek. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Wangmuba, 2009. Artikel Kepemimpinan/Leadership, (http://www.Wangmuba.com, diakses 3 Maret 2009).
Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi : Teori Aplikasi dan Penelitian. Salemba Empat, Jakarta.