Rini Wardiana [Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Bulukerto, Nadi, Bulukerto, Wonogiri Kode Pos57697].
ABSTRAK
Pembelajaran Menulis Puisi mengalami berbagai hambatan. Hambatan tersebut berasal dari siswa maupun guru. Siswa kurang berminat terhadap pembelajaran Menulis Puisi. Siswa kurang tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan gagasan/ide ke dalam larik-larik puisi yang disebabkan oleh minimnya perbendaharaan kata dan siswa kurang memiliki kosakata yang memadai. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam memilih kata yang tepat dan sesuai untuk menulis puisi serta tidak memahami bagaimana merangkaikan kata-kata menjadi sebuah puisi.
Hambatan yang lain adalah berasal dari guru. Guru kurang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi pembelajaran Menulis Puisi. Guru kurang mampu dalam menerapkan dan memilih model pembelajaran yang inovatif dan variatif sehingga proses pembelajaran yang berlangsung sangat membosankan. Pembelajaran Menulis Puisi masih bertumpu pada pembelajaran klasik konvensional dengan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu guru melaksanakan penilaian hanya pada tataran Pengetahuan dan Pemahaman Konsep.
Teknik Pembelajaran ”Simpan Pinjam” adalah Teknik Pembelajaran menggunakan prinsip-prinsip Simpan Pinjam.
Kata Kunci : Menulis Puisi, Teknik Pembelajaran Simpan Pinjam
PENDAHULUAN
Ada berbagai permasalahan yang perlu segera mendapat pemecahan dalam pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi, diantaranya minat dan motivasi siswa, kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan dan model pembelajaran, penilaian yang masih bersifat teoretik, materi pembelajaran yang dapat memberikan nilai kebermanfaatan bagi siswa, penggunaan media yang tepat dan sesuai, serta sumber belajar yang memadai.
Motivasi merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini guru perlu introspeksi, apakah dirinya telah dapat memanfaatkan berbagai macam rangsangan, sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi? Jika hal tersebut telah dilaksanakan oleh guru dengan sebaik-baiknya maka diharapkan para siswa akan merasa senang untuk menulis puisi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kompetensi menulis yang dimilikinya. Di samping motivasi, prinsip nilai kebermanfaatan dari apa yang mereka dapatkan dalam pembelajaran juga memegang peranan yang penting. Dengan memahami akan perlunya Menulis Puisi siswa akan merasa ”butuh” dan selanjutnya mereka akan mengikuti pembelajaran Menulis Puisi dengan sungguh-sungguh.
Pemilihan metode guru yang tak pernah berubah serta tidak inovatif juga merupakan permasalahan dalam pembelajaran Menulis Puisi. Guru yang menggunakan metode secara konvensional, tak pernah berubah akan membuat rasa jenuh bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk bersifat kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode, teknik mau pun model pembelajaran. Untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi dan untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu digunakan teknik pembelajaran yang tepat. Teknik Pembelajaran ”Simpan Pinjam” merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi. Istilah Simpan Pinjam biasa digunakan dalam istilah Ekonomi/ Koperasi, yaitu menyimpan sejumlah uang kepada suatu organisasi/ perkumpulan dengan aturan-aturan tertentu untuk dipinjamkan kepada anggota perkumpulan tersebut dengan aturan tertentu pula.
Istilah bidang Ekonomi/Koperasi ini dapat pula diterapkan dalam pembelajaran Kompetnsi Menulis Puisi. Disebut teknik ”Simpan Pinjam” karena pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi ini menggunakan prinsip-prinsip Simpan Pinjam. Adapun prinsip-prinsip yang dilakukan dalam pembelajaran dengan teknik ini adalah sebagai berikut: 1) Siswa wajib menyimpan sejumlah kata yang berhubungan dengan tema penulisan puisi sesuai dengan ketentuan dalam bentuk kartu, 2) Pada saat akan menulis puisi siswa berhak untuk meminjam sejumlah kata-kata sesuai ketentuan, dan 3) Dari hasil pinjaman itulah siswa menggunakannya sebagai modal untuk menulis puisi. Dengan teknik ”Simpan Pinjam” siswa yang merasa kesulitan dalam memilih kata-kata akan terbantu dan selanjutnya dapat mengembangkannya ke dalam puisi. Dengan teknik ini siswa diharapkan akan memperoleh kemudahan dalam mengembangkan imaji melalui kata-kata yang tertuang dalam kartu simpanan atau pun pinjaman.
Hakikat Kompetensi Menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu peristiwa sehingga timbul komunikasi (Tarigan, 1982:9). Sedangkan menurut The Liang Gie (2002:3) ”mengarang atau menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami”. Dengan demikian, kompetensi menulis adalah kemampuan atau kecakapan seseorang berupa segenap rangkaian kegiatan untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca.
Agar dapat menuangkan gagasan, informasi secara tepat seorang penulis harus menggunakan bahasa dan pilihan kata yang tepat sehingga pesan atau informasi tersebut dapat diterima oleh pembaca dengan tepat pula. Hal ini hanya akan dapat terlaksana dengan adanya latihan-latihan yang intensif dan terarah tidak hanya sekadar memahami teori-teori yang ada. Menulis merupakan salah satu aspek penting dari empat aspek pembelajaran bahasa yaitu mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Aspek mendengarkan dan membaca merupakan aspek reseptif dalam kegiatan berbahasa. Sedangkan berbicara dan menulis termasuk ke dalam aspek produktif. Dari hasil membaca dan mendengarkan seseorang akan memproduksinya melalui aspek berbicara dan menulis.
Kompetensi menulis puisi sebagai salah satu bagian dari aspek berbahasa harus dipelajari oleh siswa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Standar Isi yang dituangkan ke dalam Standar Kompetensi butir 8 yaitu Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. Standar Kompetensi ini terurai menjadi Kompetensi Dasar ke 8.2 yaitu Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima.
Hakikat Puisi
Puisi bisa didefinisikan sebagai karangan yang terikat oleh: a) banyak baris dalam tiap bait, b) banyak kata dalam tiap baris, c) banyak suku kata dalam tiap baris, d) rima, dan e) irama (Wirdjosoedarmo dalam Pradopo, 1993:5). Definisi tersebut sudah tidak cocok lagi, mengingat sekarang ini bermunculan wujud puisi yang bermacam-macam seperti puisi naratif karya WS Rendra, puisi tipografi karya Sutardji Calzoum Bachri dan lain sebagainya. Puisi-puisi yang ada sekarang sudah tidak lagi terpasung oleh aturan-aturan jumlah kata maupun suku kata dalam tiap lariknya. Demikian pula rumusan persajakan, tidak lagi menjadi pedoman utama dalam menulis puisi.
Dari uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa pengertian puisi tidak lagi terbatas pada sebuah karangan yang terikat oleh jumlah baris, kata, suku kata maupun rumusan persajakan. Puisi merupakan ekspresi pemikiran penulis yang dapat membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digunakan dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993:7). Puisi sebagai karya seni mengandung nilai-nilai keindahan. Dalam puisi kata-kata tidaklah keluar dari simpanan ingatan. Kata-kata dalam puisi itu lahir dan dilahirkan kembali (dibentuk) pada waktu pengucapannya sendiri. Dalam puisi tak ada perbedaan antara kata-kata dan pikiran. Kata- kata yang tertuang dalam puisi adalah wakil dari pikiran penulisnya. Oleh karena itu diksi atau pilihan kata dalam penulisan puisi sangatlah penting.
Unsur-unsur Pembentuk Puisi
Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi atau disebut juga bentuk fisik dan bentuk batin. Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya bait-bait puisi itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Adapun yang termasuk dalam struktur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi dan tipografi. Struktur batin puisi meliputi tema, nada, perasaan, dan amanat (Waluyo dalam Jabrohim, 2003:34).
Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan satu kesatuan dan unsur yang satu dengan yang lain menunjukkan hubungan keterjalinan yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini dikemukakan mengenai unsur-unsur pembangun puisi tersebut.
-
Diksi atau pilihan kata, yaitu kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki masyarakat pendengar. Pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.
- Pengimajian, adalah gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkan gambaran tersebut. Pengimajian disebut juga citraan (imagery). Oleh penyair imaji diberi peran untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran. Imaji yang tepat akan lebih hidup dan lebih segar.
- Kata Konkret, adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan dan suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksutnya kata-kata itu diupayakan agar pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
- Bahasa Figuratif, disebut juga majas yaitu kiasan yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna. Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
- Versivikasi, meliputi ritma, rima dan metrum. Ritma adalah irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima merupakan pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh (1) jumlah suku kata yang tetap, (2) tekanan yang tetap, dan (3) alun suara menaik dan menurun yang tetap.
- Tipografi, merupakan pembeda awal yang dapat dilihat untuk membedakan puisi dengan prosa. Tipografi adalah bentuk puisi.
- Tema, adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut merupakan dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair. Untuk mengetahui tema puisi kita harus membaca keseluruhan puisi tersebut dengan cermat.
- Nada, adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir atau bisa jadi bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
- Perasaan, perasaan penyair yang terekspresikan dalam puisi. Perasaan inilah yang membuat sebuah puisi menjadi berbeda meskipun temanya sama.
- Suasana, adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Ini berarti sebuah puisi akan membawa akibat psikologis pada pembacanya.
- Amanat atau tujuan, adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.
Pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi dengan Model ”Simpan Pinjam”
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Uzer Usman, 2002:4). Dalam proses belajar mengajar guru bukan lagi sebagai satu-satunya nara sumber. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berdasar pada proses belajar dari berbagai sumber baik dari guru maupun siswa.
Seorang guru harus bijak dalam menentukan strategi, memilih metode, menerapkan teknik pembelajaran serta selalu berinovasi dalam menciptakan model pembelajaran. Hal itu harus dilakukan sebagai salah satu wujud dari bentuk profesionalitas seorang guru. Dengan berlaku bijak dalam menjalankan profesinya maka siswa akan dengan mudah menerima informasi maupun pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak mempunyai rasa jenuh ataupun bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru yang kreatif akan mendorong siswa untuk berlaku kreatif pula. Salah satu teknik pembelajaran yang mampu merangsang kreativitas siswa dalam mengembangkan kompetensi menulis puisi adalah pembelajaran dengan teknik ”Simpan Pinjam”. Pembelajaran menulis puisi dengan teknik ”Simpan Pinjam” adalah pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan prinsip berikut:
-
Siswa wajib menyimpansejumlah kata yang berhubungan dengan tema penulisan puisi sesuai dengan ketentuan dalam bentuk kartu.
- Pada saat akan menulis puisi siswa berhak untuk meminjam sejumlah kata-kata sesuai ketentuan.
- Dari hasil pinjaman itulah siswa menggunakannya sebagai modal untuk menulis puisi.
- Siswa yang mempunyai banyak simpanan maupun pinjaman dan memanfaatkan kata-kata tersebut dalam menulis puisi mendapat skor tambahan.
- Penyimpanan dan peminjaman dilakukan pada sebuah ”BANK KARTU KATA”.
- Dalam ”BANK KARTU KATA” juga terdapat kata-kata dari investor, yaitu guru itu sendiri.
- Proses pembelajaran dilaksanakan atas dasar pendekatan Quantum Teaching yaitu pembelajaran yang meriah dan menyenangkan.
Penilaian dalam pembelajaran menulis puisi ini tidak semata-mata menilai pengetahuan dan pemahaman konsep saja melainkan aspek psikomotor dan sikap juga tidak lepas dari penilaian. Adapun media yang digunakan dalam teknik pembelajaran ini adalah kartu kata berukuran 3 cm x 3 cm. Kartu ini digunakan siswa untuk menuangkan kata-kata yang hendak disimpan yang kemudian akan dipinjam oleh siswa lain. Media lain adalah sebuah kotak besar berbentuk kubus (bekas kardus Mie Instant) yang akan digunakan sebagai tempat penyimpanan kartu kata tersebut. Pada karton ini dituliskan kata-kata ”BANK KARTU KATA”
Simpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan teknik ”Simpan Pinjam” kemampuan menulis puisi siswa dapat meningkat karena teknik ”Simpan Pinjam” dapat membantu siswa dalam menentukan pilihan kata saat akan menulis puisi.
Teknik ”Simpan Pinjam” juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena dengan teknik ”Simpan Pinjam” siswa dapat melakukan eksplorasi serta mampu bersosialisasi..Dengan teknik ”Simpan Pinjam” pembelajaran menulis puisi dapat berlangsung lebih menarik, menyenangkan dan tidak menjemukan.
C. Saran
Guru hendaknya melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan teknik yang bervariasi sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru hendaknya bijak dalam memilih metode, model, teknik maupun media pembelajaran agar penilaian dalam pembelajaran menulis puisi tidak bersifat teoretik.
Bagi siswa, perlu melaksanakan pembiasaan guna meningkatkan kemampuan menulis puisi, serta jangan ragu-ragu untuk melakukan inovasi dan mengembangkan kreativitas. Bagi Kepala Sekolah hendaknya selalu memberi dukungan kepada guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran, serta dapat memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses pembelajaran dengan menggunakan teknik ”Simpan Pinjam”. Kepala Sekolah agar memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, mengembangkan profesinya baik melalui pelatihan, penataran ataupun mengikuti kegiatan MGMP.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu JS. 1984. Sari Kesusasteraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contxtual Teaching and Learning). Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Andi
Hasnun, Anwar.2005. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: Andi Ofset.
Ismail, Taufik. 1999. Apresiasi Sastra. Jakarta: Depdikbud
Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pradopo, Rachmad Djoko. 1993. Pengkajian Puisi .Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Teeuw,A. 2984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya
Menulis Puisi Melalui Teknik Pembelajaran Simpan Pinjam
Rini Wardiana [Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Bulukerto, Nadi, Bulukerto, Wonogiri Kode Pos57697].
ABSTRAK
Pembelajaran Menulis Puisi mengalami berbagai hambatan. Hambatan tersebut berasal dari siswa maupun guru. Siswa kurang berminat terhadap pembelajaran Menulis Puisi. Siswa kurang tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan gagasan/ide ke dalam larik-larik puisi yang disebabkan oleh minimnya perbendaharaan kata dan siswa kurang memiliki kosakata yang memadai. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam memilih kata yang tepat dan sesuai untuk menulis puisi serta tidak memahami bagaimana merangkaikan kata-kata menjadi sebuah puisi.
Hambatan yang lain adalah berasal dari guru. Guru kurang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi pembelajaran Menulis Puisi. Guru kurang mampu dalam menerapkan dan memilih model pembelajaran yang inovatif dan variatif sehingga proses pembelajaran yang berlangsung sangat membosankan. Pembelajaran Menulis Puisi masih bertumpu pada pembelajaran klasik konvensional dengan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu guru melaksanakan penilaian hanya pada tataran Pengetahuan dan Pemahaman Konsep.
Teknik Pembelajaran ”Simpan Pinjam” adalah Teknik Pembelajaran menggunakan prinsip-prinsip Simpan Pinjam.
Kata Kunci : Menulis Puisi, Teknik Pembelajaran Simpan Pinjam
PENDAHULUAN
Ada berbagai permasalahan yang perlu segera mendapat pemecahan dalam pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi, diantaranya minat dan motivasi siswa, kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan dan model pembelajaran, penilaian yang masih bersifat teoretik, materi pembelajaran yang dapat memberikan nilai kebermanfaatan bagi siswa, penggunaan media yang tepat dan sesuai, serta sumber belajar yang memadai.
Motivasi merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini guru perlu introspeksi, apakah dirinya telah dapat memanfaatkan berbagai macam rangsangan, sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi? Jika hal tersebut telah dilaksanakan oleh guru dengan sebaik-baiknya maka diharapkan para siswa akan merasa senang untuk menulis puisi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kompetensi menulis yang dimilikinya. Di samping motivasi, prinsip nilai kebermanfaatan dari apa yang mereka dapatkan dalam pembelajaran juga memegang peranan yang penting. Dengan memahami akan perlunya Menulis Puisi siswa akan merasa ”butuh” dan selanjutnya mereka akan mengikuti pembelajaran Menulis Puisi dengan sungguh-sungguh.
Pemilihan metode guru yang tak pernah berubah serta tidak inovatif juga merupakan permasalahan dalam pembelajaran Menulis Puisi. Guru yang menggunakan metode secara konvensional, tak pernah berubah akan membuat rasa jenuh bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk bersifat kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode, teknik mau pun model pembelajaran. Untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi dan untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu digunakan teknik pembelajaran yang tepat. Teknik Pembelajaran ”Simpan Pinjam” merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi. Istilah Simpan Pinjam biasa digunakan dalam istilah Ekonomi/ Koperasi, yaitu menyimpan sejumlah uang kepada suatu organisasi/ perkumpulan dengan aturan-aturan tertentu untuk dipinjamkan kepada anggota perkumpulan tersebut dengan aturan tertentu pula.
Istilah bidang Ekonomi/Koperasi ini dapat pula diterapkan dalam pembelajaran Kompetnsi Menulis Puisi. Disebut teknik ”Simpan Pinjam” karena pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi ini menggunakan prinsip-prinsip Simpan Pinjam. Adapun prinsip-prinsip yang dilakukan dalam pembelajaran dengan teknik ini adalah sebagai berikut: 1) Siswa wajib menyimpan sejumlah kata yang berhubungan dengan tema penulisan puisi sesuai dengan ketentuan dalam bentuk kartu, 2) Pada saat akan menulis puisi siswa berhak untuk meminjam sejumlah kata-kata sesuai ketentuan, dan 3) Dari hasil pinjaman itulah siswa menggunakannya sebagai modal untuk menulis puisi. Dengan teknik ”Simpan Pinjam” siswa yang merasa kesulitan dalam memilih kata-kata akan terbantu dan selanjutnya dapat mengembangkannya ke dalam puisi. Dengan teknik ini siswa diharapkan akan memperoleh kemudahan dalam mengembangkan imaji melalui kata-kata yang tertuang dalam kartu simpanan atau pun pinjaman.
Hakikat Kompetensi Menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu peristiwa sehingga timbul komunikasi (Tarigan, 1982:9). Sedangkan menurut The Liang Gie (2002:3) ”mengarang atau menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami”. Dengan demikian, kompetensi menulis adalah kemampuan atau kecakapan seseorang berupa segenap rangkaian kegiatan untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca.
Agar dapat menuangkan gagasan, informasi secara tepat seorang penulis harus menggunakan bahasa dan pilihan kata yang tepat sehingga pesan atau informasi tersebut dapat diterima oleh pembaca dengan tepat pula. Hal ini hanya akan dapat terlaksana dengan adanya latihan-latihan yang intensif dan terarah tidak hanya sekadar memahami teori-teori yang ada. Menulis merupakan salah satu aspek penting dari empat aspek pembelajaran bahasa yaitu mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Aspek mendengarkan dan membaca merupakan aspek reseptif dalam kegiatan berbahasa. Sedangkan berbicara dan menulis termasuk ke dalam aspek produktif. Dari hasil membaca dan mendengarkan seseorang akan memproduksinya melalui aspek berbicara dan menulis.
Kompetensi menulis puisi sebagai salah satu bagian dari aspek berbahasa harus dipelajari oleh siswa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Standar Isi yang dituangkan ke dalam Standar Kompetensi butir 8 yaitu Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. Standar Kompetensi ini terurai menjadi Kompetensi Dasar ke 8.2 yaitu Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima.
Hakikat Puisi
Puisi bisa didefinisikan sebagai karangan yang terikat oleh: a) banyak baris dalam tiap bait, b) banyak kata dalam tiap baris, c) banyak suku kata dalam tiap baris, d) rima, dan e) irama (Wirdjosoedarmo dalam Pradopo, 1993:5). Definisi tersebut sudah tidak cocok lagi, mengingat sekarang ini bermunculan wujud puisi yang bermacam-macam seperti puisi naratif karya WS Rendra, puisi tipografi karya Sutardji Calzoum Bachri dan lain sebagainya. Puisi-puisi yang ada sekarang sudah tidak lagi terpasung oleh aturan-aturan jumlah kata maupun suku kata dalam tiap lariknya. Demikian pula rumusan persajakan, tidak lagi menjadi pedoman utama dalam menulis puisi.
Dari uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa pengertian puisi tidak lagi terbatas pada sebuah karangan yang terikat oleh jumlah baris, kata, suku kata maupun rumusan persajakan. Puisi merupakan ekspresi pemikiran penulis yang dapat membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digunakan dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993:7). Puisi sebagai karya seni mengandung nilai-nilai keindahan. Dalam puisi kata-kata tidaklah keluar dari simpanan ingatan. Kata-kata dalam puisi itu lahir dan dilahirkan kembali (dibentuk) pada waktu pengucapannya sendiri. Dalam puisi tak ada perbedaan antara kata-kata dan pikiran. Kata- kata yang tertuang dalam puisi adalah wakil dari pikiran penulisnya. Oleh karena itu diksi atau pilihan kata dalam penulisan puisi sangatlah penting.
Unsur-unsur Pembentuk Puisi
Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi atau disebut juga bentuk fisik dan bentuk batin. Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya bait-bait puisi itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Adapun yang termasuk dalam struktur fisik puisi adalah diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi dan tipografi. Struktur batin puisi meliputi tema, nada, perasaan, dan amanat (Waluyo dalam Jabrohim, 2003:34).
Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan satu kesatuan dan unsur yang satu dengan yang lain menunjukkan hubungan keterjalinan yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini dikemukakan mengenai unsur-unsur pembangun puisi tersebut.
-
Diksi atau pilihan kata, yaitu kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki masyarakat pendengar. Pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra.
- Pengimajian, adalah gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkan gambaran tersebut. Pengimajian disebut juga citraan (imagery). Oleh penyair imaji diberi peran untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran. Imaji yang tepat akan lebih hidup dan lebih segar.
- Kata Konkret, adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan dan suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksutnya kata-kata itu diupayakan agar pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
- Bahasa Figuratif, disebut juga majas yaitu kiasan yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna. Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
- Versivikasi, meliputi ritma, rima dan metrum. Ritma adalah irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima merupakan pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh (1) jumlah suku kata yang tetap, (2) tekanan yang tetap, dan (3) alun suara menaik dan menurun yang tetap.
- Tipografi, merupakan pembeda awal yang dapat dilihat untuk membedakan puisi dengan prosa. Tipografi adalah bentuk puisi.
- Tema, adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut merupakan dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair. Untuk mengetahui tema puisi kita harus membaca keseluruhan puisi tersebut dengan cermat.
- Nada, adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui, menasihati, mengejek, menyindir atau bisa jadi bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
- Perasaan, perasaan penyair yang terekspresikan dalam puisi. Perasaan inilah yang membuat sebuah puisi menjadi berbeda meskipun temanya sama.
- Suasana, adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Ini berarti sebuah puisi akan membawa akibat psikologis pada pembacanya.
- Amanat atau tujuan, adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.
Pembelajaran Kompetensi Menulis Puisi dengan Model ”Simpan Pinjam”
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Uzer Usman, 2002:4). Dalam proses belajar mengajar guru bukan lagi sebagai satu-satunya nara sumber. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berdasar pada proses belajar dari berbagai sumber baik dari guru maupun siswa.
Seorang guru harus bijak dalam menentukan strategi, memilih metode, menerapkan teknik pembelajaran serta selalu berinovasi dalam menciptakan model pembelajaran. Hal itu harus dilakukan sebagai salah satu wujud dari bentuk profesionalitas seorang guru. Dengan berlaku bijak dalam menjalankan profesinya maka siswa akan dengan mudah menerima informasi maupun pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak mempunyai rasa jenuh ataupun bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru yang kreatif akan mendorong siswa untuk berlaku kreatif pula. Salah satu teknik pembelajaran yang mampu merangsang kreativitas siswa dalam mengembangkan kompetensi menulis puisi adalah pembelajaran dengan teknik ”Simpan Pinjam”. Pembelajaran menulis puisi dengan teknik ”Simpan Pinjam” adalah pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan prinsip berikut:
-
Siswa wajib menyimpansejumlah kata yang berhubungan dengan tema penulisan puisi sesuai dengan ketentuan dalam bentuk kartu.
- Pada saat akan menulis puisi siswa berhak untuk meminjam sejumlah kata-kata sesuai ketentuan.
- Dari hasil pinjaman itulah siswa menggunakannya sebagai modal untuk menulis puisi.
- Siswa yang mempunyai banyak simpanan maupun pinjaman dan memanfaatkan kata-kata tersebut dalam menulis puisi mendapat skor tambahan.
- Penyimpanan dan peminjaman dilakukan pada sebuah ”BANK KARTU KATA”.
- Dalam ”BANK KARTU KATA” juga terdapat kata-kata dari investor, yaitu guru itu sendiri.
- Proses pembelajaran dilaksanakan atas dasar pendekatan Quantum Teaching yaitu pembelajaran yang meriah dan menyenangkan.
Penilaian dalam pembelajaran menulis puisi ini tidak semata-mata menilai pengetahuan dan pemahaman konsep saja melainkan aspek psikomotor dan sikap juga tidak lepas dari penilaian. Adapun media yang digunakan dalam teknik pembelajaran ini adalah kartu kata berukuran 3 cm x 3 cm. Kartu ini digunakan siswa untuk menuangkan kata-kata yang hendak disimpan yang kemudian akan dipinjam oleh siswa lain. Media lain adalah sebuah kotak besar berbentuk kubus (bekas kardus Mie Instant) yang akan digunakan sebagai tempat penyimpanan kartu kata tersebut. Pada karton ini dituliskan kata-kata ”BANK KARTU KATA”
Simpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan teknik ”Simpan Pinjam” kemampuan menulis puisi siswa dapat meningkat karena teknik ”Simpan Pinjam” dapat membantu siswa dalam menentukan pilihan kata saat akan menulis puisi.
Teknik ”Simpan Pinjam” juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena dengan teknik ”Simpan Pinjam” siswa dapat melakukan eksplorasi serta mampu bersosialisasi..Dengan teknik ”Simpan Pinjam” pembelajaran menulis puisi dapat berlangsung lebih menarik, menyenangkan dan tidak menjemukan.
- C. Saran
Guru hendaknya melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan teknik yang bervariasi sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru hendaknya bijak dalam memilih metode, model, teknik maupun media pembelajaran agar penilaian dalam pembelajaran menulis puisi tidak bersifat teoretik.
Bagi siswa, perlu melaksanakan pembiasaan guna meningkatkan kemampuan menulis puisi, serta jangan ragu-ragu untuk melakukan inovasi dan mengembangkan kreativitas. Bagi Kepala Sekolah hendaknya selalu memberi dukungan kepada guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran, serta dapat memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses pembelajaran dengan menggunakan teknik ”Simpan Pinjam”. Kepala Sekolah agar memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, mengembangkan profesinya baik melalui pelatihan, penataran ataupun mengikuti kegiatan MGMP.
DAFTAR PUSTAKA