Model Pendidikan Learning Oganization (Lo) Pada Organisasi Paud Di Kota Bandung
Penulis: Kamarul Bahri M.Pd/Mahasiswa S3 PLS UPI
Abstrak
Penelitian ini dilakukan terhadap 591 responden dari 88 lembaga penyelenggara pendidikan anak usia dini, baik yang tergolong Taman Kanak Kanak (TK) ataupun Lembaga Paud. responden terdiri atas guru, kepala sekolah, petugas sekolah dan pengurus yayasan. Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari Konsep Learning Organization yang dihasilkan oleh Marquadzt.
Tujuan penelitian ini adalah, pertama untuk mengetahui bagaimana Learning Organization (LO) di organisasi pendidikan sekolah anak usia dini Kota Bandung. Kedua bagaimana pengaruh faktor kategori kualitas Paud, Induk organisasi, volume organisasi dan harga layanan terhadap nilai Learning Organization dan subsistemnya.
Metode pengolahan data yang dipergunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif, Anova dan Korelasi Pearson. Uji hipotesis dilakukan dengan tingkat keyakinan 99%.
Hasil penelitian menunjukkan pertama secara keseluruhan nilai LO di Lembaga Paud Bandung tergolong sangat baik. Kedua Sebagian besar tidak ada pengaruh antara kategori maju tidaknya lembaga Paud terhadap LO. Tidak ada pengaruh antara Induk Organisasi terhadap LO dan Sub Sistemnya
LATAR BELAKANG
Selama ini konsep pendidikan di dunia kerja yang popular dikenal adalah learning organization (LO). Dalam perkembangannya konsep LO banyak dihasilkan pada bidang keilmuan administrasi bisnis dan manajemen organisasi. Hal ini terjadi karena kebutuhan organisasi bisnis untuk tetap berkompetisi di dunia bisnis. Salah satu tokoh yang sangat dikenal kontribusi pemikiran Learning Organization adalah Peter Senge (1990). Karya besarnya adalah buku “The Fifth Discipline”. Selain itu ada begitu banyak artikel ilmiah yang dihasilkan dalam jurnal yang memiliki reputasi.
Lembaga kependidikan merupakan lahan kajian yang krusial untuk diteliti, hal ini dikarenakan subjek inilah yang nantinya menyelenggarakan pendidikan. Salah satu lembaga penyelenggara pendidikan yang memiliki nilai strategis adalah lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Lembaga Paud memiliki potensi yang besar untuk menciptakan kompetensi para pengajar.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini hendak dilaksanakan untuk memberikan kontribusi ilmu pengetahuan dalam lingkup pendidikan luar sekolah dalam menjawab perkembangan literatur mengenai pembelajaran organisasi. Melalui Penelitian ini diharapkan memberikan penelahaan yang lebih tepat mengenai konsep pembelajaran organisasi ditinjau dari aspek pendidikan non formal.
REVIEW LITERATUR
Konsep Learning Organization
Learning organization merupakan organisasi yang belajar (learns) dengan kuat dan (secara) kolektif dan terus menerus mentransformasi dirinya dengan cara-cara yang lebih baik dalam mengumpulkan, mengelola, dan memanfaatkan pengetahuan bagi keberhasilan bersama (organisasi). Titik tekan learning organization adalah pembelajaran kolektif (bersama) dan adanya penciptaan, pengelolaan, penyebaran dan pemanfaatan pengetahuan bagi dan untuk kepentingan bersama, bukan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu, tetapi bagi keseluruhan organisasi. Semua diperoleh melalui pembelajaran kolektif, dengan nilai saling berbagi.
Marsick & Watkins (Marquardt & Reynolds, 1996) dalam Nur Azizah (2009) menyatakan bahwa yang terpenting adalah memahami prinsip-prinsip dan praktek-praktek yang menjadikan suatu organisasi mengalami pembelajaran. ”Organisasi pembelajaran bukanlah suatu resep melainkan sebuah wahana pengujian praktek-praktek yang sudah ada dan sedang berjalan.
Pengukuran Learning Organization
Dalam bukunya yang berjudul Fifth Discipline, Senge (1990) menyebutkan adanya lima disiplin yang harus dimiliki oleh organisasi yaitu 1. berpikir sistem, 2. model mental, 3. keahlian pribadi, 4. pembelajaran kelompok (tim) dan 5. visi bersama. Pendapat ini didukung oleh Marquadzt (1994) dengan menambahkan satu jenis lagi yaitu Dialog. Marquardt (1994) menambahkan satu kompetensi lagi pada lima disiplin Senge, yaitu dialog. Dialog merupakan komunikasi pada tingkat tinggi antara orang-orang dalam organisasi, melalui ekspresi bebas dan kreatif, saling mendengarkan satu sama lain, dan tidak memaksakan sudut pandang sendiri. Dialog mencakup pembelajaran bagaimana melakukan reorganisasi, membentuk interaksi untuk memajukan dan meningkatkan pembelajaran. Dialog juga merupakan media penting untuk berhubungan (connecting), penemuan (inventing), belajar berkoordinasi, dan bertindak di lingkungan kerja.
Pandangan lain menyatakan dimensi learning organization berdasarkan kebutuhannya. Blackman (2005) dalam Azizah (2009) yaitu : (i) adanya proses adaptasi, (ii) adanya pengembangan pengetahuan dengan memperhatikan hubungan tindakan dan hasil, (iii) adanya proses berbagi asumsi, pengalaman dan pengetahuan, dan (iv) adanya pelembagaan asumsi, pengalaman, pengetahuan untuk menjadi pengetahuan organisasi.
Berbeda dengan pemikiran sebelumnya, Fagenson & Burke (1999) menguraikan learning organization dalam bentuk aktivitas di organisasi, yaitu pengembangan dan perencanaan sumber daya manusia, pengembangan gaya manajemen, fasilitas visi, rancang bangun struktur organisasi dan pekerjaan (job), integrasi teknologi informasi, pengelolaan diversifikasi, perencanaan dan prakiraan masa depan (forecast). Pandangan sejalan mengenai aktifitas organisasi dikemukakan Mayo (2001), yaitu dalam learning organization tersedia pendidikan (education), pelatihan (training), pengalaman (experience), pembelajaran dari yang lain untuk mempertajam kemampuan daya pikir (brainpower), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman sumber daya manusia dalam organisasi dikembangkan bagi kemanfaatan semua stakeholders (Mayo, 2001: 196).
Beberapa pakar telah membuat deskripsi pengukuran learning organization Orlando et. al., menyebutkan lima prediktor adanya learning organization, yaitu: (i) pendidikan dan pelatihan, (ii) penghargaan dan pengakuan, (iii) aliran informasi, (iv) visi dan strategi organisasi, (v) serta pengembangan individual dan tim kerja. Pandangan lain dikemukakan Jyothibabu et al. (2010). Ia membentuk Instrumen Pengukuran Dimensi Pembelajaran terdiri atas Variabel continuous learning (pembelajaran berkesinambungan/terus-menerus), dialogue and inquiry (dialog dan penelaahan), team learning (pembelajaran tim), embedded system (sistem terpadu), employee empowerment (penguatan SDM/pegawai), system connection (hubungan sistem), leadership for learning (kepemimpinan untuk pembelajaran).
Dalam penelitian ini Learning Organization (LO) diukur dengan menggunakan Marquadzt (2004) yaitu LO dihitung dengan 5 sub sistem (dimensi) yaitu : Dinamika Belajar (DB). Transformasi Organisasi (TrO), Pemberdayaan Manusia (PM), Pengelolaan Pengetahuan (PP) dan Aplikasi Teknologi (AT).
METODOLOGI
Metode Sampling
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif. Jumlah sampel responden sebanyak 591 terdiri dari berbagai kategori. Mayoritas berasal dari kota Bandung, perempuan dan sudah menikah. Responden meliputi berbagai latar belakang pendidikan SD sampai D3. Metode sampling yang dipergunakan adalah quota sampling. Pemilihan responden dilakukan dengan menjadikan organisasi sebagai unit analisis. Setiap kecamatan dikirimkan 2 lembaga Paud anggota IGTKI dan 2 anggota Himpaudi.
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dalam dua jenis, yaitu deskriptif dan inferensia. Pengolahan data statistik deskriftif untuk mengukur seberapa baik learning organization yang ada di lembaga Paud di kota Bandung. Metode perhitungannya sebagai berikut. Jawaban responden berada pada rentang skala 1-4. (satu sangat tidak setuju , 2 tidak setuju, 3 setuju dan 4 sangat setuju). Jawaban seluruh responden akan dikalikan dengan angka 10. Hasil perhitungan rata-rata akan dinilai dengan ukuran sebagai berikut: nilai 10-17 dianggap buruk, 18-24 dianggap cukup, 25-32 dianggap baik dan 33-40 dianggap sangat baik. Seluruh perhitungan dilakukan untuk nilai Learning Organization maupun nilai sub sistem (dimensi) Learning Organization.
Statistik inferensia dilakukan untuk menguji hipotesis yaitu : kategori dan jenis induk organisasi terhadap nilai LO dan Subsistemnya. Hipotesis ini diajukan dengan menggunakan statistik Anova. Hipotesis Kedua tentang Volume organisasi dan harga layanan terhadap Learning organization dan subsistemnya. Hipotesisi ini diuji dengan menggunakan statistik Korelasi Pearson. Kedua pengujian statsitik menggunakan tingkay keyakinan 99%, Hipotesis diterima dengan syararat nilai signifikansi < 0.01.
Hasil dan Pembahasan
Nilai LO menurut organisasi penyelenggara
Berdasarkan pengolahan data terhadap 88 organisasi penyelenggara paud di Kota Bandung diperoleh hasil nilai Learning Organization dan lima subsistem tergolong baik dan sangat baik. Tabel 1 menunjukkan bahwa Hasil menunjukkan kecenderungan memiliki kategori sangat baik lebih banyak. Hasil ini menunjukkan bahwa organisasi lembaga pendidikan penyelenggara Paud memiliki komitmen yang tinggi terhadap kegiatan pembelajaran organisasi.
No | Item | LO | DB | TrO | PM | PP | AT | ||||||
B | SB | B | SB | B | SB | B | SB | B | SB | B | SB | ||
1 | n | 40 | 48 | 23 | 65 | 36 | 52 | 35 | 53 | 35 | 53 | 62 | 26 |
2 | % | 45 | 55 | 26 | 74 | 41 | 59 | 40 | 60 | 40 | 60 | 70 | 30 |
Tabel 1. Kategori Nilai LO dan Subsistem menurut Organisasi Penyelenggara
Keterangan
LO=Learning Organization, DB = Dinamika Belajar, TrO= Transformasi Organisasi, PM = Pemberdayaan manusia, PP= Pengelolaan Pengetahuan, AT= Aplikasi Teknologi.
B= baik , SB = Sangat Baik
Untuk nilai LO lembaga bernama Al Jannah, TK An-Nahl yang memiliki nilai diatas 39. Bahkan beberapa lembaga memiliki nilai sempurna untuk satu atau lebih subsistem. TK An Nahl untuk PP, Pelangi Ceria memiliki nilai AT sempurna 40, TK Dwi Pramanik skor sempurna untuk Dinamika belajar. TK Imanda dan Bhayangkari 21 untuk TrO dan PP, TK Atikan memiliki nilai sempurna untuk Transformasi Organisasi, Pemberdayaan Manusia dan pengelolaan Pengetahuan. Tabel 2 berikut akan menjelaskan nilai LO dan Subsistem untuk seluruh responden.
Tabel 2. Nilai LO dan Subsistem Seluruh Responden
No | Item | Nilai | Kategori |
1 | Learning Organization (LO) | 33,68 | Sangat Baik |
2 | Dinamika Belajar (DB) | 34,74 | Sangat Baik |
3 | Transformasi Organisasi (TrO) | 33,83 | Sangat Baik |
4 | Pemberdayaan Manusia (PM) | 34,14 | Sangat Baik |
5 | Pengelolaan Pengetahuan (PP) | 34,27 | Sangat Baik |
6 | Aplikasi Teknologi (AT) | 31,44 | Baik |
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai LO dan keempat subsistem tergolong sangat baik. Nilai subistem AT menjadi satu-satunya yang berbeda. Sub sistem DB yang memiliki nilai paling tinggi, diikuti dengan PP, PM, Tro. Hal ini menunjukkan bahwa di Kota Bandung lembaga Paud telah mampu menerapkan LO dengan baik, jika ada hal yang kurang baik hanya karena keterbatasan fasilitas Teknologi Informasi untuk mendukung nilai AT.
Pengaruh kategori Kualitas dan jenis induk organisasi terhadap nilai LO dan Sub sistemnya.
Kategori Organisasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok Lembaga Paud berkembang dan Maju. Hasil pengujian tabel 4 berikut menyajikan hasil pengujian.
Variabel & Sub Sistem | Kategori | Nilai | Uji F | Signifikansi | Kesimpulan | |
Learning Organization (LO) | Maju | 33,2 | 3,927 | 0,048 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Berkembang | 33,85 | |||||
Dinamika Belajar (DB) | Maju | 34,73 | 0,003 | 0,959 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Berkembang | 34,74 | |||||
Transformasi Organisasi (TrO) | Maju | 32,8 | 13,736 | 0,000 | Perbedaan Signifikan | |
Berkembang | 34,18 | |||||
Pemberdayaan Manusia (PM) | Maju | 33,22 | 12,116 | 0,001 | Perbedaan Signifikan | |
Berkembang | 34,46 | |||||
Pengelolaan Pengetahuan (PP) | Maju | 33,67 | 4,626 | 0,032 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Berkembang | 34,48 | |||||
Aplikasi Teknologi (AT) | Maju | 31,61 | 0,227 | 0,634 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Berkembang | 31,38 |
Tabel 3. Pengujian Anova Pengaruh Kategori Organisasi terhadap LO dan Subsistemnya
Hasil menunjukkan bahwa Lembaga yang berkembang justru memiliki LO lebih baik dibandingkan dengan lembaga yang maju. Walaupun demikian hanya ada dua subsistemyang berpengaruh yaitu TrO dan PM. Untuk kedua subsistem ini nilai kelompok Lembaga Paud yang berkembang signifikan berbeda dengan yang maju. Hasil ini menunjukkan bahwa lembaga yang berkembang justru memiliki kemauan yang kuat untuk menciptakan organisasi belajar.
Pengujian kedua tentang induk Organisasi. Induk Organisasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu Induk Organisasi IGTKI Bandung (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia) dan yang kedua Himpaudi Kota Bandung (Himpunan Paud Indonesia). Tabel 4 berikut menyajikan hasil pengujian.
Nama Dimensi/Variabel | Organisasi Induk | Nilai | Uji F | Signifikansi | Kesimpulan | |
Learning Organization (LO) | IGTKI | 33,68 | 0,0066 | 0,9354 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Himpaudi | 33,71 | |||||
Dinamika Belajar (DB) | IGTKI | 34,71 | 0,1890 | 0,6639 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Himpaudi | 34,83 | |||||
Transformasi Organisasi (TrO) | IGTKI | 33,71 | 0,5349 | 0,4648 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Himpaudi | 33,95 | |||||
Pemberdayaan Manusia (PM) | IGTKI | 33,96 | 1,7051 | 0,1921 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Himpaudi | 34,38 | |||||
Pengelolaan Pengetahuan (PP) | IGTKI | 34,18 | 0,4047 | 0,5249 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Himpaudi | 34,39 | |||||
Aplikasi Teknologi (AT) | IGTKI | 31,86 | 4,3034 | 0,0385 | Perbedaan Tidak Signifikan | |
Himpaudi | 30,99 |
Tabel 4. Pengujian Anova Pengaruh Induk Organisasi terhadap LO dan Subsistemnya
Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa tidak ada pengaruh organisasi induk terhadap Nilai Learning Organization (LO) . Walaupun demikian hasil menunjukkan bahwa Lembaga Paud yang dinaungi oleh Himpaudi lebih baik dibandingkan dengan IGTKI dalam hal LO dan sub sistem DB, TrO, PM,PP. Hanya satu sub sistem himpaudi lebih rendah yaitu AT. Hal ini menarik karena walaupun tidak signifikan, tetapi lembaga Paud yang bernaung di Himpaudi umumnya bukanlah sekolah yang tergolong mapan dibandingkan TK.
Pengaruh Volume Organisasi dan Harga Layanan Terhadap LO dan Subsistemnya.
Volume organisasi diukur melalui yaitu jumlah murid dan jumlah guru. Sedangkan Harga layanan diukur dengan melalui harga SPP/Bulan dan Harga Uang pangkal dalam satuan rupiah. Hasil pengujiannya dapat dilihat dari Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Korelasi Volume Organisasi dan Harga Layanan terhadap LO dan Sub Sistemnya
Item | Uji Statistik | Variabel Karakteristik Paud | |||
Volume Organisasi | Harga Layanan | ||||
Murid | Guru | SPP/Bulan | Uang Pangkal | ||
Learning Organization (LO) | Pearson Correlation | -,116** | -,003 | ,009 | -,015 |
Sig. (2-tailed) | ,005 | ,947 | ,842 | ,739 | |
Dinamika Belajar (DB) | Pearson Correlation | -,043 | ,045 | ,031 | -,004 |
Sig. (2-tailed) | ,296 | ,278 | ,475 | ,923 | |
Transformasi Organisasi (TrO) | Pearson Correlation | -,161** | -,067 | -,045 | -,065 |
Sig. (2-tailed) | ,000 | ,101 | ,295 | ,139 | |
Pemberdayaan Manusia (PM) | Pearson Correlation | -,171** | -,050 | -,059 | -,086* |
Sig. (2-tailed) | ,000 | ,228 | ,169 | ,049 | |
Pengelolaan Pengetahuan (PP) | Pearson Correlation | -,126** | -,021 | -,046 | -,075 |
Sig. (2-tailed) | ,002 | ,606 | ,285 | ,086 | |
Aplikasi Teknologi (AT) | Pearson Correlation | -,012 | ,067 | ,122** | ,125** |
Sig. (2-tailed) | ,763 | ,103 | ,005 | ,004 |
Berdasarkan tingkat keyakinan 99%, diketahui bahwa seluruh nilai signifikansi > 0.01, kecuali AT terhadap SPP/Bulan dan Uang Pangkal. Hasil di atas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan, kecuali Harga layanan dengan AT. Hal ini dimungkinkan karena semakin mahal harga layanan lembaga Paud, maka fasilitas IT (Information Technologi semakin baik).
Kesimpulan
Berdasarkan Penelitian ini disimpulkan bahwa
- Nilai Learning Organization dan sub sistemnya Lembaga Paud di Kota Bandung tergolong sangat baik. Nilai AT terendah diduga karena rendahnya Fasilitas IT di Lembaga Paud.
- Sebagian besar tidak ada pengaruh antara kategori maju tidaknya lembaga Paud terhadap LO.
- Tidak ada pengaruh antara Induk Organisasi terhadap LO dan Sub Sistemnya
Diskusi
Hasil menarik dari penelitian ini adalah penilaian LO dan Subsistem sebagian besar tidak dibedakan oleh kategori majunya Lembaga. Padahal umumnya lembaga yang tergolong maju selalu dianggap memiliki keunggulan. Bahkan hasil meunjukkan bahwa Lembaga Paud yang sedang berkembang memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga yang maju. Atas dasar ini perlu pendalaman kajian lanjutan dengan menggunakan metode kualitatif untuk menjawab LO apa yang sebenarnya terjadi di Lembaga Paud.
Hasil lainnya adalah lembaga IGTKI yang dianggap lebih mapan ternyata tidak signifikan memiliki LO yang lebih baik, bahkan di banyak kategori nilainya lebih kecil. Hasil ini menjadikan tema menarik untuk penelitian lanjutan, tentang penyelenggaraan LO yang telah baik di lembaga yang tergolong masih sangat sederhana.
DAFTAR REFERENSI
- Jyothibabu (2010). “ Talcher Super Thermal Power Station, NTPC Limited, Orissa, India Ayesha Farooq Aligarh Muslim University, Aligarh, India, and Bibhuti Bhusan Pradhan Siksha O. Anusandhan University, Bhubaneswar, India
Dewey, J. (1938/1997). Experience and education. New York: Simon and Schuster.
Dewey, J. (1916/1997). Democracy and education: An introduction to the philosophy of education. New York: Free Press.
Donna Grant Dunn (2009). “An Analysis Of Informal Learning In The 21st Century Workplace”. Capella University.
Dunn ( 2009)” informal learning provides an arena for adult learners in the workplace to consider what they know, the new knowledge that will be acquired, and how it can bridge the gap for what is not known.
Marquardt, Michael J., and Angus Reynolds., (1994), The Global Learning Organization, New York : Irwin Proffesional Publishing.
Marquardt, Michael J., (1999), Action Learning in Action : Transforming Problems andPeople for World-Class Organizpzational Learning, CA : Davies – Black Publishing
Nicole M. Scuderi (2007). “Perceptions of the Principal of a Learning Organization:. ProQuest Information and Learning Company
Nur Azizah Rahmanawati (2009). Analisis Peta Potensi Learning Organization Di BPSDM Hukum Dan Ham Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI.
Senge, Peter M., (1990), The Fifth Discipline (The Art and Practice of The Learning Organization), Doubleday Dell Publishing Group.
Wenger, E. (1998). Communities of practice: Learning, meaning and identity. New York: Cambridge University Press.
Wenger, E. (1996). Communities of practice: The social fabric of a learning organization [Electronic version]. The Healthcare Forum Journal, 39 (4) 20 – 25.
Wilson Sitanggang “ Penerapan Learning Organization Pada Kantor Pelayanan Pajak Kramat Jati, Jakarta . Pasca Sarjanan Kekhususuan Admnistrasi Universitas Indonesia