Beberapa orangtua siswa SDN Madyopuro 4 mendatangi pihak sekolah untuk menolak membayar sumbangan sekolah Rp 500.000 per siswa baru. Mereka mengaku sumbangan yang dibebankan itu tidak masuk akal dan memberatkan mereka.
Riana, salah satu orangtua siswa mengaku, saat rapat komite sekolah beberapa waktu lalu, pihak sekolah meminta sumbangan untuk persiapan sekolah mengikuti lomba gugus depan kota. “Kami diminta membayar Rp 500.000,” kata Riana, Kamis (27/9/2012).
Riana mengatakan keberatan dengan sumbangan itu. Masalahnya, sepengetahuan dia, pemerintah telah membebaskan biaya 9 tahun belajar. “Ya saya keberatan, apalagi saya janda,” kata Riana yang bekerja sebagai penjahit itu.
Dodik, orangtua siswa lainnya mengatakan tidak setuju apabila sekolah membebankan orangtua siswa dengan kewajiban membayar kegiatan itu. “Tidak hanya kali ini, hampir setiap tahun pasti ada pungutan dengan alasan macam-macam,” tutur Dodik.
Karena itu, mereka meminta agar sekolah tidak menarik biaya-biaya lagi. Kalaupun menarik sumbangan, peruntukkanya harus jelas dan memperioritaskan yang penting. Mereka juga menolak sekolah mewajibkan orangtua menyerahkan surat pernyataan kesanggupan membayar.Sumbangan Biaya Pengembangan Pendidikan (SBPP).
Menanggapi hal itu, Endik Sampurno, Ketua Komite SDN Madyopuro 4 membenarkan apabila pihaknya meminta sumbangan ke 58 orangtua siswa baru. Namun, jumlah sumbangannya itu tidak memaksa. Pihaknya hanya memberi batas maksimal sumbangan Rp 500.000 per orangtua siswa.
Dia katakan, sekolahnya memang membutuhkan dana untuk melaksanakan lomba gugus depan sekolah pada 18 Oktober nanti. Dana yang dibutuhkan untuk kegiatan itu diperkirakan Rp 29 juta. Sementara itu, Dinas Pendidikan Kota Malang tidak memberikan suplay dana untuk kegiatan itu.
“Sebenarnya kami juga butuh dana partisipasi masyarakat untuk membangun ruang kelas baru dan pelebaran kantin. Tetapi kami tidak memaksa, seikhlasnya,” kata Endik.
Masih menurut Endik, saat ini sekolahnya kekurangan dua ruang kelas baru. Pasalnya, ruangan kelas yang tersedia tidak mampu menampung semua siswa. Akhirnya, ada dua kelas yang dibagi masuk pagi dan siang. “Kami juga menggunakan mushola sebagai ruang belajar. Kasihan para murid,” terangnya.
Selama ini pihaknya sudah mengajukan penambahan ruang kelas baru ke Dinas Pendidikan, namun belum dikabulkan.
Terkait sumbangan untuk kegiatan gugus depan sekolah, dia mengaku minta bantuan orangtua siswa karena sekolahnya tidak memiliki dana.
Terpisah, Sri Atika Widowati, Kabid Pendidikan Dasar mengatakan, sekolah tidak boleh menarik biaya ke orangtua siswa untuk kegiatan gugus depan itu.
“Seharusnya mengkoordinasikan itu dengan Dinas Pendidikan, tidak langsung menarik ke orangtua siswa,” kata Atika.
Terkait dana, pihaknya sudah menyediakan dana pembinaan. Namun belum diberikan ke sekolah karena kegiatanya masih lama. Dia juga katakan, lomba gugus depan itu sifatnya tidak memaksa. Apabila ada sekolah yang belum siap, maka diperbolehkan tidak mengikuti kegiatan itu.
Sumber:http://surabaya.tribunnews.com/2012/09/27/orangtua-persoalkan-sumbangan-gugus-depan-sekolah