PENERAPAN BERBAGAI METODE PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN DIKLAT
Oleh : Drs. Soleh Suaedy, MM
Abstract
Implementation and development of learning methods not only plays a very important role in the learning process, but also is one aspect that determines the success of training activities, therefore the teacher in this case called “facilitators” need to understand the various methods of training and be able to develop and implement effectively (right) according to purpose, situation and allocation of available time and attention to the characteristics of training participants.
Implementation and development of effective learning methods are also expected to enhance the effectiveness of teaching and learning process can be run dynamically, so that the goals and objectives of any given training materials can be absorbed in the best possible education and training by the participants. Thus the selection of appropriate learning methods is a must in teaching and learning education and training.
“Application and development of an effective learning method very determining successful training “.
Keywords : method, learning, training, effectiveness.
Pengantar
Sebagaimana kita ketahui proses pembelajaran dalam kegiatan diklat tentunya berbeda dengan proses pembelajaran kepada peserta didik di sekolah. Proses pembelajaran dalam kegiatan diklat merupakan proses pembelajaran bagi orang dewasa yang biasanya lebih tepat diterapkan melalui pendekatan andragogik yakni proses pembelajaran dimana peserta diklat adalah warga belajar yang telah memiliki dasar-dasar keilmuan, dan mereka dituntut untuk lebih mandiri dan kreatif, sedangkan proses pembelajaran di sekolah lebih dominan menggunakan pendekatan paedagogik dimana widyaiswara masih dianggap sebagai orang yang harus didengar dan ditiru, Untuk itulah dalam kegiatan diklat proses pembelajaran melalui pendekatan andragogi menjadi suatu pendekatan yang dianjurkan penggunaannya, dengan mengkolaborasikan berbagai metode secara tepat guna dan sesuai kondisi dan situasi yang dihadapi, seperti metode ceramah (lecture), diskusi, seminar, resitasi, simulasi, role playing, dan lain-lain.
Istilah pengembangan metode memiliki dua pengertian yakni pengembangan metode dalam arti inovasi terhadap metode sebagai subsistem diklat, dan pengembangan metode dalam arti aplikasinya di lapangan.
Penerapan dan pengembangan metode tidak saja memegang peranan yang sangat penting dalam
proses pembelajaran, tetapi juga merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan
kegiatan diklat, oleh karena itu pengajar dalam hal ini disebut “fasilitator” perlu memahami berbagai
macam metode diklat serta mampu mengembangkan dan menerapkannya secara efektif (tepat) sesuai tujuan, situasi dan alokasi waktu yang tersedia serta memperhatikan karakteristik peserta diklat.
Penerapan dan pengembangan metode belajar yang efektif juga diharapkan akan meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar dapat berjalan dinamis, sehingga tujuan dan sasaran dari setiap materi diklat yang diberikan dapat diserap dengan sebaik-baiknya oleh para peserta diklat. Dengan demikian pemilihan metode pembelajaran yang tepat merupakan suatu keharusan dalam proses belajar mengajar diklat.
Konsep Dasar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Pendidikan dan Pelatihan (yang selanjutnya disebut Diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Departemen Agama yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) jam pelajaran dengan durasi tiap jam pelajaran 45 menit (KMA No.1 Th.2003).
Lembaga Diklat kedepan hedaknya mampu menunjukkan profesionalitas dalam penyelenggaraan diklat sehingga mampu menghasilkan output dan outcome yang benar-benar memiliki manfaat baik peningkatan kinerja, perbaikan sistem organisasi dan manajemen, maupun memiliki kemampuan dalam menentukan strategi kegiatan yang mampu membawa perubahan positif pada masyarakat sehingga diklat dirasakan sebagai suatu kebutuhan dan keniscayaan bukan sebagai beban tugas. Perlu paradigma baru dalam diklat yang memcakup sistem dan strategi yang mampu menjawab terhadap perubahan situasi dan kondisi, terutama beriringan dengan pengembangan IPTEK dengan landasan etika dan moral yang kokoh.
Tujuan diklat secara umum adalah untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap mental dan kepribadian pegawai agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. Secara khusus setiap jenis diklat mempunyai tujuan masing-masing, misalnya tujuan Diklat Pimpinan Tingkat IV disamping mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental juga mengembangkan wawasan dan jiwa kepemimpinan.
Sistem perencanaan diklat (TNA/Training Need Assessment) berdasarkan kepada kebutuhan pengembangan kompetensi dan persyaratan jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas organisasi dan rencana pengembangan karier pegawai berdasarkan prioritas program diklat yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan diklat tersebut dilakukan secara klasikal (dalam kelas) atau non klasikal dengan mengikuti petunjuk dan pedoman yang telah ditetapkan. Pelaksanaan Diklat Non Klasikal dapat dilakukan di alam terbuka, Diklat di Tempat Kerja (DDTK), Diklat Jarak Jauh (DJJ) maupun penugasan. Jumlah peserta Diklat Klasikal ditentukan antara 30 s.d 40 orang, sedang jumlah peserta Diklat Non Klasikal disesuaikan dengan kebutuhan.
Strategi Pembelajaran Diklat
beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick and Carey ada 5 komponen strategi pembelajaran, yakni : kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi peserta diklat, Tes, dan Kegiatan lanjutan.
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gagne and Briggs, komponen dalam strategi pembelajaran adalah :
- Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
- Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta diklat.
- Mengingatkan kompetensi prasyarat.
- Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
- Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
- Menimbulkan penampilkan peserta diklat
- Memberi umpan balik
- Menilai penampilan
- Menyimpulkan.
Berdasarkan rumusan komponen strategi pembelajaran yang dikemukakan para ahli secara garis besar dapat dikelompokkkan menjadi :
1. Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
menwidyaiswaratkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan widyaiswara dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, widyaiswara dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
a) Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada peserta diklat, memusatkan perhatian peserta diklat agar peserta diklat bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan peserta diklat atau apa yang telah dikuasai peserta diklat sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isi pelajaran baru, dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
b) Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
c) Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Komponen kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau widyaiswara harus dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu widyaiswara haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik peserta diklat.
Macam-macam metode pembelajaran adalah : Ceramah/Kuliah/Tutorial, Tanya jawab, Diskusi Kelompok (Discussion), Latihan (Exercise), Studi kasus (Case Study), Curah pendapat (Brainstorming), Seminar (Seminar), Penugasan (Resitation) atau Metode Praktikum, Simulasi (Simulation), Bermain Peran (Role Playing), Demonstrasi (Demonstration), Praktek kerja lapangan (PKL) atau Metode DoLook-Learn, Tugas Baca (Reading), Metode Proyek (Project) atau Metode Studi Mandiri, Metode Pembelajaran Terprogram, Metode Discovery.
3. Komponen ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/widyaiswara, alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b) Dukungan terhadap isi pelajaran
c) Kemudahan memperoleh media
d) Keterampilan widyaiswara dalam menggunakannya
e) Ketersediaan waktu menggunakannya
f) Sesuai dengan taraf berpikir peserta diklat.
4. Komponen keempat adalah waktu tatap muka
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5. Komponen kelima adalah pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik
meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat‑
alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe
kepemimpinan widyaiswara, sikap widyaiswara, suara widyaiswara, pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar.
Beberapa Metode Diklat
Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam kegiatan diklat, yakni :
- Ceramah/Kuliah/Tutorial yaitu salah satu cara penyampai—an materi pembelajaran dengan menuturkan secara lisan. Pada metode ini biasanya hanya terdapat komunikasi satu arah (one way communication), Metode ini sebaiknya dikombinasikan dengan metode tanya jawab agar teerjadi komunikasi timbal balik. Metode ini sangat efektif diterapkan pada kondisi pembelajaran dimana jumlah pesertanya banyak, sernentara waktu yang tersedia sedikit, serta bertujuan untuk menyampaikan informasi-—informasi dan fasilitator memiliki kemampuan presentasi yang baik.
- Tanya jawab yaitu penyampaian dan pengembangan materi pem—belajaran dengan rnengajukan pertanyaan, atau pertanyaan tersebut disampaikan oleh peserta diklat. Metode tanya jawab ini bertujuan mengembangkan pengetahuan dan sikap serta melatih peserta berkomunikasi lisan dan mengukur tingkat pemahaman mereka terhadap materi yang telah disampaikan.
- Diskusi Kelompok (Discussion) yaitu pertukar—an pendapat (cooperative thinking) atau penyatuan pemikiran (pooling of ideas) dua orang atau lebih dalam rangka memecahkan suatu permasalahan. Metode ini cocok diterapkan dalam kondisi pembelajaran dengan peserta berjumlah sedikit. Metode ini dapat dijadikan sebagai media berinteraksi dalam memecahkan suatu permasalahan dan mengembangkan kepercayaan diri.
- Latihan (Exercise) yaitu Cara meningkatkan ketrampilan dengan memberikan latihan-latihan dan praktek. Hal-hal yang perlu dilatih tidak saja ketrampilan, gerakan, tetapi juga kemampuan verbal olah vocal serta kemampuan berfikir. Untuk melatih kemampuan verbal misalnva bisa dilakukan dengan micro teaching, presentasy, diskusi, dll.
- Studi kasus (Case Study) yaitu suatu cara memperdalam pengetahuan dan kemampuan berfikir dalam menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan nyata/kasus. Metode ini sangat efektif diguna—kan untuk mengembangkan kepekaan dan kreatifitas peserta dalam memecahkan suatu permasalahan/kasus. Metode ini sering pula disebut dengan metode Problem Solving.
- Curah pendapat (Brainstorming) yaitu suatu cara menggali terhadap suatu permasa—lahan. Metode ini sangat penting tidak saja untuk mmgembangkan kreatifitas peserta diklat, tetapi yang lebih penting lagi adalah untuk mengetahui apakah sebenarnya yang dipikirkan dan dikehendaki oleh peserta diklat.
- Seminar (Seminar) yaitu rnetode pembelajaran dengan membahas permasalahan secara bersama-sama dan mengambil kesimpulan dan pemecahan terhadap permasalahan tersebut. Seminar biasanya dilengkapi dengan penyajian suatu makalah kemudian membahasnya secara bersama-sama.
- Penugasan (Resitation) yaitu cara memperdalam materi dengan memberikan tugas tertentu kepada perseta diklat, baik individu ataupun kelompok, metode ini sangat efektif diterapkan untuk
mengembangkan rasa tanggung jawab dan kreatifitas peserta diklat serta memahami tugas-tugas yang harus dikerjakan.
- Simulasi (Simulation) yaitu cara memperdalam materi dengan melakukan per-mainan tertentu yang berkaitan dengan materi yang, disampaikan. Metode ini biasanya dilakukan sebagai variasi metode ceramah, disamping untuk mengembangkan ketrampilan-keterampilan khusus yang dikehendaki
- Bermain Peran (Role Playing) yakni suatu cara penyajian dengan menirukan/ memerankan tokoh atau peran tertentu. Metode ini sangat efektif diterapkan untuk menggambarkan karakteristik suatu tokoh tertentu agar peserta diklat lebih menjiwai karakteristik dari tokoh tertentu.
- Demonstrasi (Demonstration) yaitu suatu cara penyampaian materi dengan memperagakan suatu proses atau kegiatan. Metode ini sangat efektif diterapkan untuk menunjukkan proses suatu kegiatan. Metode ini bisanya digabungkan dengan metodeh ceramah dan tanya jawab.
- Praktek kerja lapangan (PKL) atau sekarang lebih dikenal dengan istilah Observasi Lapangan (OL) yaitu cara pembelajaran dengan mengunjungi secara langsung obyek kegiatan dengan tujuan untuk membandingkan ilmu yang telah diperoleh dengan kenyataan di lapangan untuk diambil manfaatnya disamping untuk menghilangkan kejenuhan di kelas.
- Tugas Baca (Reading) yaitu cara penyampaian dan pendalaman materi pembelajaran dengan memberikan tugas rnembaca literatur tertentu. Metode ini sangat efektif untuk melatih cara membaca cepat dalam waktu singkat dan memperoleh pemahaman yang banyak.
- Metode Proyek (Project) yaitu penyajian materi pembelajaran dimana peserta diharapkan kepada suatu proyek, tertentu. Metode ini sangat efektif untuk mengem¬bangkan kerja sama dan tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu proyek atau pekerjaan.
Pertimbangan Pemilihan Metode Diklat
Beberapa Aspek yang Menentukan Penerapan Metode Diklat yang Efektif
- Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai sangat dominan menjadi pertimbangan yang ingin diterapkan apakah hanya menyangkut ranah kognitif, atau juga menyangkut ranah-ranah yang lain, berapa kira-kira persentase yang ingin diterapkan masing-masing ranah tersebut.
- Peserta Diklat
Karakteristik peserta diklat juga menjadi pertimbangan utama dalam penerapan metode diklat, seperti tingkat intlektual dan latar belakang pendidikan peserta, umur dan pengalaman kerja, lingkungan sosial dan budaya serta jumlah peserta yang mengikuti diklat.
Kemampuan yang dimiliki fasili¬tator juga menjadi pertimbangan, karena betapapun suatu metode ingin diterapkan tetapi apabila fasilitator misalnya tidak memahami tentang motode tersebut, maka hal ini tentu tidak bisa dipaksakan.
- Bahan dan Alat
Bahan dan alat serta fasilitas yang tersedia tentu juga menjadi pertimbangan
- Situasi
Situasi dan kondisi pada saat proses pembelajaran sangat menentukan apakah metode yang digunakan danat berlangsung secara kondusif.
- Alokasi waktu yang tersedia
Alokasi waktu yang tersedia juga menjadi pertimbangan metode apa yang memungkinkan diterapkan.
Indikator Keberhasilan Penerapan Metode Diklat
Ada beberapa hal yang menjadi indikator keberhasilan penerapan metode diklat yakni :
- Peserta aktif dalam proses pembelajaran, seperti bertanya, penuh perhatian, memberi masukan, kreatif dalam menyelesaikan masalah, dan sebagainya.
- Memiliki motivasi yang tinggi sebagai contoh mereka dapat rne¬nyelesaikan tugas-tugas kelompok dengan baik, tidak asal jadi.
- Perubahan sikap dan perilaku yang positif, sebagai contoh pada pembelajaran teknik presentasi, jika semula peserta tampil grogi, tidak sisternatis menjadi tampil tenang, simpatik dan sistematis.
- Daya serap meningkat, hal ini dapat diukur dengan pre test dan post test.
- Kreatifitas peserta yang tinggi.
- Pengembangan potensi yang dimiliki dalam aktualitas diri. Kondisi Penerapan Metode Diklat dan Permasalahannya
Dalam penerapan berbagai metode pembelajaran dalam kegiatan diklat, fakta di lapangan menunjukkan beberapa kondisi yakni :
Pertama, banyak fasilitator yang belum memahami arti pentingnya penerapan metode yang efektif, apalagi pengembangan metode yang ada dalam proses pembelajaran, mereka menganggap bahwa proses keilmuan dari pengajar kepada peserta diklat yang menitikberatkan pada ranah kognitif, sehingga mereka cenderung hanya menerapkan metode ceramah di kelas (pendekatan klasikal) belajar seolah-olah harus di ruangan, padahal sebenarnya masih banyak metode pembelajaran yang
diterapkan. Di samping itu ranah kognitif pada pembelajaran orang dewasa (andragogy) sebenarnya ada aspek yang tidak kalah pentingnya untuk digarap yakni keterampilan/skill (ranah psikomotor) dan pembentukan sikap dan prilaku (ranah efektif). Mereka yang kurang variatif sehingga monoton dan membosankan, bahkan diantara mereka masih ada yang belum bisa membedakan antara paedagogi (pendidikan untuk anak) dan andragogi (pendidikan untuk orang dewasa) sehingga aplikasinya mereka tidak direspon dengan baik oleh peserta diklat.
Kedua, karena beberapa pertimbangan tertentu banyak fasilitator di beberapa diklat yang diambil dari pejabat structural. Satu sisi hal ini merupakan keuntungan, tetapi sisi lain ada beberapa kelemahan dan kelebihan. Diantara beberapa kelebihan fasilitator diambil dari pejabat struktural diantaranya adalah mereka lebih memahami permasalahan di lapangan, meskipun mungkin secara teoritis kurang menguasai. Adapun diantara kelemahannya adalah karena jabatan mereka sering kali tidak bisa optimal dalam memberikan materi pelajaran. mereka seringkali tidak bisa memenuhi target waktu yang telah ditetapkan dan dalam hal metode cenderung model briefing.
Ketiga, masih banyak fasilitator yang belum mengoptimalkan penggunaan media dan teknologi informatika, bahkan ada yang belum memahaminya, padahal penggunaan media ini sangat diperlukan untuk lebih memperjelas materi dan memberikan variasi-variasi dalam proses pembelajaran andragogi.
Beberapa Alternatif Solusi dalam Penerapan Metode Diklat
Ada beberapa langkah yang dapat kita ambil untuk mengatasi hal ini yakni:
- Secara urnum setiap fasilitator perlu mengetahui bahwa ada perbedaan yang esensiil antara pembelajaran kepada peserta didik/anak-¬anak (paedagogy) dan pembelajaran kepada orang dewasa (andragogy).
- Fasilitator juga perlu memahami bagaimana sebenarnya proses pernbelajaran orang dewasa serta metode-metode yang dapat diterapkan.
- Secara khusus perlu juga diadakan Pelatihan Pengembangan Metode Diklat untuk memberikan wawasan tentang metodologi diklat dan andragogi.
- Scbelum memberikan materi pembelajaran kiranya fasilitator perlu membekali dirinya dengan Silabus dan SAP
- Fasililitotor seharusnya berupaya untuk merubah karakter dirinya dengan sikap demokratis. Tanpa didasari sikap ini sulit bagi fasilitator untuk menerapkan pendekatan andragogi, karena pendekatan andragogi berorientasi pada pengembangan potensi peserta diklat dengan sikap demokratis untuk menumbuhkan motivasi peserti.
Pada dasarnya metode apapun yang akan diterapkan dalam kegiatan diklat, yang terpenting adalah harus berorientasi pada kompetensi dasar yang ingin dicapai (aspek kognitif, afektif, psikomotorik), dan penerapan metode itu hendaknya dilakukan secara konsisten oleh para fasilitator/widyaiswara.
Referensi
Ahmaddiputra, dkk. 1986. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Karunika. Arif, Zainuddin. 1994. Andragogi. Bandung: Angkasa.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Drost, S.J. 1998. Sekolah Mengajar atau Mendidik (terjemahan), Kanisius: Yogyakarta.
——————– . 2005, Dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah), Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Durkheim, Emile. 1990, Pendidikan Moral (Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan), Jakarta: Erlangga.
Gie, The Liang. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty. Jadman, Darmanto. 1986. Sekitar Masalah Kebudayaan, Bandung: Alumni.
Kartono, Kartini. 1997. Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendikan Nasional: Beberapa Kritik Dan Sugesti. Jakarta: Pradriya Paramtra.
————– . 1992. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis: Apakah Pendidikan Masih Diperlukun?.
Bandung: Mandar Maju.
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 339 Tahun 2000 tentang Petunjuk Penyusunan Kurikulum Diklat Teknis dan Fungsional di Lingkungan Departemen Agama.
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Agama.
Knowles, Malcolm S. 1970. The Modern Practice of Adult Education, Andragogy Versus Pedagogy. New York: Assosiation Press.
Lunandi, A.G. 1993. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Piaget, J. 1 959. The Growth of Logical Thinking Childhood toAadolescence. New York: Basic Books. Sahide, Amalius. 1990. Pendidikan Orang Dewasa. Ujung Pandang: FIP IKIP.
Sugema, B. Dan Setyabudi H. 2002. Psikologi Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI.
Tamat, Tisnowati. 1984. Dari Pedagogik ke Andragogik, Jakarta: Pustaka Dian.
**.. Surabaya, 25 Maret 2011 ..**