PEMBELAJARAN ONLINE
(Online Constructive, Interactive, and Cooperative Education – OCICE)
Matakuliah | Profesi Keguruan |
Pengampu | Dr. Rulam Ahmadi, M.Pd. |
Fakultas | FKIP – Universitas Islam Malang (UNISMA) |
PETUNJUK
- Mahasiswa membuat kelompok dengan anggota 3 atau 4 orang.
- Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah TEKS.
- Gunakan salah satu akun dari anggota kelompok dan berfungsi sebagai nama kelompok.
- Kerjakan terlebih dahulu di words, kemudian di-posting.
- Lakukan diskusi online dengan cara memberikan komentar atau pertanyaan terhadap hasil kerja kelompok lain.
MATERI
MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR
A. PENDAHULUAN
Suatu kenyataan yang perlu disadari oleh guru-guru ialah bahwa siswa yang dihadapi di kelas tidak sama satu dengan yang lainnya. Siswa menpunyai perbedaan dalam banyak hal seperti : berbeda kemampuan, bakat, minat yang mereka miliki, berbeda dalam ketajaman melihat dan mendengar serta berbeda latar belakang kehidupannya. Oleh sebab itu guru tidak boleh menyamaratakan atau beranggapan bahwa semua anak mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar yang sama, sehingga dalam waktu yang sama semua siswa diangap akan dapat menyelesaikan isi pelajaran yang sama. Kenyataannya di dalam kelas selalu ada siswa yang cepat dalam belajar, ada yang sedang atau normal dan ada siswa yang lamban dalam mengikuti pelajaran.
Siswa yang lambat dalam belajar sering mangalami kesulitan, sebab setiap akhir kegiataan belajar siswa belum mampu untuk menguasai seluruh materi yang seharusnya sudah dikuasai, guru telah melanjutkan pada materi berikutnya. Akibat lain yang timbul pada diri mungkin ia tidak ada perhatian terhadap pelajaran itu atau tidak punya minat untuk belajar atau tidak bersemangat untuk belajar. Oleh sebab itu guru hendaknya dapat memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang lambat dalam belajar atau mengalami masalah atau kesulitan dalam mencapai tujuan pelajaran yang ditetapkan. Pada hakekatnya guru mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dari peranannya sebagai pengajar atau pembelajar. Guru sebagai pembelajar bertanggung jawab untuk membantu siswa dalam mencapai perkembangan yang optimal. Oleh sebab itu guru diharapkan dapat menciptakan situasi kegiatan dalam belajar dan pembelajaran di sekolah yang efektif dan efisien, sehingga siswa diharapkan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal bagi siswa, maka setiap kesulitan atau masalah yang timbul dalam belajar seyogyanya dapat segera diidentifikasi dan segera pula diberikan bantuan atau perbaikan. Ini berarti bahwa setiap guru dituntut kemampuannya untuk mampu memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan atau masalah dalam belajar.
PENGERTIAN MASALAH BELAJAR
Jika proses belajar yang diharapkan berjalan tidak sesuai dengan kenyataan, maka hal inilah yang menyebabkan terjadinya masalah. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang pandai atau cerdas.
JENIS-JENIS MASALAH BELAJAR
Dari pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah belajar di Sekolah dapat dikelompokkan kepada siswa-siswa yang mengalami:
- Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal.
- Kecepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memilki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
- Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
- Kurang motivasi belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
- Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya.
- Sering tidak sekolah, yaitu siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.
Menurut Modul Diagnostik Kesulitan Belajar Dan Pengajaran Remedial, beberapa ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain:
- Menunjukan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.
- Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah
- Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
- Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,berpura-pura, dusta dan sebagainya.
- Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menganggu dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama dan sebagainya.
- Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal, dsb.
Burton (1952:622-624) mengidentifikasi bahwa seorang siswa itu dapat dipandang atau dapat diduga sebagai mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.
Kegagalan belajar didefenisikan oleh Burton sebagai berikut:
- Siswa dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced). Dalam kontek sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus (passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60% atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal), siswa ini dapat digolongkan kepada lower group.
- Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan tingkat ukuran kemampuan: intelegensi: bakat) ia diramalkan (predicted) akan dapat menyerjakan atau mencapai prestasi tersebut, siswa ini digolongkan kedalam under achievers.
- Siswa dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosial, dengan pola organismik (his/organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm referenced) siswa yang bersangkutan, dapat dikatagorikan ke dalam slow learners.
- Siswa dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai persyaratan (prerequisisi) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya, siswa ini dapat digolongkan kedalam slow learners atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi pengulang.
Menurut Prayitno (1997) ada masalah-masalah belajar yang lain yang dialami siswa yaitu:
- Tugas-tugas pelajaran tidak dapat dikerjakan dengan baik karena materi pelajaran yang menunjang penyelesaian tugas itu tidak dikuasai.
- Tidak mengulang kembali materi yang diberikan oleh guru pada pelajaran sebelumnya sebagai persiapan untuk menghadapi pelajaran berikutnya.
- Apabila terpaksa tidak dapat mengikuti pelajaran, tidak berupaya mengejar ketinggalan agar materi pelajaran berikutnya dapat diikuti dengan baik.
- Tidak dapat mengkaitkan atau melihat urutan yang teratur dan saling menunjang antara materi pelajaran terdahulu dengan materi pelajaran berikut-nya.
- Tidak berusaha menguasai materi pelajaran terdahulu sebagai persiapan untuk menghadapi materi berikutnya.
- Mengalami kesulitan dalam belajar karena materi pelajaran tidak berurutan, sehingga materi pelajaran terdahulu tidak menunjang untuk mempelajari materi pelajaran berikut.
- Tidak dapat memahami materi pelajaran secara lengkap dan menyeluruh. Mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas pelajaran karena tidak mengerti perintah/petujuk mengerjakan tugas tersebut.
- Tidak menpelajari kembali materi pelajaran terdahulu untuk menunjang penguasaan materi pelajaran berikutnya.
- Dalam belajar untuk mempersiapkan ulangan/ujian, materi pelajaran tidak disusun sedemikian rupa sehingga materi yang terdahulu tidak membantu menguasai materi berikutnya.
- Kesulitan membaca buku pelajaran karena materi tidak berurutan.
- Terhalang untuk mengikuti pelajaran dan /atau kegiatan sekolah tertentu karena tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar untuk menguasai materi pelajaran/kegiatan tersebut.
- Ketidakmampuan siswa dalam menjawab soal-soal ulangan/ujian disebabkan karena kurangnya pengetahuan dasar yang menunjang terhadap jawaban soal-soal ulangan/ujian tersebut.
- Mengalami kesulitan memahami bahan pelajaran baru karena bahan-bahan terdahulu tidak atau kurang dikuasai.
- Siswa kesulitan memahami kesulitan pelajaran karena tidak memahami konsep-konsep dasar, ungkapan-ungkapan dan /atau istilah-istilah yang harus dikuasai terlebih dahulu.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilalui atau dijalani murid-murid disekolah maupun diluar sekolah terdapat berbagai kesulitan yang dapat ber-sumber dari dirinya sendiri, pelajaran yang diterima, guru-guru, teman-teman, kelurga dan sebagainya.
Menurut Oemar Hamalik (1983:112) Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada siswa dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
FAKTOR INTERNAL
Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri siswa itu sendiri), antara lain:
- Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
- Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
- Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
- Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
FAKTOR EKSTERNAL
Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
- Lingkungan sekolah, antara lain: a) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel; b) Terlalu berat beban belajar (siswa) dan untuk mengajar (guru); c) Metode mengajar yang kurang memadai dan tidak menarik; d) Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, serta siswa dengan
siswa yang kurang harmonis; e) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar. - Lingkungan keluarga (rumah), antara lain: a) Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis misal orang tua sering bertengkar didepan anak, orang tua sering marah pada anak, orang tua otoriter, peraturan dalam keluarga kaku, orang tua keras dan sebagainya. Hal ini semua dapat mengangu anak belajar, sebagai akibatnya mungkin anak mungkin anak tidak bisa berkonsentrasi belajar, anak sering melamun waktu belajar atau anak mencari perhatian guru dengan menganggu teman dan sebagainya; b) Tuntutan orang tua yaitu bila tuntutan orang tua itu tidak sesuai dengan kemampuan anak. Misalnya orang tua menuntut anaknya supaya juara dikelasnya, sedangkan anak sendiri tidak mampu atau ada orang tua menuntut agar nilai matematika, IPA harus tinggi, sedangkan anak tidak mampu atau anak tidak punya minat atau bakat untuk bidang studi itu; d) Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya; e) Keadaan ekonomi; f) Siswa tulang punggung keluarga.
- Lingkungan masyarakat, antara lain: a) Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi; b) Media elektronik seperti TV, VCD, Playstation, dsb; c) Media cetak seperti komik, buku-buku pornografi, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud (1982/1983) Buku II: Modul Diagnostik Kesulitan Belajar Dan Pengajaran Remedial, Depdikbud Dikti Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Koestoer Partowisastro, (1982), Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jilid I, Tarsito Bandung.
Oemar Hamalik, (1983), Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar, Penerbit Tarsito Bandung
Slameto, (1988), Belajar Dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.
Prayitno, (1994), Dasar-dasar Bimbingan Dan Konseling, Buku I, Jurusan PPB FIP IKIP Padang
Sumber: http://biozaff.blogspot.co.id/2010/11/masalah-masalah-dalam-belajar.html
TUGAS
- Menurut pendapat Anda (kelompok) siswa yang bagaimana yang dipandang gagal dalam pelajaran?
- Kemukakan SATU faktor internal yang paling menentukan kegagalan siswa dalam belajar, dan berikan argumentasi (alasan) Anda.
- Kemukakan SATU faktor eksternal yang paling menetukan kegagalan siswa dalam belajar, dan berikan argumentasi (alasan) Anda.
SELAMAT BELAJAR
BERSAMA
“OCICE”