PENERAPAN MODEL JIGSAW DAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI PADA PEMBELAJARAN PKN
Andang Anggoro, A. Dakir, Karsono.
PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi No. 449, Surakarta 57126
e-mail: andang.anggoro@ymail.com
Abstract: The objective of this research is to improve grade V students understanding of freedom association by cooperative learning Jigsaw type and audio visual media. The research was held in two cycles in each which consisted of planning, taking action, observation and reflection. The result shows that cooperative learning Jigsaw and audio visual media type can improve grade V students’ understanding of freedom association in SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten. Based on the research, it can be concluded that cooperative learning Jigsaw type and audio visual media can improve grade V student’s understanding of freedom association material in SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten academic year 2011/2012.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual pada siswa kelas V. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 2011/2012.
Kata kunci: Model jigsaw, kebebasan berorganisasi, media audio visual.
Pendidikan merupakan hal penting yang harus dialami oleh setiap manusia sebagai bekal untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan dapat diajarkan kepada seseorang melalui berbagai hal dan salah satunya melalui mata pelajaran yang dijadikan bekal, tidak hanya berupa pengetahuan melainkan lebih dari itu yaitu yang menyangkut cara menyikapi tentang masalah sosial yang ada di sekitarnya. Salah satu mata pelajaran yang penting untuk menyikapi masalah sosial adalah Pendidikan Kewarganegaraan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk manusia berkarakter yang mampu memahami dan melaksanakan hak serta kewajibannya sebagai warga negara Indonesia. Sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran pokok di sekolah dasar yang mempunyai peranan penting. Hal itu dikarenakan PKn merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. PKn diberikan sejak anak mengenal pendidikan, karena berguna agar siswa memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
Sudjatmiko (2008: 12) memberikan batasan ten- tang PKn adalah mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Sunarso (2010: 10) menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk membentuk warga negara yang baik (a good citizen) yakni, warga yang memiliki kecerdasan baik intelektual, emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan tanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Pembelajaran PKn idealnya dapat dipahami oleh siswa agar dapat diterapkan dalam kehidupan sosial. Salah satu materi dalam pembelajaran PKn kelas V adalah Kebebasan berorganisasi. Materi kebebasan berorganisasi harus benar-benar dipahami oleh siswa karena bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Terlebih, materi yang dicakup sangatlah luas seperti: pengertian organisasi, peran serta dalam organisasi, organisasi lingkungan sekolah dan organisasi lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 8-9 Februari 2012 dengan guru kelas V SDN Borongan 02 Polanharjo terdapat kendala dalam pembelajaran PKn. Membuktikan banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
Dari observasi dan wawancara ditemukan fakta pembelajaran PKn materi tentang kebebasan berorganisasi masih rendah, Hal itu dibuktikan dengan hasil nilai PKn materi tentang kebebasan berorganisasi sebagai berikut. Siswa yang memperoleh nilai 40 ada 2 anak (11,76%), siswa yang memperoleh nilai 45 ada 1 anak (5,88%), siswa yang memperoleh nilai 50 ada 2 anak (11,76%), siswa yang memperoleh nilai 55 ada 1 anak (5,88%), siswa yang memperoleh 60 ada 2 anak (11,76%), siswa yang memperoleh nilai 70 ada 6 anak (35,29%), siswa yang memperoleh nilai 75 ada 3 anak (17,64%). Rata-rata nilai siswa kelas V adalah 61,5 dengan nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 75. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan adalah 65. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemahaman materi siswa terhadap materi pelajaran masih rendah.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas V, rendahnya nilai tersebut dipengaruhi karena beberapa faktor di antaranya: 1) siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, 2) guru dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan cenderung sebagai pusat pembelajaran (teacher centered) sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran, 3) Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang variatif, sehingga siswa sulit dalam menerima materi yang disampaikan. Dalam hal ini, siswa kelas V SDN Borongan 02 Polanharjo Klaten cenderung bosan karena hanya hanya mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat.
Berdasarkan uraian di atas dalam pembelajaran perlu diadakan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut agar pembelajaran lebih bermakna serta mampu meningkatkan pemahaman materi yang disampaikan oleh guru. Dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut Sugiyanto (2008: 35) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Aronson (1978) ini merupakan model pembelajaran yang diterapkan dengan cara pembentukkan tim asal dan tim ahli dalam kegiatan pembelajaran (Slavin, 2005: 236). Adapun keunggulan dari model pembelajaran tipe Jigsaw menurut Kholid, dkk (2009: 11) antara lain: 1) Dapat meningkatkan hubungan kooperatif dan hubungan yang lebih baik antarsiswa dan dapat mengembangkan kompetensi akademis siswa, 2) Memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. 3) Siswa lebih banyak belajar pada teman dalam belajar kooperatif daripada kepada guru.
Keunggulan yang terdapat pada model Jigsaw dipandang tepat digunakan dalam model pembelajaran untuk materi kebebasan berorganisasi. Jigsaw akan mempermudah siswa dalam mendalami materi, aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tera sa lebih variatif. Selain itu, siswa juga akan termotivasi untuk memupuk rasa tanggung jawab dan kerja samanya.
Selain menggunakan model Jigsaw peneliti juga menggunakan media pembelajaran. Menurut Anitah (2009: 123) media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Jadi, dapat dikatakan bahwa penggunaan media pembelajaran sangat penting untuk menyampaikan materi kepada siswa. Media audio visual sebagai pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan media audio visual untuk mendukung model Jigsaw yang diterapkan. Media audio visual merupakan media pandang dengar yang berupa potongan-potongan gambar serta efek suaradan diolah melalui teknik tertentu dan memberikan kesan hidup pada gambar (Yudhi Munadi, 2008: 13).
Media audio visual dapat merangsang peserta didik lebih berkonsentrasi dan lebih memahami materi yang diajarkan karena penyampaian materi dengan media audio visual bisa lebih menarik perhatian daripada penyampaian materi melalui ceramah. Selain itu, media audio visual memberikan kesan positif karena lebih menarik, lebih menyenangkan, dan memberikan memori yang kuat pada peserta didik. Media audio visual menstimulasi indera pendengaran dan penglihatan siswa sehingga siswa dapat lebih memahami dan meresapi makna yang terkandung dalam tayangan media tersebut. Hal tersebut diharapkan mempermudah siswa dalam menerima pesan. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi kebebasan berorganisasi menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dikombinasikan dengan media audio visual pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten Tahun Ajar- an 201 1/2012.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten Tahun Ajaran 2011/2012 Kelas V, dengan jumlah 17 siswa, tediri dari 8 siswa putra dan 9 siswa putri. Waktu penelitian selama 6 bulan (Februari 2012 sampai dengan Juli 2012).
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber data sekunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dokumentasi, wawancara, observasi langsung, dan tes. Analisis data data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif Miles & Huberman (2009: 20). Model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi) Perencanaan: Menentukan pokok bahasan, yaitu kebebasan berorganisasi, Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Menyusun lembar kerja siswa (LKS), Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran, Menyusun lembar evaluasi, dan Menyiapkan lembar pedoman observasi aktivitas guru dan siswa. Tindakan: Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini direncanakan dalam 2 kali pertemuan, yakni pertemuan pertama mempelajari tentang pengertian organisasi, unsur organisasi, langkah mendirikan organisasi, tugas pengurus organisasi. Pada pertemuan kedua mempelajari tentang pengertian kebebasan berorganisasi, ciri pengurus yang baik, tujuan dibentuk organisasi di sekolah, tujuan dibentuk organisasi di masyarakat. Kegiatan Inti: Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4 orang siswa dan membagikan materi berdasarkan permasalahan. Masi ng-masi ng kelompok mengiri mkan satu orang wakil untuk membahas topik yang sama, wakil ini disebut dengan kelompok ahli dan membagikan LKS kepada kelompok ahli dan mengarahkan jalannya diskusi kelompok ahli, kemudian guru menayangkan media pembelajaran berupa video rapat organisasi pramuka, setelah diskusi tim ahli selesai, siswa kembali ke kelompok asal dan menyampaikan hasil diskusinya.
Kegiatan Penutup: Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran, Siswa mengerjakan soal evaluasi, Guru memberikan penilaian dan penguatan. Pengamatan/Observasi: Kegiatan yang dilakukan pada saat observasi adalah mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu mitra untuk mengamati jalannya proses pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan siswa. Selain itu, dalam tahap ini peneliti juga menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan LKS yang telah disusun oleh peneliti. Refleksi: Dilakukan setiap akhir pembelajaran. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui bagian yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian, masalah-masalah yang muncul saat kegiatan pembelajaran, dan bagian yang masih perlu diperbaiki, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Refleksi meliputi beberapa komponen, yaitu: menganalisis, mensintesis dan menerangkan. Refleksi yang dilakukan berdasarkan nilai siswa, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kinerja guru. Hasil dari refleksi ini digunakan sebagai dasar pemikiran untuk tindakan yang akan datang apakah hasil yang diperoleh sudah maksimal atau belum maksimal. Pada siklus II langkah pembelajaran masih sama dengan siklus I hanya berbeda pada kegiatan yang langsung menerapkan Jigsaw dan media audio visual yang digunakan. Jika siswa yang berhasil saat evaluasi sebanyak mencapai indikator ketercapaian kinerja sesuai dengan yang telah ditetapkan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual tersebut telah berhasil. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila secara klasikal siswa yang memperoleh nilai ≥70 mencapai ≥ 80%. Apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai tercapai indikator yang ditentukan.
HASIL
Pada kondisi awal atau pratindakan untuk nilai pemahaman materi kebebasan berorganisasi siswa masih rendah, karena masih bbanyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
Tabel 1. Frekuensi Nilai Pemahaman Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan
No Interval Frekuensi Persentase
Nilai |
Ket |
|||
1 40 – 45 |
3 |
17,65 |
TT |
|
2 46 – 51 |
2 |
11,76 |
TT |
|
3 52 – 57 |
1 |
5,88 |
TT |
|
4 58 – 63 |
3 |
17,65 |
TT |
|
5 64 – 69 |
0 |
0 |
– |
|
6 70 – 75 |
8 |
47,06 |
T |
|
Nilai rata-rata kelas |
= |
1040,5 : |
17 = 61,20 |
Ketuntasan Klasikal = (8 : 17) x 100% = 47,06%
Berdasarkan data tabel 1, siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa atau 52,94% dan yang sudah tuntas adalah 8 siswa atau 47,06%.
Pada siklus I pembelajaran PKn materi kebebasan berorganisasi sudah menerapkan model Jigsaw da media audio visual. Siswa masih menyesuaikan diri dengan penerapan model dan media tersebut, sehingga pembelajaran belum maksimal.
Perolehan nilai pemahaman materi pada siklus I yaitu siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (65) sebanyak 4 siswa atau 23,52% dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 13 siswa atau 76,48%. Rata-rata kelas yaitu 73,44.
Pada siklus I siswa masih beradaptasi dengan model Jigsaw dan penerapan media audio visual belum maksimal serta guru belum sepenuhnya mampu mengkondisikan kelas, sehingga kerjasama siswa masih kurang.
Tabel | 2. Nilai Pemahaman Materi Kebebasan
Berorganisasi Pada Siklus I. |
|||
No |
Interval |
Frekuensi |
Persen |
Ket |
1 |
50 – 56 | 2 |
11,76 |
TT |
2 |
57 – 63 | 0 | – |
– |
3 |
64 – 70 | 2 |
11,76 |
T |
4 |
71 – 77 | 2 |
11,76 |
T |
5 |
78 – 84 | 2 |
17,76 |
T |
6 |
85 – 91 | 9 |
52,94 |
T |
17 |
100 |
Nilai rata-rata kelas = 1340: 17 = 78,82 Ketuntasan Klasikal = (15 : 17) x 100% = 88,24%
Pada siklus II yang dilakukan berdasarkan refleksi dari pelaksanaan siklus I. Pada siklus II siswa sudah dapat beradaptasi dengan penerapan model Jigsaw dan media audio visual yang digunakan dalam pembelajaran sudah dapat menarik perhatian siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa atau 88,24%.
Dengan demikian peningkatan pada siklus II sudah mencapai indikator kinerja yaitu 80% mencapai ketuntasan nilai dengan nilai KKM 70. Maka penelitian hanya sampai siklus II dan dinyatakan berhasil. Hasil yang diperoleh dari siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Nilai Pemahaman Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus II.
Berdasarkan hasil analisis setelah diadakan tindakan siklus I dan II dapat diketahui meningkatnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual, maka pemahaman PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 mengalami peningkatan. Selain itu, ketuntasan nilai secara klasikal dan nilai rata-rata kelas siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 juga mengalami peningkatan. Peningkatan dapat dilihat pada data perkembangan nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi, nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 4. Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan, Siklus I dan Siklus II.
No |
Keterangan |
Kondisi |
Siklus I |
Siklus |
1 |
Nilai Terendah |
40 |
45 |
50 |
2 |
Nilai Tertinggi |
75 |
90 |
90 |
3 |
Nilai Rata-rata |
61,20 |
73,44 |
78,82 |
4 |
Ketuntasan Klasikal (%) |
47,06 |
76,48 |
88,24 |
Untuk memperjelas perbandingan nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi dan ketuntasan klasikal pada saat pratindakan, siklus I dan siklus II pada tabel 1, dapat disajikan dalam gambar 1.
Gambar 1. Histogram Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4 dan gambar 1, dapat dilihat bahwa pemahaman PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 mengalami peningkatan mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Dengan adanya peningkatan nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman materi Kebebasan siswa sudah mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi dalam beberapa hal, yaitu:
- Nilai terendah mengalami kemajuan atau peningkatan, yaitu pada pratindakan 40 dan pada siklus II menjadi 50.
- Nilai tertinggi mengalami peningkatan, yaitu dari 75 menjadi 90.
- Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebanyak 17,62, yaitu dari 61,20 menjadi 78,82.
- Ketuntasan klasikal mengalami peningkatan sebesar 33,18%, yaitu dari 47,06% menjadi 88,24%.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dan refleksi yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada pembelajaran PKn SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten. Dalam penelitian ini, nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 sudah mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dari adanya perkembangan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal siswa yang dicapai pada saat pratindakan, siklus I, dan siklus II. Selain itu kegiatan siswa dalam pembelajaran dan kinerja guru dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan tiap siklus.
Pada pratindakan dapat dilihat bahwa nilai terendah 40, nilai tertinggi mencapai nilai 75, nilai rata- rata kelasnya hanya mencapai 61,20, sedangkan untuk ketuntasan klasikalnya sebesar 47,06% atau sebanyak 8 siswa mencapai nilai KKM. Dengan kata lain, terdapat 55,94% atau sejumlah 9 siswa yang tidak tuntas dalam mengikuti pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi.
Kemudian, pada siklus I mulai ada peningkatan untuk nilai terendahnya. Nilai terendah siswa dari 40 menjadi 45, nilai tertinggi naik menjadi 90, nilai rata- rata kelas naik menjadi 73,44 dan ketuntasan klasikalnya mencapai 76,48% atau sejumlah 13 siswa sudah mencapai nilai KKM atau lebih. Dengan kata lain, masih terdapat 23,52% atau sejumlah 4 siswa yang belum tuntas dalam mengikuti pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang telah dicapai pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, pada siklus II terjadi peningkatan lagi dibandingkan dengan siklus I. Nilai terendah naik menjadi 50, nilai tertinggi naik menjadi 95, nilai rata- rata kelas siswa mencapai 80,79 dan ketuntasan klasikal mencapai 88,24% atau 15 siswa dari 17 siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan atau bahkan lebih besar dari indikator kinerja.
Berdasarkan hasil analisis data di atas maka dapat diketahui bawa penerapan model jigsaw dan media audio visual dapat meningkatka pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada pembelajaran PKn siswa kelas V SDN Borongan 02 Polanharjo Klaten.
Isjoni (2011: 54) menyatakan bahwa model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Model pembelajaran tipe Jigsaw dapat digunakan efektif pada tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama.
Adapun media video menurut Munadi (2008: 127) bahwa video memiliki beberapa karakteristik antara lain: Dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, video dapat menampilkan kejadian masa lampau dan kejadian di suatu tempat. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan sehingga lebih efektif dalam pembelajaran, guru dapat mengulangi bagian yang sulit dipahami siswa dengan mudah. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat karena video menyampaikan pesan yang akan tertanam dalam pikiran siswa dalam jangka waktu yang lama. Pengembangan pikiran dan pendapat para siswa karena video dapat menggali pengetahuan siswa dan menciptakan interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Mengembangkan imajinasi peserta didik karena video membantu peserta didik mengembangkan ide pemikirannya melalui sesuatu yang ditangkapnya dari pengamatannya. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik, video mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang dipelajarinya karena siswa dapat melihat langsung hal dipelajarinya. Mempunyai pengaruh kuat terhadap emosi seseorang, video dapat mempengaruhi karakter seseorang melalui hal yang dilihatnya misalnya tokoh dalam video yang dapat ditiru siswa. Menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu menuj ukkan rangsangan yang sesuai dengan tuj uan dan respon yang diharapkan dari siswa. Video tidak memandang tingkat kognitif seseorang. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar, video yang menarik dapat digunakan dalam penyampaikan materi dan siswa lebih tertarik dalam pembelaj aran.
Peningkatan tersebut tentu saja dikarenakan penerapan model Jigsaw dan media audio visual dapat menarik perhatian dan antusiasme siswa dalam belajar sehingga membantu bagi siswa untuk memahami materi yang diajarkan. Selain itu, selama pembelajaran, partisipasi aktif dari siswa akan tumbuh. Siswa berusaha memahami materi yang menjadi bagiannya dan siswa menj adi bertanggung j awab terhadap kelompoknya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih menarik minat siswa sehingga mempermudah pemahaman. Hal tersebut memberikan bukti bahwa pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini telah berhasil dan diakhiri pada siklus II.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data pada siklus I dan siklus II yang telah dilaksanakan, maka hipotesis yang berbunyi “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 2011/2012” dapat dibuktikan kebenarannya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada setiap siklusnya. Pada pratindakan, nilai rata-rata kelas siswa hanya 61,20 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 8 siswa atau sebesar 47,06%. Kemudian, pada
siklus I nilai rata-rata kelas siswa meningkat menjadi 73,44 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 13 siswa atau sebesar 76,48%. Pada siklus II, nilai rata-rata kelas siswa meningkat lagi menjadi 78,82 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 15 siswa atau sebesar 88,23%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 201 1/2012.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Kholid Abdul, dkk. 2009 (dalam httprestory.upi.eduperatorupload chapter 2.pdf diakses tanggal 9 Februari 2012). Munadi Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.
Slavin Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sudjatmiko. 2008 (dalam httpwww.sekolahdasar.net201 1 09hakekat-pendidikan-kewarganegaraan-pkn.html/hakekatpendidikan-kewarganegaraan-pkn.html diakses tanggal 21 Februari 2012).
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Modul PLPG.
Sunarso, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan SD Kelas V. Yogyakarta: UNY Press.
* Andang Anggoro: Mahasiswa FKIP PGSD UNS. ** Drs. A. Dakir, M.Pd.. Dosen Progdi. PGSD UNS. ** Karsono, M.Sn. Dosen Progdi. PGSD UNS.