Oleh : Eny Tarbiyatun Sayidah R
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan pesat, diharapkan dengan perkembangan ini tersebut dapat merubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan Internet.
Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri,[1] beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning.[2]
e-Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer.[3] Karena itu e-learning sering disebut juga dengan on-line course. Dalam berbagai literatur e-learning tidak dapat dilepaskan dari jaringan Internet, karena media ini yang dijadikan sarana untuk penyajian ide dan gagasan pembelajaran.
Dengan internet, siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Siswa dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.
Namun dalam perkembangannya masih dijumpai kendala dan hambatan untuk mengaplikasikan sistem ini, antara lain :
- Masih kurangnya kemampuan menggunakan Internet sebagai sumber pembelajaran;
- Biaya yang diperlukan masih relatif mahal untuk tahap-tahap awal;
- Belum memadainya perhatian dari berbagai pihak terhadap pembelajaran melalui Internet dan
- Belum memadainya infrastruktur pendukung untuk daerah-daerah tertentu.[4]
Selain kendala dan hambatan tersebut di atas, kelemahan lain yang dimiliki oleh sistem elearning ini yaitu hilangnya nuansa pendidikan yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik, karena yang menjadi unsur utama dalam e-learning adalah pembelajaran. Maka dengan melihat kelemahan dan kekurangan tersebut, para ahli berusaha menjawab fenomena ini dengan mengembangkan sistem e-education. Sistem ini telah didiskusikan secara aktif pada beberapa dekade terakhir ini. Pengembangan sistem e-education ini telah memberi inspirasi untuk mengembangkan e-media secara optimal guna percepatan pemerataan layanan pendidikan kepada masyarakat.[5] Dimana selain masyarakat memperoleh pendidikan melalui pendidikan formal, juga didukung oleh pendidikan melalui e-media, sebagai wujud dari pendidikan yang mandiri.
e-Education dengan pemanfaatan e-media, juga ditujukan untuk mengatasi persoalan e-learning, dimana e-media dapat dijadikan alternative terdekat jika tidak ada koneksi ke Internet.
Mengingat sistem pembelajaran pada dunia pendidikan saat ini lebih menggunakan media peraga, alat bantu, dan media belajar lainnya, yang seharusnya sudah dapat menggunakan teknologi modern seperti di beberapa Negara lain. Seharusnya guru dan siswa diharapkan dapat menguasai Information Technology (IT) dalam kehidupannya sehari-hari. Demikian pula proses pembelajaran seharusnya sudah berbasis Information and Communication Technology (ICT).
Misal, kenyataan di lapangan bahwa masih banyak siswa yang belum terbiasa menggunakan windows outlook untuk membuka email, masih banyak siswa yang belum punya database teman/relasi yang penting untuk disimpan, masih banyak siswa yang belum bisa membuat bahan promosi dengan powerpoint interaktif atau dengan website. Disisi lain, masih banyak pengajar/guru dan lembaga pendidikan pada umumnya belum mampu mengintegrasikan pembelajaran berbasis ICT ke dalam jadwal pelajaran karena berbagai mitos yang dimilikinya.[6]
PERMASALAHAN
Dari beberapa hal tersebut di atas, arti penting pembelajaran berbasis IT maupun ICT bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang metode pembelajaran berbasis ICT dalam pembelajaran intra sekolah maupun ekstra sekolah agar kelak siswa dapat mengetahui akan IT dan ICT. Oleh karena itu, terdapat tiga permasalahan dalam tulisan ini yaitu :
- Bagaimana peran ICT dalam proses belajar mengajar ?
- Peluang penggunaan metode pembelajaran berbasis ICT oleh sekolah.
- Tantangan yang dihadapi dalam menggunakan pembelajaran berbasis ICT di sekolah.
PEMBAHASAN
Peran ICT dalam proses belajar mengajar
Computer skill menjadi salah satu kriteria penting bagi guru dan siswa di era informasi seperti saat ini, penguasaan terhadap teknologi informasi merupakan hal yang mutlak bagi guru dan siswa, dengan teknologi informasi ini guru dan siswa akan dapat berinteraksi dalam proses belajar mengajar, baik pada intra sekolah maupun ekstra sekolah. Selain itu, teknologi akan dapat mempengaruhi pola pembelajaran siswa, missal, guru dalam menyampaikan materi ulangan sudah tidak memerlukan lembar kerja siswa, melainkan hanya membuat soal melalui perangkat komputer sehingga dapat secara langsung dan seketika guru dapat memberikan soal-soal kepada siswa secara serempak bersamaan baik secara on-line maupun melalui jaringan lokal disekolah melalui (LAN).
Keen, menegaskan bahwa teknologi informasi akan mengubah bentuk suatu pola atau metode.[7] Semua kegiatan disekolah mulai dari administrasi siswa, proses belajar mengajar, hingga penentuan silabus, jadwal, dan bahkan pemantauan secara langsung oleh orang tua siswa dapat dilakukan dan dipermudah oleh teknologi informasi. Kemampuan menguasai dan menggunakan teknologi informasi akan menjadi kunci untuk keberhasilan proses pembelajaran yang efektif di masa mendatang. Teknologi informasi diyakini akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan sumber daya manusia (siswa dan guru) untuk bersaing di era informasi teknologi yang semakin ketat ini.
Perkembangan ICT yang begitu pesat telah direspon oleh sebagian kalangan dunia pendidikan pada proses pembelajaran di sekolah yang mungkin masih terbatas pada sekolah-sekolah internasional. Sekolah tersebut telah menempatkan ICT sebagai media utama pendukung proses pembelajaran. Saat ini, siswa maupun orang tua siswa tidak harus membawa uang cash ke sekolah untuk membayar administrasi sekolah namun cukup melakukan auto debit melalui internet banking, dan sebagainya.
Dampak penggunaan sistem informasi di sekolah perlu di lakukan penelaahan lebih mendalam sehingga di setiap sekolah dapat dibuatkan sistem (school information system), guna mencari informasi & mempercepat proses pelayanan pendidikan. Selain itu, school information system juga bisa berfungsi sebagai salah satu media promosi sekolahan karena proses pelayanan yang cepat akan meningkatkan kepuasan siswa maupun orang tua siswa dan berdampak pada image yang positif. Teknologi juga berperan membantu pihak sekolah untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran, melakukan central monitoring terhadap para siswa, dan sebagainya. Dengan teknologi, semua pihak yang terlibat dapam proses pembelajaran tersebut bisa mendapatkan informasi yang tepat, cepat dan mudah.
Selain hal tersebut di atas, ICT mampu membantu meningkatkan kualitas pendidikan secara internal yang mempengaruhi kinerja semua pihak, baik siswa, guru dan orang tua siswa. Segala bentuk komunikasi, laporan dan berbagai informasi akan lebih mudah dilakukan menggunakan teknologi informasi, sehingga lebih cepat, transparan dan arsipnya dapat tersimpan lebih rapi dan aman.
Penggunaan metode pembelajaran berbasis ICT oleh sekolah.
ICT pada saat ini banyak diadopsi di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Penggunaan ICT di bidang pendidikan diharakan dapat meningkatkan efektivitas dan kualitas proses belajar mengajar (PBM). Rofiq, mengatakan bahwa ICT menyediakan fasilitas yang cukup banyak dan jika mampu mengeksplorasinya, maka PBM yang diselenggarakan dapat berjalan lebih menarik dan interaktif.[8] PBM yang menarik dan interaktif dapat dijadikan pemicu agar peserta didik mampu memahami mata pelajaran yang disajikan secara baik. Dalam berbagai kasus, pemahaman yang sedikit terhadap mata pelajaran disebabkan oleh penyajian yang kurang menarik dari guru karena teknologi yang digunakan masih konvensional. ICT dapat membantu guru dalam merancang mata pelajaran menjadi lebih hidup dan bermakna.
Metode pembelajaran berbasis ICT berpeluang mampu membantu siswa untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang digunakan di sekolah serta mampu meningkatkan individual skill siswa, termasuk didalamnya kemampuan menguasai teknologi informasi secara kolektif di sekolah. Melalui internet, siswa dapat mengetahui berbagai hal di dunia, etika pergaulan internasional dan cara implementasinya di dalam dunia pendidikan, khususnya proses belajar mengajar menggunakan Information and Comunication Technology (ICT).
Metode pembelajaran berbasis ICT juga berpeluang dipakai pada seluruh atau sebagian mata pelajaran, misalnya menunjukkan bahwa Video Teaching Techniques yang dikombinasikan dengan role play dalam pembelajaran bahasa Inggris sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan penghayatan siswa sebagai seorang calon intelektual profesional, misalnya selalu berkomunikasi dengan baik, menggunakan postur tubuh yang baik, ekspresi wajah yang menyenangkan, kemauan untuk menolong, kemampuan untuk berkoordinasi dan berkomunikasi secara efektif. Proses pembelajaran dengan menggunakan Video Teaching Techniques yang dikombinasikan dengan role-play telah mampu meningkatkan keterampilan siswa berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara verbal maupun non-verbal. Siswa telah mampu menangani handling situation dengan menggunakan bahasa Inggris yang lancar dan dengan pengucapan yang jelas.
Metode pembelajaran di atas, tentunya tidak terlepas adanya sarana penunjuang berupa perangkat komputer dan jaringan internet sebagai sarana pokok yang digunakan dalam pembelajaran. Adapun bentuk penggunaan media komputer yang dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi:
Penggunaan Multimedia Presentasi.
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa.
CD Multimedia Interaktif
CD interaktif dapat digunakan pada pembelajaran di sekolah sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI). Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:
- ModelDrill: Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
- Model Tutorial:Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
- Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
- Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games.
Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Software kepada siswa dibandingkan dengan mengajarkan hardware. Misalnya tutorial Microsoft Office Word, Access, Excel, dan Power Point. Kelebihan lain dari CD interaktif ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus tergantung kepada guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang diajarkan dalam CD tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa terhadap siftware tersebut. Terdapat juga fungsi repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi secara berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh.
Terdapat empat peluang yang dirasakan siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar berbasis ICT yaitu: (1) IT Skill: dengan pembelajaran berbasis ICT, keterampilan menggunakan IT siswa meningkat (2) Innovation: dengan pembelajaran berbasis ICT siswa mampu mencari informasi yang akurat yang relevant untuk belajar mereka dan kemudian menggunakan hasil searching di internet untuk berinovasi membuat presentasi yang menarik dan dengan data dan fakta yang aktual dan akurat. (3) Flexibility: pembelajaran berbasis ICT memberikan fleksibilitas kepada siswa untuk membuat tugas diluar ruang kelas dengan tempat dan waktu yang sesuai dengan kegiatan siswa.(4) Support: dengan teknologi siswa merasa mendapat bantuan yang berarti untuk proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan teknologi, siswa dapat mempercepat dan memperlambat materi yang dipelajari dan memahami keseluruhan modul dengan lebih tepat.
Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan Pembelajaran Berbasis ICT pada Sekolah.
Manfaat pembelajaran dan peluang penggunaan pembelajaran berbasis ICT telah dipaparkan di atas, namun ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam menggunakan pembelajaran berbasis ICT dalam perkuliahan. Lomine, menemukan tiga tantangan yang dihadapi dalam menggunakan metode pembelajaran berbasis ICT dalam proses belajar mengajar yaitu :[9] (1) technological problems: dalam proses pembelajaran sering terjadi masalah dalam penggunaan teknologi, banyak guru kurang paham tentang teknologi dalam komputer, jumlah LCD yang terbatas, layar LCD yang warnanya tidak sesuai asli, speaker yang tidak di deteksi komputer, dan masalah-masalah kecil lainnya yang tidak terlalu penting tetapi menghabiskan banyak waktu (2) pedagogical problem: mendesign presentasi yang informasinya aktual, akurat, relevan dengan mata pelajaran yang diajar serta menarik bagi siswa adalah tantangan terberat bagi guru. Karena memerlukan waktu dan tenaga yang banyak untuk mempersiapkan bahan presentasi selain itu banyak guru yang masih gagap teknologi (3) practical problem: terkadang terdapat masalah pada saat praktik yang diluar sepengetahuan guru sehingga memerlukan teknisi yang selalu harus siap sedia membantu kelancaran proses belajar mengajar.
Christou dan Sigala, juga mengatakan bahwa mempersiapkan pembelajaran berbasis ICT yang menarik dan relevan memerlukan banyak materi multimedia misalnya dari video, audio, gambar, dan grafik sehingga dosen membutuhkan lebih banyak waktu, finansial dan energi yang lebih dari proses belajar mangajar biasa.[10]
Untuk kelancaran proses pembelajaran berbasis ICT diperlukan tiga syarat umum yaitu: (1) Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan LAN, MAN ataupun WAN yang tentu saja berbasis internet (2) Tersedianya dukungan layanan atau materi belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, bisa saja berupa softcopy, hardcopy atau cd room, dan (3) Tersedianya dukungan layanan konsultasi yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan. Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas, untuk mendukung efektifitas pembelajaran berbasis ICT diperlukan dukungan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan e-learning, sikap positif dari peserta didik dan tenaga pendidik terhadap teknologi komputer dan internet, rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar, sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar, dan mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Tantangan yang juga cukup sulit untuk dikendalikan adalah persepsi negatif siswa terhadap fitur-fitur internet dan gaya belajar siswa sehingga kemauan siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi online menjadi rendah. Lebih lanjut disampaikan bahwa meskipun teknologi memberikan kenyamanan tempat dan waktu untuk menyampaikan pendapat dalam forum diskusi online, namun banyak siswa yang memiliki keengganan untuk berpartisipasi dan tidak ada penghargaan bagi yang aktif menyampaikan pendapat dan tidak adanya sanksi bagi siswa yang sama sekali tidak muncul uru dalam forum diskusi menyebabkan forum diskusi online menjadi sering sepi.
Selain tantangan di atas, kurangnya kemampuan untuk memanfaatkan fasilitas ICT yang tersedia menyebabkan pengajar terjebak pada pemakaian komputer dalam pengajaran dengan cara yang salah. Teknologi komputer hanya merupakan alat bantu pendidikan yang bila salah penggunaannya akan menjebak pemakainya hanya sebagai pengganti papan tulis, sehingga menghilangkan banyak nilai dalam pengajaran, seperti kehilangan kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan pertualangan dalam “Ilmu” anak, kehilangan roh pengajaran yaitu interaksi yang menyangkut hubungan anak dengan guru dan materi yang menyangkut aspek etika dan estetika dalam pembelajaran.[11]
Para pengajar memiliki keinginan yang besar untuk menginte-grasikan ICT dalam pembelajaran namun ada beberapa hambatan dan tantangan yang ditemui yaitu kurangnya kemampuan pengajar untuk menggunakan ICT, kurangnya kepercayaan diri untuk memanfaatkan ICT dalam pembelajaran, kurangnya fasilitas sarana dan prasanara pendukung baik software dan hardware, kurangnya dukungan teknisi yang bisa membantu bisa terdapat masalah teknis.
Tidak ada literature mengenai tantangan yang dihadapi khusus untuk pengajar mata pelajaran, namun secara umum tantangan dan hambatan yang diuraikan di atas dialami oleh pengajar secara umum tidak terbatas oleh konten yang diajarkan. Berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi pengajar dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis ICT dalam proses belajar mengajar sebaiknya tidak menyurutkan keinginan pengajar untuk tetap menggunakannya mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi siswa. Di tengah kurangnya fasilitas pendukung baik sarana dan prasarana ICT untuk pendidikan, hendaknya pengajar bisa kreatif memanfaatkan fasilitas gratis yang tersedia di internet.
Lebih lanjut, Prabantoro dan Hidayat, mengungkapkan bahwa media electronic learning tidak harus dikembangkan secara mahal, akan tetapi dapat memanfaatkan fasilitas gratis dunia maya yang ada.[12] Dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan media belajar maya dengan biaya super murah alias gratis karena poin utama dari metode pembelajaran berbasis ICT adalah sikap positif dari pengajar dan mahasiswa terhadap teknologi komputer dan internet, rancangan sistem pembel-ajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap mahasiswa, sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar mahasiswa, dan mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
KESIMPULAN
Dunia pendidikan telah menempatkan ICT sebagai media utama pendukung pola-pola pembelajaran. Teknologi memberi banyak manfaat bagi pendidikan yaitu diantaranya: (1) sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif; (2) mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran berlangsung, sehingga akan menambah motivasi belajar siswa; (3) mampu memvisualisasikan materi yang abstrak; (4) media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel.
Pembelajaran berbasis ICT membantu guru dan siswa beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang digunakan di dunia pendidikan, khusunya pada penerapan metode pembelajaran. Pembelajaran berbasis ICT berpeluang diterapkan dalam mata mata pelajaran. Pembelajaran berbasis ICT mampu meningkatkan managerial skill siswa, termasuk didalamnya cross culture, ettiquette dalam berkomunikasi. Empat manfaat yang dirasakan siswa ketika mengikuti perkuliahan berbasis ICT yaitu: (1) IT Skill, (2) Innovation, (3) Flexibility, dan (4) Support.
Beberapa tantangan dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis ICT dalam proses belajar mengajar yaitu kurangnya kemampuan guru dan siswa, kurangnya fasilitas pendukung, kurangnya dukungan teknis dan dukungan finansial. Namun, tantangan tersebut dapat diminimalisasi dengan memanfaatkan fasilitas gratis di dunia internet. Mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi peningkatan kualitas pendidikan siswa, guru hendaknya tetap berusaha untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis ICT dalam mata pelajaran, tentunya dilakukan secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA :
Emmanuel Witrean and Elvira Popescu (2008) A Prooblem-Based Learning Approach for Green Control & IT in a Master Program.
Bee Theng Lau & Chia Hua Sim (2008) Exploring The Extent Of ICT Adoption Among Secondary School Teeachers In Malaysia
Antonio Lopes (2012) Changing teachers’ attitudes towards ICT-based language learning task : the ETALAGE Comenius project (the Potuguese case).
Terry Fogarty (2006) Teachers responding to disruptive pedagogy Integrating ICT across the curriculum in NSW
Dr. Hj. Umi Hanik, M.Pd (2011) Implementasi Total Quality Management (TQM). RaSAIL Semarang.
R.P.Mohanty dan R.R. Lakhe (2000) handbook Of Total Quality Managemant. Jaico Publishing House Mumbai-Delhi-Bangalore-Calcutta-Hyderrabad-Chennai.
Depdiknas. (2002). Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas.
Drost, JIGM. (1998) Sekolah Mengajar atau Mendidik? Yogyakarta: Kanisius dan USD.
Gerstner, Louis V., etall. (1995). Reinventing Education Enterpreneurship in America ‘s Public School. New York: Plume.
Grafford, Diana. (2007). The Correlation Between Extracurricular activities GPA and Self-esteem. Di-download dari http://clearinghousemissouriwestern.edu/manuscripts/11.php
Harris, Roger, Etall. (1995). Competency-based Education and Training: Belween A Rock and A Whirpol. Souteryana: Mac. Millan Education
Hopson dan Skally. (1981). Lifeskills Teaching. London: Mc GrawHill Book Co.
Drs. Sofyan Anif,M.Si dan Anam Sutopo,M.Hum (2011) Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan UMS.
Kartono, St. (2002). Menebus Pendidikan yang Tergadai. Yogyakarta: Galang Press.
Rinda Hedwing dan Geraradus Polla (2006) Model Sistem Penjaminan Mutu & Proses penerapannya di perguruan tinggi. Graha Ilmu.
[1] Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot. 2004. Kajian Terhadap Model e-Media dalam Pembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional Informatika 2004 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004 dan Rossett, Allison, 2002. The ASTD E-Learning Handbook, McGraw-Hill Companies Inc, New York, USA dalam Sadiman, Arif, dkk. (1986). Media Pendidikan, Pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Press. (http:// www.komunitaselearningilmukomputer.web.id/files/ICT.pdf, diakses 5 Desember 2012).
[2] Utomo, Junaidi. 2001. Dampak Internet Terhadap Pendidikan : Transformasi atau Evolusi, Seminar Nasional Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 7 April 2001. (http:// www.komunitaselearningilmukomputer.web.id/files/%20dampak%20internet%20terhadap%20pendidikan.pdf, diakses 5 Desember 2012).
[3] Soekartawi, 2003, e-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang, Makalah Seminar Nasional ‘e-Learning perlu e-Library’ di Universitas Petra Surabaya pada 3 Februari 2003. (http:// www.komunitaselearningilmukomputer.web.id/files/e-learningmprospect.pdf, diakses 5 Desember 2012).
[4] Ibid.
[5] Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot., Op.Cit.
[6] Lomine, L. L. 2002. Online Learning and Teaching in Hospitality, Leisure, Sport and Tourism: Myths, Opportunities and Challenges. Journal of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism Education, 1(1): 43-49. (http:// www.komunitaselearningilmukomputer.web.id/files/ICT.pdf, diakses 5 Desember 2012).
[7] Keen, P. G. W.1991. Shaping the Future: Business Design through Information Technolog. Boston: Harvard Business School Press. (http://www.komunitaselearningilmukomputer.web.id/files/IT.pdf, diakses 5 Desember 2012).
[8] Rofiq, A. 2006. Pengenalan Berbagai Perangkat ICT dan Internet, (Online), (http:// www.rofiq.web.id/files/pelatihanICT.pdf, diakses 5 Desember 2012).
[9] Lomine, Op. Cit.
[10] Christou, E., & Sigala, M. 2000. Exploiting Multimedia for Effective Hospitality Education, EuroCHRIE Spring Conference Proceedings. Ireland: Dublin Institute of Technology, 18-20 May 2000. (http://www.komunitaselearningilmukomputer.web.id/files/multimedia/IT.pdf, diakses 5 Desember 2012).
[11] Achmad, S. S. 2010. Tantangan Dosen dan Guru di Era ICT di Riau. (online), (http://saidsuhilachmad.yolasite.com/resources/Tantangan%20Dosen%20dan%20Guru%20dalam%20ICT.pdf, diakses 5 Desember 2012).
[12] Prabantoro, & Hidayat. 2009. Pemanfaatan Fasilitas Gratis di Dunia Maya untuk Pengembangan Media E-learning Murah. (Online), (http://journal.uii.ac.id/index.php /Snati/article/viewFile/1299/1058, diakses 5 Desember 2012).