Oleh Sudjarwo (Pascasarjana UNISMA Malang).
A. Latar belakang masalah.
Manusia adalah satu-satunya mahkluk di muka bumi yang dianugrahi kreatifitas yang tanpa henti dan tanpa batas yang kemudian berdampak luas pada peradaban manusia. Peradaban manusia berkembang karena adanya temuan-temuan (Invention) baru yang pada gilirannya menstimulasi temuan baru lainnya( contohnya: roda, mesin uap, komputer, telepon dan kamera digital, pesawat ulang alik dll.) Temuan-temuan baru ini, dapat terwujud karena adanya kreatifitas. Uraian di atas menunjukkan bahwa kreatifitas memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Peranan kretifitas semakin terasa dan merupakan keniscayaan tatkala kita memasuki abad 21, yang antara lain ditandai oleh perubahan yang sangat cepat dan tantangan yang semakin komplek. Kreatifitas sebagai potensi yang ada dalam diri manusia belum memberikan manfaat bila hanya merupakan anugrah yang ada pada diri manusia. Maka kreatifitas perlu dikembangkan, dipelajari, dijabarkan dengan program pendidikan secara terintegrasi. Bukan sekedar sebagai matamenghadapi pleajaran, tapi lebih merupkan bagian dari proses belajar yang mengembangkan kemampuan berfikir kreatif dalam menghadapi berbagi tantangan baik dimasa sekarang maupun dimasa depan. Perkembangan kemampuan kreatifitas bukan hanya merupakan tanggung jawab pendidik, perguruan tinggi, pemerintah tapi harus disadari sebagai tanggung jawab individu, orang tua maupun masyarakat. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan catatan bahwa kreativitas tidak akan dapat berkembang secara optimal, makala lahan yang dibutuhkan untuk pengembangannya, yaitu masyarakat, tidak memberi peluang bagi berkembangnya ide-ide baru yang mungkin saja tidak sejalan dengan pakem yang selama ini sudah ada. Dalam banyak hal, munculnya kreativitas sering kali dipicu oleh inspirasi yang muncul dalam pengalaman-pengalaman yang tidak biasa. Kreatifitas juga sering kali merupakan perpaduan gagasan-gagasan yang seolah-olah tidak berhubungan satu sama lain. Adanya berbagai topik bahasan mengenai multikultural, neoroscience,intelegensi emosional, kecerdasan jamak, serta model pendidikan dan pengembangan kreatifitas diharapkan mampu memberikan inspirasi pada praktisi pendidikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreatifitas,
Sementara pengetahuan yang dimilik masyarakat terus menerus mempengaruhi situasi yang semakin meluas dan tidak lengkap. Faktor yang diperlukan dalam menghadapi kondisi yang terus menerus berubah ini bukan hanya sebatas pemahaman saja, tetapi juga diperlukan adanya suatu tindakan dan refleksi (action dan reflextion) terhadap tuntutan zaman.
Ciri-ciri sikap fleksibelitas, keterbukaan, berfikir kreatif, berfikir kritis, ketangkasan (dexterity) yang bersifat kompleks namun cermat dalam menggunakan media informasi yang semakin canggih ini juga diperlukan. Kepekaan dan kemampuan mengidentifikasi, mengatasi masalah, serta kemampuan kerja sama antar manusia adalah tuntutan dunia kerja yang pada gilirannya menjadi tuntutan terhadap sekolah-sekolah (Setiawan, C, 1990).
Sekolah-sekolah tidak terkecuali perguruan tinggi justru tidak
Dalam hal inilah makalah ini disusun untuk memperluas wawasan untuk menngaplikasikan suatu teori pembelajaran, sebagai praktisi pendidikan.
Makalah ini akan membahas salah satu teori yang melandasi proses terciptanya kreatifitas, yaitu yang disebut “Teori Triarchic”.
B. Tujuan Pembahasan.
Makalah ini disusun dengan tujuan mengkaji salah satu dari teori-teori pembelajaran yaitu teorinya Sternberg yang disebut teori Triarchic.
Selain tujuan di atas penyusunan makalah ini juga diharapkan menambahh hasanah pengetahuan bagi praktisi pendidikan (guru) untuk memahami potensi yang dimiliki anak didiknya, sehingaga dalam proses pembelajaran dapat mengaplikasikan teori tersebut, baik sebagai paradigma pembelajaran maupun landasan teoritik untuk menumbuhkan kreativitas siswa.
C. Pembahasan
Proses belajar mengajar tidak terlalu sering menunjuk pada strategi instruksional yang dapat membantu peserta didik dalam proses menangkap makna dari apa yang akan menjadi perolehannya. Peserta didik diharapkan dapat diberi kesempatan untuk mendapatkan perolehan baru melalui pemahaman dan menemukan relevansinya.
Penelitian dalam cognitive neuroscience menunjukkan bahwa kreatifitas bukanlah semata warisan genetik, melainkan merupakan suatu untaian proses kognitif yang bisa dikembangkan pada berbagai individu. Seletalah Bloom melancarkan taksonominya , ada empat prilaku yang bisa memunculkan kreatifitas yaitu:
1. Kelenturan pikiran, (Fluency), yang merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide baru.
2. Fleksibilitas, yang membangkitkan rentangan luas untuk ide baru.
3. Originalitas, merupakan respons yang unik terhadap situasi tertentu.
4. Elaborasi, merupakan perluasan pemikiran tentang tpik tertentu.
Empat prilaku yang dijelaskan oleh Blom itu dapat memunculkan (trigger) dan menghasilakan kreatifitas. Kreatiftas merupakan kemampuan mengintegrasikan sesuatu (Gonzales, Campos Perez, 1997), kemudian Sternberg (dalam Sterberg, 2000) menjelaskan kreativitas keberbakatan(creative geftedness) yang bermula dari suatu ketrampilan pengambilan keputusan yang bisa dikembangkan. Hal ini berarti bahwa kreativitas tidak semata hanya menggantung pada aspek genetis saja. Individu yang mau sukses dalam hidupnya maka ia harus belajar terampil mengambil keputusan.
Setelah Gardner mengasilkan teorinya tentang multiple Intelligent, Sterberg melengkapi dengan mengeluarkan teori yang disebut dengan “Teori Triachici”.Teori ini membedakan tiga tipe intelegensi yaitu analitis, kreatif, dan praktis.
Teori triachic teraplikasi sebagai berikut:
Mereka yang termasuk tipe keberbakatan berbeda akan menghasilkan pola berbeda pula. Sternberg juga menyatakan bahwa tiga kompnen intellegensi tersebut akan dapat menghasilkan sukses dalam hidup manusia (Sternberg, 1996), Penjelasan dari masing-masing intellegensi tersebut sebagai berikut:
a. Intellegensi analitis
Intellegensi analitis tidak sama dengan hasil pengukuran IQ. Hannya sebagian aspek intellengensi analitis yang dapat dilihat dari hasil IQ. Intellegensi analitis mencakup proses pengatasasn masalah( Problem solving). Antara lain mencakup:
1. Identifikasi probelm, yaitu apa yang harus dilakukan apa bila tak tahuu apa yang harus dilakukan.
2. Definisi Problem, yaitu mengenal problem dan mengidentifikasi secara benar.
3. Memformulasikan strategi, yaitu perencanaan jangka panjang
4. Menyajikan informasi secara teliti
5. Menyiapkan sumber untuk jangka pendek dan jangka panjang .
6. Model keberbakatan struktur yang pasti (ketat) struktur yang agak longgar.
b. Intellegensi Kreativitas
Kreatifitas membutuhkan keseimbangan antara ide baru dan proses kreatifitas itu sendiri. Kreatifitas mencakup juga segi praktis dan analitis. Kreatifitas tersebut memiliki beberapa ciri, yaitu:
1. Berani mengambil resiko
2. Memainkan peran yang positif
3. Berfikir kreatif
4. merumuskan dan mengidentifikasi masalah
5. Tumbuh kembang mengatasi masalah
6. Toleransi mengahadapi masalah ganda
7. Menghargai sesama dan lingkungan sekitar.
c. Intellegensi Praktis
Studi praktis mencakup studi empiris tentang realitas yang bersifat pengetahuan yang berorientasi pada tindakan (action oriented knowledge).
Model ternberg ini disebut model triarchic yang dilandasi probem solving, yang mencakup antara lain:
1. Ciri-ciri analitis, yaitu dapat mempertentangkan dua hal yang sifatnya kontra, analitis, evaluasi dan kritis.
2. Kreatifitas mencakup segi imaginatif, penjelajahan, pengembangan, penciptaan.
3. Praktis mencakup kontektualisasi. Aplikasi dan praktek.
Hasil (outcome) pendekatan aktivitas Treachic yang mewujudkan hubungan baru dan akutanbilitas yang menuntut ketertiban penuh. Dalam bukunya Sternberg “ Triachic Theory of Intellegence” (Sternburg, 2005) dijelaskan cara bagaimana problem solving itu dilaksanaka di dalam kelas. Pada kala tertentu guru menjalankan siklus problem solving yang dilandasi berfikir analitis, kreatif, dan praktis. Siklus problem solving dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar Problem Solving
Siklus problem solving melalui lima langkah yaitu identifikasi masalah, memperoleh sumber untuk mengatasi masalah, melengkapi strategi untuk mengatasi masalah, monitoring, dan evaluasi terhadap pengtasan masalah. Apabila siklus diimplementasikan secara baik maka tiga tipe berfikir yang bewrbeda ini akan dapat ditemukan dalam siklus tersebut. Misalnya kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang mencakup berfikir abanalitis. Berfikir kreatif merumuskan strategi apa yang dipakai dalam pendekatan ini, dan berfikir kreatif praktis diperlukan untuk menetapkan dan memperoleh sumber pengamatan masalah. Dengan pendekatan ini guru mengajar bukan saja menuntut murid untuk menghafal tapi untuk berfikir kritis, kreatifdan mengalami proses kreatif. Berfikir analitis akan muncul apabila guru meminta siswa untuk mnulis, membandingkan, mengevaluasi, serta berfikir kritis. Berfikir kreatif akan akan menjadikan peserta didik menjajah mengimajinasikan dan menemukan. Berfikir kreatif membutuhkan implementasi, menggunakan, menerapkan, dan menemukan konsep permasalahan, penelitian membuktikan bahwa teori ini dapat menghasilakn kemajuan peserta didik.
Contoh-contoh aktivitas yang menunjukkan kemampuan intellegensi analitis, kreatif dan praktis masing-masing untuk dibidang science, language, dan sosial studies seperti table berikut:
Activity |
Science |
Language Art |
Social Studies |
Analitical |
Draw the major part of an animal cell, and explain what the parts do
|
Identify simily, analogy, and metaphor, and explain there function | Describ the steps necessary for a bill to become law in the state legislatory |
Creative |
Write a story (or play) using characters representing the part of an animal cell, and describe the potencial conflict | Using unusual materials, act out simile, analogy and metaphor in mime and see if the students can guess them. | Become a state narator, and use your position to help us think about the marits and problem of laws to retrict campaign financing |
Pratical |
Find system in the world around you that mimics activities and relationship in an animal cell, and explain it | Demonstrate how someone wold use simile, analogies, or metaphor in their work of life | Underage drinking is problem here at school. Devise legislation that would address this problem |
D. Kesimpulan
Pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif yang berbeda-beda, namun punya keasaan universal yaitu analitical, kreatif, dan praktical.
2. Para pendidik, guru, orang tua dan siapaun yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dapat memaksimalkan pengembangan tiga potensi yang dimiliki anak didik atau siswanya.
3. Dengan memahami tiga hal tersebut keberhasilan pembelajaran atau pendidikan secara umum menjadi lebih dimungkinkan. Karena kreatifitas seseorang, dapat dijadikan dasar pengembangan kemampuan anak didik bagi para pendidik.
4. Berfikir kreatif membutuhkan implementasi, menggunakan, menerapkan, dan menemukan konsep permasalahan, penelitian membuktikan bahwa teori ini dapat menghasilakn kemajuan peserta didik.
E. Daftar Pustaka:
Setiawan, C.1985. Kurikulum berdeferensiasi. Jakarta: Grasindo
Setiawan, C. 2010, Kreatifitas keberbakatan: Mengapa, apa, dan bagaimana.
Treffinger, D.J. 1992. Programing for Giftedness Needed Direction