www.infodiknas.com.
Disusun oleh ENI MINARTI (Ponorogo)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada pengaruh informasi dan kebudayaan serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ketrampilan menulis merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam kehidupan,tidak hanya penting dalam dunia pendidikan tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Menulis merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan,pendapat, pemikiran dan perasaan yang dimiliki, Selain itu dapat mengembangkan daya pikir dan kreatifitas siswa dalam kegiatan menulis
Deskripsi berasal dari kata bahasa Inggris description yang artinya melukiskan dengan bahasa. Deskripsi digunakan untuk melukiskan perasaan sepewrti bahagia, takut, sepi, sedih dan sebagainya. Penggambaran itu mengandalkan panca indera dalam penguraiannya. Tujuan deskripsi adalah membentuk melalui ungkapan bahasa, agar imajinasi pembaca dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi dan emosi.
Menurut Johnson (2009:32) Contextual Teaching & Learning (CTL) atau pembelajaran kontektual adalah sebuah system yang bersifat menyeluruh yang menyerupai cara alam bekerja. CTL menyatukan konsep dan praktek.
Dari rumusan pengertian pembelajaran kontektual tersebut dapat dijelaskan dengan pernyataan kunci berikut ini.(1) Pembelajaran kontektual merupakan konsepsi belajar yang membantu guru mengaitkan konten mata palajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan warga negara.Pendekatan kontektual merupakan suatu reaksi terhadap pandangan behavioristik yang telah mendominasi pemikiran pendidikan selama ini pembelajaran kontektual mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses komplek dan banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus response.(2) Pembelajaran kontektual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademiknya dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah- masalah dunia nyata atau masalah- masalah yang disimulasikan. Pembelajaran kontektual akan terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang dedang diajarkan dengan mengacu pada masalah – masalah yang ada dalam dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, sebagai warga negara, siswa dan tenaga kerja. Pembelajaran kontektual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman.(1) Siswa belajar tidak dalam proses seketika. Maksutnya pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh sedikit demi sedikit serta berangkat dari pengetahuan (skemata) yang dimiliki sebelumnya.(2) Penentuan kemajuan belajar siswa dapat diukur dari proses, kinerja dan produk yang berbasis pada prinsip authentic-assesment.
2. Rumusan Masalah
Apakah penerapan pendekatan kontektual dalam pembelajaran menulis
Deskripsi dapat membangun kemampuan berfikir kreatif dan inovatif
Dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3. Tujuan Penulisan Makalah
1) Membantu guru dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif.
2) Mengembangkan kreatifitas guru dan siswa dalam preses kegiatan belajar
mengajar
3) Membangun dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
Pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
Sehari-hari
KAJIAN PUSTAKA
1. Karakteristik Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Kontektual
Menurut Johnson dalam Nurhadi (2003:14) Karakteristik pembelajaran kontektual sebagai berikut: (1) melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, dapat bekerja sendiri atau kelompok, dan dapat belajar sambil berbuat(learning by doing), (2) melakukan kegiatan-kegiatan yang siknifikan (doing significant work), (3) belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning), (4) bekerja sama (collaborating), (5) berfikir kreatif dan kritis (critical and creative thinking),(6) mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual), (7) mencapai standar yang tinggi (reaching high standards), (8) menggunakan penilaian autentik (using autentic assessment).
2. Komponen- komponen dalam pendekatan kontektual
Pendekatan kontektual dalam penerapannya mempunyai tujuh komponen pokok yaitu (1) konstruktivisme (constructivisme), (2) inkuiri (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), (7) penilaian autentik (assessmentauthentic). Ketujuh komponen tersebut dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut
(1). Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dalm pendekatan ini lebih menekankan keaktifan siswa daripada guru. Pendekatan konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) bagi pendekatan kontektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak serta merta. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Oleh karenaitu, siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang telah dipelajarinya. Dengan dasar itulah pembelajaran kontektual harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Atau dengan kata lain siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran (student centered).
Menurut Piaget dalam Trianto (2008:29) manusia memiliki struktur pengetahuan di dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-kotak(struktur pengetahuan)yang ada dalam otak manusia. Struktur pengetahuan akan dikembangkan dalam otak manusia dalam dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetetahuan baru dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah da dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan pengalaman baru.
(2). Inkuiri
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontektual. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasildari menemukan sendiri. Pembelajaran dirancang pada kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Inkuiri memiliki empat (4) siklus yaitu: (1) observasi, (2) bertanya, (3) pengajuan dugaan atau hipotesis, (4) pengumpulan data, (5) penyimpulan.
(3). Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang senantiasa bermula dari bertanya (qutioning). Ada berbagai macam tujuan orang bertanya diantaranya: ingin tahu, menguji, mengkonfirmasi, mengapersepsi,menggali informasi,mengarahkan atau menggiring, mengaktifkan skemata, mengklarifikasi, men-judge, memfokuskan, membangkitkan respon, menjajagi, mengatasi kesulitan, atau bisa juga untuk menghindari kesalahpahaman. Pertanyaan dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, berbagai macam bentuk, dan berbagai macam jawaban yang ditimbulkannya.
Dalam pembelajaran kontektual bertanya (questioning) adalah induk dari strategi pembelajaran dan aspek penting dari pembelajaran. Bagi guru, bertanya dalam pembelajaran kontektual dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Di dalam kelas biasanya guru menggunakan pertanyaan untuk bercakap-cakap, merangsang siswa berfikir, memulai pembelajaran, memperjelas gagasan, mengevaluasi pembelajaran, dan meyakinkan apa yang diketahui siswa. Dalam pembelajaran guru hendaknya dapat menggunakan teknik bertanya yang dapat memunculkan keingintahuan siswa dan mendorong agar siswa mengajukan pertanyaan –pertanyaan. Sedangkan bagi siswa, bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya (Nurhadi,2003:45 dan Trianto,2008:31). Bertanya sebagai suatu strategi dapat digunakan saecara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplrasi gagasan-gagasan. Pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan untuk merangsang siswa berfikir, berdiskusi dan berspekulasi.
Hampir semua aktifitas belajar menerapkan kegiatan bertanya misalnya: antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan nara sumber yang didatangkan guru ke dalam kelas pembelajaran.Aktifitas bertanya juga dapat ditemukan dalam kegiatan siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengadakan pengamatan terhadap objek, dan ketika menemui kesulitan.
(4). Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar (learning community) sebagai salah satu komponennya dalam pembelajaran kontektual. Kegiatan sharing antar siswa, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu baik di dalam kelas maupun di luar kelasitulah yang dinamakan masyarakat belajar (learning community). Masyarakat belajar akan terjadi apabila terjadi komunikasi dua arah dan dalam komunikasi itu terjadi saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Agar kegiatan saling belajar dapat terjadi ada beberapa halyang perlu diperhatikan dalam pembelajaran yaitu: tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, kedua belah pihak harus saling mendengarkan, dan setiap harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
(5). Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tenteng apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa-apa yang asudah kita lakukan di masa lalu (Nurhadi dkk,2003:51 dan Trianto,2008:35). Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang baru diterimanya.
Refleksi merupakan komponen penting dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontektual karena pengetahuan yang bermakna diperolehmelalui proses. Pengalaman yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Pada akhir pembelajaran guru harus membantu siswa membuat hubungan –hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Sedangkan para siswa harus mampu mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Kunci dari kegiatan refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak para siswa.
(6). Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penerapan pembelajaran berbesis kontektual selayaknya diiringi oleh system penilaian yang berbasis kontektual pula yaitu penilaian autentik (Authentic Assessment). Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang sebenarnya.
Penilaian autentik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk, (2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, (3) menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber, (4) tes hanyalah salah satu alat pengumpul data penilaian, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus relevan dengan kehidupan siswa yang nyata sehari-hari, (5) mengukur ketrampilan dan performance, buklan mengingat fakta, (6) berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feed back.
3. Hakikat Menulis
Menurut Takala dalam Ahmadi (1990:24) mendifinisikan menulis adalah suatu proses, menyusun, mencatat dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem ganda konvensional yang dapat dilihat (dibaca). Menulis dilihat dari segi hakikatnya dapat dibagi atas tiga aspek yakni: (1) menulis sebagai proses berfikir, (2) menulis sebagai proses berfikir meliputi serangkaian aktifitas, (3) menulis sebagai proses berfikir yang terdiri atas serangkaian aktifitas berkaitan erat dengan membaca.
(1) Menulis sebagai proses berfikir
Menulis digolongkan sebagai proses berfikir karena menulis merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk tertulis. Lebih luas lagi menulis merupakan proses berfikir yang berkesinambungan, mencobakan dan mengulas kembali, hal ini berarti bahwa sebelum,saatdan sesudah menuangkan gagasan secara tertulis diperlukan keterlibatan pross berfikir. Proses berfikir mempunyai sejumlah esensi yaitu mengingat, menghubungkan, memprediksi, mengorganisasikan, membayangkan, memonitor, mereview, mengevaluasi, dan menerapkan . Dengan proses berfikir dalam kegiatan menulis akan terwujud tulisan yang berkualitas.
.
Naskah lengkap hubungi: 081333052032 – 0341.7699996 (flexi)