BEKASI– Kepala SMA Islam Darul Abror di Kota Bekasi, MJ, memang keterlaluan. Begitu lihat anak yatim yang ‘bening’ ia naksir berat. Padahal, di rumah sudah punya istri. Ia suka mengirim SMS yang intinya ingin menjadi pacarnya.
Mengetahui, MJ sudah berkeluarga, Wina tentu saja menolak. Ia tidak meladeni cinta sang kepsek itu. Karena cinta Cuma bertepuk sebelah tangan, MJ pun mengeluarkan aji pamungkasnya, mengeluarkan Wina dari sekolah.
Kabar yang diembuskan, Wina Nidaul Gina, 17, warga Kelurahan Kebonjati, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, dilaporkan sebagai pengganggu rumah tangga sang kepsek. Ujungnya ia gagal mengikuti ujian nasional (UN) tahun ini di SMA DA Bekasi.
Penolakan cinta itu juga membuat Wina harus menerima sanksi drop out (DO). Wina dikeluarkan pihak sekolah dengan tiga dalih, Wina dinilai telah merusak rumah tangga kepala sekolah SMA DA, menghina dengan perkataan kasar, dan bersikap tidak wajar.
“Semua yang dituduhkan pihak sekolah dalam surat DO itu tidak pernah saya lakukan,”kata Wina membela diri.
Tindakan Salah
Pejabat di Dinas Pendidikan Kota Bekasi Jawa Barat menilai tindakan pihak sekolah mengeluarkan Wina dari SMA Islam Darul Abror saat ujian nasional (UN) adalah tindakan yang salah.
“Upaya mengeluarkan Wina dari sekolah adalah tindakan yang salah karena dilakukan saat UN, yang berdampak pada gangguan psikologis siswa,” ujar Dedi Junaedi, Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Bekasi, di Bekasi, Jumat (20/4/2012).
Wina dikeluarkan dari sekolah setelah mengikuti hari pertama UN, Senin (16/4/2012). Selanjutnya, ia dan keluarga mengadukan hal itu kepada dinas pendidikan (disdik) setempat sebelum akhirnya pulang ke kampungnya di Kelurahan Kebonjati, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat.
“Untuk mengikuti UN susulan pada 23-26 April di SMAN 1 Kota Bekasi, Wina membutuhkan surat keterangan dari dokter bahwa yang bersangkutan sehat secara psikologis agar bisa berkonsentrasi saat ujian,” katanya.
Menurut Dedi, Wina mengalami stres setelah dikeluarkan dari sekolah. Kondisi tersebut tidak bisa dipaksakan untuk mengikuti ujian susulan.
“Wina hanya akan mengulang sisa mata pelajaran yang diujikan selain Bahasa Indonesia, yang sudah dikerjakannya pada hari pertama,” ujarnya.

Wina Nidaul Gina di rumahnya di Sukabumi. -kompas.com-
Menurut dia, hasil pertemuan pihaknya dengan Kepala Sekolah Darul Abror berinisial MS belum membuahkan kesimpulan apa pun. Alasannya, MS mengeluarkan pernyataan yang bertolak belakang dengan pernyataan Wina dan keluarganya.
Dalam surat resmi yang dikeluarkan pihak sekolah disebutkan bahwa Wina telah melakukan tiga kesalahan yang berujung pada keputusan untuk dikeluarkan dari sekolah. Ia dinilai merusak rumah tangga kepala sekolah, menghina dengan perkataan kasar dan kurang wajar, serta mencemarkan nama baik kepala sekolah di jejaring sosial Facebook.
“MS tidak mengakui laporan pihak keluarga yang menyebutkan bahwa Wina dikeluarkan akibat merusak rumah tangga kepala sekolah,” katanya.
Menurut Dedi, MS beralasan bahwa Wina berkelakuan tidak baik dan kerap membuat onar, termasuk dengan menyebarkan isu tentang hubungannya dengan kepala sekolah.
“Menurut MS, Wina mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai siswa Darul Abror secara lisan dengan nada emosi, dan hal itu diterima sekolah,” katanya.
Walau demikian, kata dia, kasus tersebut saat ini telah ditangani oleh Inspektorat Pemerintah Kota Bekasi. “Inspektorat telah turun tangan. Tugas kita (Disdik) saat ini hanya memberikan jaminan bahwa Wina bisa ikut ujian susulan dan memperoleh ijazah,” ucap Dedi. (ant/kompas/okezone/my).
— —
http://bekasipos.com/index.php/bekasi-raya/jurnal-bekasi/1402-menolak-cinta-kepsek-wina-pun-gagal-un.html