Pendidikan dan Pelatihan Guru untuk Pengembangan Profesi
Studi Kasus: SMK Negeri 4 Pandeglang
Oleh: Dwi Sampurno
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah modal dasar untuk menciptakan SDM yang unggul. Dunia pendidikan yang utama adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga alternatif pelayanan pendidikan. Sekolah sebagai suatu lembaga tentunya memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi. Untuk mengemban misi, mewujudkan visi, mencapai tujuan, dan menjalankan fungsinya sekolah memerlukan tenaga profesional, tata kerja organisasi dan sumber-sumber yang mendukung baik finansial maupun non finansial.
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain serta berkontribusi pada pencapaian tujuan. Komponen-komponen tersebut adalah siswa, kurikulum, bahan ajar, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan lainnya, lingkungan, sarana, fasilitas, proses pembelajaran dan hasil atau output. Semua komponen tersebut harus berkembang sesuai tuntutan zaman dan perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Untuk berkembang tentunya harus ada proses perubahan. Pengembangan ini hendaknya bertolak dari hal-hal yang menyebabkan organisasi tersebut tidak dapat berfungsi dengan sebaik yang diharapkan.
Pendidik (guru) dalam proses belajar-mengajar memiliki peran kunci dalam menentukan kualitas pembelajaran. Guru diharapkan dapat menunjukkan kepada siswa tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affektif) dan keterampilan (psikomotor). Dengan kata lain tugas dan peran pendidik yang utama adalah terletak aspek pembelajaran. Pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu secara singkat dapat dikatakan bahwa, kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidiknya.
Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Dalam konteks sistem pendidikan nasional tersebut, seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Agar bisa mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut seorang pendidik dianggap mampu menjadi pendidik apabila memiliki kemampuan, yang menurut UU Sisdiknas telah dijelaskan bahwa pendidik (guru) agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan profesional, dituntut memiliki empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. (UU Sisdiknas, 2003: & PP.19:2005).
Dalam hal ini guru memiliki peran yang kompleks dan dinamis, maka pekerjaan itu hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang memang secara tulus, sadar dan sungguh-sungguh memilih pekerjaan guru dengan segala konsekuensinya. Upaya dalam mengantisipasi peranan guru yang semakin luas tersebut, guru harus memiliki kompetensi mengajar dan memiliki kreativitas dalam menciptakan iklim pembelajaran lebih efektif dan kondusif. Oleh karena itu guru sebagai tenaga pendidik harus memiliki kemampuan profesional seperti yang dinyatakan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3), yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengembangan diri yang baik; kemauan dan kemampuan untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran; serta kemauan dan kemampuan lain yang terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Dalam konteks pengajaran di sekolah, upaya meningkatkan mutu pengajaran tidak bisa di lepaskan dari berbagai faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mangajar di kelas. Secara mikro peningkatan mutu sangat berkaitan dengan perilaku professional yang dilakukan guru dalam proses pengajaran. Hal ini merupakan refleksi komitmen guru untuk mengendalikan inplementasi nilai, sikap, dan perilaku profesionalnya. Berdasarkan program pendidikan dan latihan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan professional guru dalam memperbaiki proses pengajaran di sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai pendidikan dan pelatihan guru untuk pengembangan profesi. Studi kasus di SMK Negeri 4 Pandeglang.
Identifikasi Masalah)
- Guru-guru di SMKN 4 Pandeglang diberikan pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan kompetensi sebagai pengajar, pembimbing dan pendidik tetapi tidak di ikuti dengan Follow Up yang dapat membantu mereka di dalam menerapkan hasil pelatihan yang telah dilaksanakan.
- Efektifitas pendidikan dan pelatihan yang selama ini dilakanakan menjadi tidak terukur karena tidak ada jaminan mutu, bahwa hasil pelatihan benar-benar dapat di implementasikan.
- Pendidikan dan Pelatihan akhirnya di pandang sebagai kegiatan formalitas semata, karena tidak memberikan pangaruh yang signifikan tehadap kinerja guru.
- Bagaimanapun kegiatan pelatihan merupakan beban anggaran tersendiri yang harus dipikul oleh sekolah. Pelatihan dimaksudkan untuk kepentingan efektifvitas dan efisiensi, malah terbalik menjadi kegiatan yang hanya pemborosan saja.
- Pelatihan guru yang selama ini dilakukan seringkali diikuti oleh peserta dalam jumlah besar sehingga tidak ada peluang untuk melakukan diskusi mendalam, pemecahan masalah, simulasi dan praktek.
- Bahan pelatihan seringkali terlalu padat dalam rentang waktu yang relative singkat. Pelatihan seringkali dimulai pagi hari sampai larut malam, sehingga kesempatan untuk mengkaji ulang bahan tidak tersedia.
- Seringkali pelatih kurang memiliki pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. Mereka dijadikan pelatih hanya mempertimbangkan senioritas dan factor jabatan, bukan dari sudut pandang kapabilitasnya.
- Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan hasil pelatihan seringkali tidak tersedia dan guru-guru kurang mendapat bantuan professional pada saat melaksanakan hasil-hasil pelatihan.
Masalah Utama
Adanya fenomena yang terjadi di SMK Negeri 4 Pandeglang selama ini, bahwa guru diberikan pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan kompetensi tetapi tidak di ikuti dengan follow up yang dapat membantu mereka didalam menerapkan hasil pelatihan yang selama ini di laksanakan, sehingga efektifitas pendidikan dan pelatihan yang selama ini dilaksanakan menjandi tidak terukur karena tidak ada jaminan mutu bahwa hasil pelatihan benar-benar dapat diimpelementasikan, dan akhirnya diklat hanya dianggap sebagai formalitas saja.
Kerangka Teoritis
Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pelatihan (training) merupakan bagian dari proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu organisasi biasanya disatukan menjadi diklat.
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu usaha pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan (Hasibuan, 2002). Program pengembangan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan berpedoman kepada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini dan masa yang akan datang. Pengembangan karyawan dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan yang sejenis.
Training menurut Hardjana (2001) mempunyai tujuan dalam membantu pegawai:
- Mempelajari dan mendapatkan kecakapan-kecakapan baru.
- Mempertahankan dan meningkatkan kecakapan-kecakapan yang sudah dikuasai.
- Mendorong pegawai agar mau belajar dan berkembang.
- Mempraktekkan ditempat kerja hal-hal yang sudah dipelajari dan diperoleh dalam training.
- Mengembangkan pribadi pegawai.
- Mengembangkan efektifitas lembaga.
- Memberi motivasi kepada pegawai untuk terus belajar dan berkembang.
Manfaat diklat terbagi atas dua segi yaitu dari segi individu dan organisasi (Atmodiwiro, 2002).
- Dari segi individu:
- Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan organisasi baik internal maupun eksternal.
- Menambah wawasan tentang perkembangan lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan organisasi.
- Menambah pengetahuan di bidang tugasnya.
- Menambah keterampilan untuk meningkatkan pelaksanaan tugasnya.
- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara sesama pegawai.
- Meningkatkan kemampuan menangani emosi.
- Meningkatkan pengalaman pemimpin.
- Bagi organisasi:
- Menyiapkan pegawai untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dari jabatan sekarang.
- Penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.
- Merupakan landasan untuk pengembangan selanjutnya.
- Meningkatkan kemampuan berproduksi.
- Meningkatkan kemampuan organisasi untuk menciptakan kolaborasi dan jejaring kerja.
Manfaat pelatihan menurut Simamora (1995) adalah:
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas.
- Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima.
- Menciptakan sikap, loyalitas dan kerja sama yang lebih menguntungkan.
- Memenuhi persyaratan-persyaratan perencanaan sumber daya manusia.
- Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja.
- Membantu pegawai dalam peningkatan dan pengembangan pribadinya.
Menurut Arep dan Tanjung (2002), analisis kebutuhan pelatihan (AKP) dilakukan sebelum suatu pelatihan diselenggarakan bagi para pegawai. AKP ini dilakukan agar jangan sampai terjadi bahwa pegawai yang mengikuti pelatihan ternyata tidak butuh terhadap pelatihan tersebut. Seorang pegawai yang tidak butuh terhadap suatu pelatihan, maka tidak akan termotivasi mengikuti pelatihan, apalagi karena paksaan. Hal ini akan mengakibatkan pelatihan menjadi suatu kegiatan yang sia-sia, baik bagi pegawai tersebut maupun bagi penyelenggara karena sasaran tidak tercapai.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru melalui pendidikan dan latihan, maka diperlukan berbagai hal dalam mendisain (merancang bangun) program pendidikan dan latihan agar dapat menjadi pedoman atau acuan dalam pelaksanaan diklat dan dapat menyiapkan bahan-bahan, metode dan pendekatan serta tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaanya berdasarkan aspek-aspek dan unsure yang menjadi fokus diklat.
Sementara itu, Sondang Siagian (1997:185-203) memaparkan tujuh langkah dalam kegiatan pelatihan, yaitu : (1) Penentuan kebutuhan; (2) Penentuan sasaran; Penetapan Program; (3) Identifikasi isi program; (4) Identifikasi prinsip-prinsip belajar; (5) Pelaksanaan program; (6) Identifikasi manfaat; dan (7) Penilaian pelaksanaan program.
Pembahasan
Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan suatu kegiatan yang didisain untuk membantu peningkatan kinerja pegawai memperoleh pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan sikap, perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik yang sekarang menjadi tanggung jawabnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan berfokus pada peningkatan, perbaikan dan penyempurnaan pengerahuan, keterampilan dan sikap serta perilaku seorang pegawai dalam hal ini adalah guru sebegai tenaga pendidik dalam meningkatkan kompetensi profesional sebagai seorang guru.
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru melalui pendidikan dan latihan, maka diperlukan berbagai hal dalam mendisain (merancang bangun) program pendidikan dan latihan agar dapat menjadi pedoman atau acuan dalam pelaksanaan diklat dan dapat menyiapkan bahan-bahan, metode dan pendekatan serta tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaanya berdasarkan aspek-aspek dan unsure yang menjadi fokus diklat.
Pendekatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan suatu pendidikan dan latihan adalah pendekatan system dengan asumsi bahwa diklat memerlukan analisis yang menyeluruh (holistik) terhadap semua subsistem diklat sehingga mendapatkan analisis yang obyektif.
Diklat yang dilakukan terhadap peningkatan profesionalisme guru sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan dan sistematis agar pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional guru dapat di ukur keberhasilannya dan dianalisis hambatan-hambatan yang mungkin terjadi dalam implementasi hasil diklat. Ini merupakan solusi dari fenomena yang terjadi selama ini bahwa diklat tidak dapat di ukur keberhasilannya dan merupakan formalitas saja.
Salah satu kegiatan utama penyelenggaraan diklat adalah mendesain program diklat. Untuk merancang bangun suatu program diklat kita harus memiliki wawasan berupa pengetahuan dan keterampilan tentang kediklatan, hal ini berkaitan denga tugas dan tanggung jawab sebagai penyelenggara diklat. Agar diklat dapat berhasil dalam arti, bahwa program diklat sesuai dengan kebutuhan diklat di satu pihak dan di lain pihak unit kerja tempat asal peserta diklat meningkatkan kinerjanya, karena kinerja peserta meningkat. Oleh karena itu mendesain diklat merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk menyiapkan pelaksanaa diklat yang sangat penting. Disamping mempunyai tujuan menghasilkan program diklat yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan peserta dan juga organisasi juga dapat menetapkan strategi diklat. Hal pertama yang diketahui oleh desainer pembelajaran diklat adalah menggali model-model pembelajaran yang ada. Kegiatan ini sangat bemanfaat dalam menghasilkan program yang berkualitas dan realistis. Manfaat penggunaan model adalah:
- Menjelaskan hubungan aspek perilaku manusia yang diharapkan dan intreraksinya.
- Mengintegrasikan apa yang kita ketahui melalui riset dan organisasi.
- Menyederhanakan proses kemanusiaan yang kompleks.
- Petunjuk observasi.
Adapun beberapa tahapan dalam penyelenggaraan pendidikan dan latihan guna menghasilkan program diklat yang bermutu yaitu diawali dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi diklat.
Perencanaan diklat
Desain diklat merupakan proses perencanan yang menggambarkan urutan kegiatan yang sistematis mengenai suatu program, atau urutan kegiatan komponen diklat yang merupakan suatu kesatuan bulat dari program tersebut. Subagio Atmodiwiryo (2002 : 56) membagi tiga unsur penting dalam setiap desain diklat yang perlu di perhatikan dalam upaya peningkatan kegiatan diklat bagi setiap individu yaitu:
- Maksud (apa yang ingin dicapai)
- Metode (bagaimana mencapai tujuan)
- Format (dalam keadaan bagaimana penentuan desain yang anda inginkan.
Dari ketiga hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan yang mendasar dalam mendesain sebuah diklat yaitu:
- Apakah desain itu dapat mencapai tujuan/maksud kegiatan.
- Ide apa yang disajikan dan apa yang diharapkan dari peserta diklat?
- Tingkat pengetahuan dan keterampilan apa yang dipersyaratkan bagi peserta diklat?
- Kompetensi apa yang diharapkan dari peserta Diklat?
- Bagaimanakah kurikulum Diklat?
- Materi apa yang dibutuhkan untuk menunjang kompetensi yang diharapkan?
- Siapa yang menyampaikan Materi dalam program diklat?
- Berapa waktu yang diperlukan?
- Berapa besar biaya yang diperlukan?
- Apakah desain itu sesuai dengan peserta diklat?
- Pengaturan pelaksanaan diklat.
- Bagaimana pengelolaan unit program Diklat?
- Bentuk evaluasi yang digunakan.
Untuk dapat merealisasikan beberapa pertanyaan diatas maka langkah awal yang dilakukan dalam merancang suatu pelatihan adalah : melakukan analisis kebutuhan pendidikan dan latihan sebelum menyusun rencana penyelenggaraan diklat.
Analisis Kebutuhan Diklat
Analisis kebutuhan adalah suatu investigasi sistematik mengenai deskripsi pekerjaan untuk menggambarkan kesenjangan, menetapkan mengapa hal tersebut terjadi dan memutuskan apakah diklat merupakan solusi potensial. Atau dengan kata lain analisis kebutuhan diklat merupakan penentuan perbedaan antara kondisi real (what is) dengan kondisi yang diharapkan (What should be) pada kinerja seseorang dalam suatu lembaga atau organisasi. Dengan kata lain bahwa analisis ini dapat dilakukan jika terjadi de-efesiensi pada pengetahuan, keterampilan dan sikap. Untuk kebutuhan analisi diklat dalam meningkatkan profesionalisme guru dibutuhkan beberapa informasi berupa:
- Deskripsi pekerjaan yang akurat tentang kompetensi guru
- Definisi tentang persyaratan kinerja dalam arti pengetahuan, keterampilan dan sikap yang di miliki oleh guru.
- Kinerja pekerjaan sekarang yang di lakukan oleh guru.
Tujuan analisis kebutuhan diklat
Analisis kebutuhan diklat merupakan tongkak dari suatu pelatihan, karena hal ini merupakan persiapan informasi dengan justifikasi yang cocok baik untuk pengembangan pembelajaran ataupun tidak. Analisis kebutuhan diklat dilakasanakan dengan tujuan sebagai berikut:
- Menggambarkan sifat yang sebenarnya (eksat) dari suatu deskripansi pelaksanaan pekerjaan.
- Menentukan sebab-sebab deskripansi pelaksanaan pekerjaan
- Merekomendasikan solusi yang cocok
- Menggambarkan populasi calon peserta diklat
Tujaun utama kita dalam melaksanakan analisis kebutuhan diklat adalah menentukan sifat masalah yang sebenanrnya, sebeb-sebabnya dan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Proses analisis kebutuhan diklat
Pelaksanaan analisis kebutuhan diklat dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Mengidentifikasi dan menggambarkan kesenjangan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
- Menentukan sebab-sebab kesenjangan pembelajaran.
- Mengidentifikasi kesenjangan pelaksanaan pembelajaran tersebut yang didasarkan kepada kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh guru.
- Menentukan apakah diklat merupakan solusi yang paling tepat bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
- Rekomendasi solusi terhadap kesenjangan yang terjadi.
- Menggambarkan tentang peran atau pelaksanaan tugas.
Fokus analisi kebutuhan diklat
Analisis kebutuhan diklat harus berfokus pada semua lingkungan kerja dan tidak hanya pada pekerjaan atau fungsi yang khusus yang khusus berkaitan dengan kesenjangan pelaksanaan pekerjaan/tugas guru dalam pembelajaran atau dengan kata lain bahwa kita tidak berasumsi bahwa diklat adalah intervensi yang tepat dalam menanggulangi kesenjangan dalam kinerja guru. Fokus analisis kebutuhan diklat guru diarahkan pada kompetensi guru yaitu Analisis Kinerja guru yang meliputi: program semester, analisis silabus pembelajaran, analisis scenario pembelajaran dan analisis kemampuan dan kompetensi guru melalui tes kompetensi dan computer. Hal ini terkait dengan tiga rana pendidikan yaitu: pengetahuan keterampilan dan sikap.
Selain itu juga focus analisis kebutuhan juga dilakukan pada lingkup pekerjaan meliputi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru seperti: Lingkungan fisik, Sistem balikan, Faktor motivasi/insentif, Desain pekerjaan/ organisasi , Tingkat keterampilan dan pengetahaun diantara para pelaksanaan/pegawai atau guru. Setiap faktor ini dapat menciptakan atau menyumbangkan kesenjangan pelaksanaan kerja. Dari semua faktor yang ada hanya faktor kelima yang paling berkaitan dengan analisis kebutuhan diklat.
Tahap pertama yang dilakukan dalam analisis kebutuhan diklat adalah menentukan secara tepat, apakah kesenjangan itu? Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan investigasi pada dua sumber data yaitu:
- Sumber daya yang menyediakan adanya bukti sifat kesenjangan. Dalam menguji sifat acktual dari permasalahan, kita harus yakin kebenaran informasi tersebut dan ini dapat diperoleh dari sumber data yang meliputi: Output pekerjaan yang nyata yaitu hasil pembelajaran, Keluhan pelanggan (siswa, masyarakat, dan orang tua siswa), catatan tentang pegawai baru, Catatan kehadiran guru, Catatan keselamatan kerja, Catatan kuantitatif dan deskriptif lainnya tentang pelaksanaan kinerja guru.
- Subjek sumber data yang memberikan pengertian, termasuk wawancara, kuesioner, dan critical insiden : supervisor, Atasan guru tentang ketrampilan dan kompetensi, Orang yang mengusulkan diklat, Pemakai output keterampilan, pejabat penentu metode kerja, Ahli bidang studi, Pejabat penentu metode kerja, pengukuran dan penentu hasil kerja, Desainer pekerjaan jabatan.
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam analisis kebutuhan diklat seperti: Interviu pribadi, Survei melalui telepon, survei melalui barang cetak, Riviu dokumen, riviu secara langsung output kerja dan riviu langsung pelaksanaan pekerjaan.
Pelaksanaan Diklat
Sebuah Disain model pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pengembangan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan model yang telah diterapkan pada sekolah unggulan seperti Manajemen Sekolah Efektif (MSE) untuk kepala sekolah dan Model Pembelajaran Efektif (MPE) untuk guru. Disain Diklat ini dibuat dengan tiga (3) tahap kegiatan yaitu :
Workshop
Dilakukan dalam bentuk pelatihan para peserta untuk memperkenalkan, mengakrabkan, dan melahirkan konsep yang akan di latihan kepada para peserta:
- Paradigma baru model pembelajaran
- Karakteristik dan komponen model pembelajaran
- Materi kerja kelompok dalam bentuk non-self content module
- Materi kerja kelompok untuk merancang model pembelajaran
Pendampingan Implementasi
Tahap ini dilaksanakan setelah kegiatan workshop untuk melihat inplementasi model pembelajaran di sekolah. Pendampingan ini dilakukan oleh tim penyelenggara pendampingan untuk membantu sekolah/guru menginplementasikan indicator-idikator model pelatihan yang diperkenalkan dalam workshop dengan mempersiapkan beberapa hal seperti :
- Rencana aksi inplementasi model pembelajaran yang dihasilkan masing-masing sekolah/guru pada tahap workshop.
- Pendamping mengunjungi sekolah /guru untuk berdiskusi dan berkonsultasi mengenai keterlaksanaan program
- Pendamping dibekali dengan panduan model pembelajaran dan instrument monitoring pelaksanaan program
Penilaian dan refleksi
Dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan komponen dan indicator model pendidikan dan pelatihan setelah pendampingan dilaksanakan dalam waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
- Terdiri atas kumpulan rekaman atau catatan masing-masing sekolah/guru dan tim pendamping mengenai hasil inplementasi dilapangan dalam bentuk laporan akhir untuk masing-masing sekolah/guru. (good Practice)
- Penilaian mencakup analisis hambatan-hambatan dalam menerapkan model program pendidikan dan pelatihan.
Evaluasi Diklat
Untuk mengetahui tanggapan peserta terhadap rangkaian kegiatan workshop-pendampingan-refleksi, evaluasi dilakukan dengan tiga tahap kegiatan itu :
- Tahap Pra Diklat; untuk mengetahui reaksi peserta tentang materi yang akan diajarkan, mengetahui tingkat peserta diklat dan kemampuan teknis dari materi yang akan diberikan dan sebagai informasi awal bagi widyaswara.
- Tahap selama diklat; untuk mengetahui reaksi peserta terhadap bagian/ keseluruhan program diklat dan mengambil tindakan-tindakan tertentu yang diperlukan baok selama berlangsungnya diklat maupun sesudah dalam upaya meningkatkan program yang akan dating.
- Tahap sesudah diklat; untuk mengetahui aplikasi hasil-hasil diklat oleh peserta dalam unit kerja dan masalah-masalah yang timbul dalam melaksanakan tugasya, mengetahui komitmen program diklat dengan kebutuhan unit kerjanya, dan mengetahui komitmen pimpinan terhadap kesempatan kerja bagi peserta untuk mempraktekkan hasilnya.
Evaluasi diklat dilaksanakan untuk mengetahui pencapaian tujuan dan untuk mengetahui pengaruh diklat terhadap efisiensi dan efektifitas kinerja peserta diklat. Dan manfaat evaluasi diklat adalah untuk memperoleh informasi tentang kualitas dan kuantitas pelaksanaan program diklat, mengetahui relevensi program penyelenggaraan diklat dengan kebutuhan instansi yang bersangkutan dan membuka kemungkinan yang memperbaiki dan menyesuaikan program diklat dengan perubahan.
Sasaran evaluasi diklat adalah mencakup: Peserta, program pengguna personil organisasi penyelenggaraan, sarana dan prasarana, biaya, partisipasi pelanggan dan masyarakat. Untuk lebih menjelaskan aspek-aspek yang akan dievaluasi pada setiap sasaran diklat akan dibahas berikut ini.
Peserta diklat
- Aspek akademik : Pemahaman materi, Komunikasi lisan, analisa teori dan komunikasi tertulis.
- Aspek sikap dan perilaku: Disiplin, Kerjasama, Kepemimpinan dan Prakarsa
Widyaiswara
Aspek penguasaan materi, sistimatika penyajian, kemampuan menyajikan materi, ketetapan waktu, penggunaan metode, sikap dan perilaku, cara menjawab pertanyaan, penggunaan bahasa, pembagian motivasi belajar, pencapaian tujuan pembelajaran, daya simpatik, cara berpakaian, dan kerja sama anatara widyasiwara.
Penyelenggaraan
- Aspek Program meliputi: Tujuan diklat, relevensi program diklat, relevensi program diklat dan tugas, manfaat materi diklat bagi pelaksanaan tugas, manfaat diklat bagi peserta dan organisasi, mekanisme pelaksanaan diklat, dan hubungan peserta dengan pelaksanaan diklat.
- Aspek pelayanan meliputi: pelayanan panitia, pelayanan akomodasi, pelayanan konsumsi dan pelayanan kesehatan
Alternatif Solusi
Selama ini penyelenggaraan diklat dilakukan di SMK Negeri 4 Pandeglang tidak berkesinambungan dan penyelenggaraannya hanya ditempat pelatihan saja, dan tidak disertai dengan tindak lanjut bagaimana penerapan kemampuan yang telah diperoleh dalam upaya pemanfaatan kemampuan itu benar-benar dikuasi secara profesional.
Tim pengembangan sekolah memantau hasil atau tingkat keberhasilan kegiatan program pelatihan yang dilakukan setelah workshop (pasca pelatihan) membuat lembar monitoring yang berisi komponen dan indicator dari model yang didesain dalam pelatihan dan diberikan kepada tim pendamping untuk menilai kinerja sekolah/guru pasca inplementasi model program diklat. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi berdasarkan pengamatan pendamping terhadap kegiatan dan tindakan peserta diklat, apakah mereka dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dalam pelatihan berdasarkan komponen dan indicator model program diklat yang dikembangkan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendampingan pasca pelatihan adalah sebagai berikut:
Perencanaan pasca diklat
Rencana pasca diklat yang dilakukan dalam dua rancangan pendampingan yaitu: (1) Rancangan pasca pendampingan pasca pelatihan menguraikan unsur-unsur rancangan materi pendampingan, menetapkan para pendamping langsung dan tidak langsung (koordinator), dan menetapkan langkah-langkah pendampingan seperti persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. (2) Rencana kerja perorangan dengan mempertimbangkan daya, dana dan sasaran
Pelaksanaan pasca diklat
Pelaksanaan pasca pelantikan dilaksanakan secara langsung dalam bentuk pendekatan fungsional dan pendekatan melekat yang dilakukan oleh atasan langsung.
Tugas yang dilakukan oleh pendamping dalam pasca pelatihan adalah melakukan pencatatan dan analisis terhadap inplementasi model program pelatihan dalam bentuk good practice yang ditetapkan dalam pelatihan. Selanjutnya pendampig membuat laporan hasil pendampingan pasca diklat untuk dibahas kembali dalam forum sebagai refleksi dari hasil pendampingan.
Refleksi pasca diklat
Dilaksanakan untuk mengetahui hasil pendampingan atau keterlaksanaan komponen dan indikator program pelatihan yang dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan kembali semua peserta pelatihan (workshop) untuk berbagai pengalaman dari apa yang telah mereka lakukan disekolah masing-masing apakah itu good practice atau bad practice dan solusi yang terbaik dari inplementasi model program yang dilatihkan.
Main Solution (Solusi Utama)
Peningkatan profesionalisme guru di SMK Negeri 4 Pandeglang melalui pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu solusi dari beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi guru kearah peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan dan latihan merupakan solusi dalam meningkatkan profesionalisme guru di SMK Negeri 4 Pandeglang. Untuk itu seharusnya diklat didesain atau dirancang berdasarkan kebutuhan relevansi program diklat dengan kinerja yang diharapkan, agar dapat meningkatkan profesionalisme guru. Untuk mendesain suatu program diklat yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan diperlukan beberapa hal dalam mendesain diklat, ada beberapa tahapan yang menjadi acuan kita dalam mendesain diklat yaitu:
- Melakukan analisis kebutuahan diklat yang berfokus pada kinerja guru, organisasi, iklim dan lingkungan sekolah.
- Merencanakan pelaksanaan diklat denga memperhatikan faktor-faktor yang temasuk dalam ruang lingkup program diklat seperti: tujuan, kurikulum, peserta, sarana dan prasarana, biaya, panitia, pemateri dan sistematika pelaksanaan diklat serta evaluasi diklat.
- Melaksanakan program diklat berdasarkan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
- Evaluasi pelaksanaan diklat yang dilaksanakan pada awal pelaksanaan diklat, pada saat proses diklat berlangsung dan evaluasi pasca diklat.
Pendekatan sistem dalam penyelenggaraan diklat yang didesain secara sistematis, kontinyu dan berkesinambungan akan menghasilkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan membentuk kinerja Sumber Daya Manusia lebih profesional dalam pelaksanaan tugasnya.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa pelaksanaan diklat yang digunakan adalah kesesuaian diklat dengan tugas, metode diklat, pengajar atau instruktur, fasilitas pelatihan, dan materi diklat, dan metode pembelajaran dilihat berdasarkan pengetahuan dan kemampuan, motivasi, kerja sama, serta tanggung jawab.
Pengembangan model desain kurikulum pelatihan profesi guru haruslah disesuaikan dengan kebutuhan guru, yakni:
Tujuan
Tujuan dirumuskan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan substansi keilmuan khususnya substansi bidang studi yang diampu peserta sertifikasi, sehingga memiliki identitas profesi yang dapat dibanggakan dirinya, profesi dan masyarakat pengguna jasa layanannya.
Materi
Materi pembelajaran dirancang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta pelatihan serta dilakukan need assessment terhadap calon peserta pelatihan.
Strategi
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru menerapkan pendekatan learning by doing atau belajar melalui aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan pengalaman belajar bermakna sesuai bidang keahliannya. Media pembelajaran yang digunakan lebih ke potret faktual praktek pendidikan/pembelajaran yang dapat meningkatkan komitment dan tanggung jawab peserta diklat.
Evaluasi
Penilaian hasil belajar dilakukan dengan mengacu pada Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen serta Permendiknas nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Hasil penilaian tersebut harus mencapai standar kompetensi lulusan sebagai berikut: 1) Memahami karakterisitik peserta didik dan mampu merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran yang mendidik; 2) Memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan berahlak mulia; 3) Menguasai keilmuan, kajian kritis dan pendalaman isi dalam konteks kurikulum sekolah; dan 4) Mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, kolega dan masyarakat.
Saran
- Guru sebagai pelaksana kurikulum seyogyanya terus berupaya untuk lebih meningkatkan kompetensinya secara profesional, sehingga performance yang ditampilkan memenuhi tuntutan kompetensi tenaga pendidik secara komperehensif.
- Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihanatihan profesi guru seyogyanya mengakomodasi harapan para guru di lapangan sesuai dengan need assessment, khususnya berkaitan dengan substansi materi pelatihan dan durasi waktu pelatihan, sehingga kompetensi para peserta pelatihan menunjukkan peningkatan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai.
- Materi diklat yang diberikan kepada para peserta disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi survei dan pemetaan.
- Kualitas pengajar atau instruktur perlu ditingkatkan, baik dari segi pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dimilikinya. Pengajar yang baik turut mempengaruhi hasil dari diklat yang diselenggarakan.
- Fasilitas diklat seperti peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam diklat perlu dipersiapkan dengan baik agar tidak menghambat proses pelaksanaan diklat.
Daftar Bacaan
UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Permendiknas nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pt. Asdi Mahasatya, Jakarta.
Hasibuan, Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Hardjana, Agus M. 2002. Training SDM yang Efektif. Kanisius, Yogyakarta.
Atmodiwiro, S. 2002. Manajemen Pelatihan. PT. Ardadizya Jaya, Jakarta.
Simamora, Henry. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas Trisakti, Jakarta.
Sondang P. Siagian .1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.