Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Boneka Jari di Kelas I Sekolah Dasar
Oleh Rina Andriani
Abstrak
Aspek berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan, bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan baik lisan maupun tulisan. Namun dalam kenyataannya siswa mendapat kesulitan dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan maupun minat yang ada dalam dirinya. Hal ini terlihat jelas dari hasil tes menunjukkan sekitar 50 % siswa kurang berani untuk berbicara die pan kelas. Untuk mengatasi permasalahan di atas upaya yang dilakukan adalah dengan memodifikasi beberapa strategi pembelajaran yang dapat membangkitkan minat keinginan serta ungkapan perasaan secara tidak disadari oleh siswa itu sendiri. Strategi boneka jari tepat diberikan pada siswa kelas satu sesuai engan perkembangan fisik dan psihisnya. Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas satu ini terdiri dari dua siklus. Adapun hasil penelitian dari siklus 1 ke siklus 2 sekitar 13,5 % keberanian siswa dalam berbicara meningkat.
Kata Kunci
Keberanian, berbicara boneka jari
Pendahuluan
Dalam standar kurikulum Peraturan Menteri No. 22 tahun2006 bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, social dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharpkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengemukakan perasaan dan gagasan.
Bahasa sebagai alat komunikasi dalam hubungan antar individu baik secara lisan maupun tertulis. Aspek berbicara merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan di jenjang Sekolah Dasar. Untuk itu melatih keberanian siswa dalam berbicara di depan kelas merupakan focus utama yang ingin dikembangkan sebagai dasar keterampilan berbicara dalam berkomunikasi lisan secara aktif.
Namun pada kenyataannya hamper 60 % siswa masih belum ada keberanian mengaktualisasikan berbicara di depan kelas. Berdasarkan maalah di atas ada beberapa penyebab siswa tidak ada keberanian untuk berbicara di depan kelas antara lain, faktor lingkungan keluarga.
Siswa kurang aktif dalam berkomunikasi dengan teman sebaya. Untuk mengatasi masalah di atas ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam memotivasi kepada siswa agar dapat memberanikan diri untuk berbicara di depan kelas.
Strategi yang digunakan adalah boneka jari. Strategi ini diawali dengan siswa menggambar jari telunjuk dengan gambar wajah, bias laki-laki maupun perepuan. Selanjutnya siswa secara bergiliran tampil di depan kelas untuk memainkan jari0jarinya dengan disertai dialog/percakapan. Kemudian siswa yang satu dengan yang lainnya memerankan jari- jarinya dengan komunikatif.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka perumusan masalahnya sebagai berikut.
- Upaya apakah yang dilakukan dalam meningkatkan keberanian siswa berbicara di depan kelas ?
- Apakah melalui strategi boneka jari dapat meningkatkan keberanian siswa berbicara di depan kelas ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
- Ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek berbicara agar memiliki keberanian untuk tampil bebicara di depan kelas.
- Ingin lebih mengoptimalisasikan pembelajaran dengan menggunakan strategi boneka jari sebagai motivasi siswa dalam meningkatkan proses pembelajaran
Manfaat Hasil Penelitian
Bagi Siswa:
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang memiliki masalah di kelas dalam meningkatkan keberanian dalam berbicara di depan kelas sehingga dapat mengaktualisasikan dirina dengan berperan serta dalam pembelajaran.
Bagi Guru :
Dengan dilaksanakan PTK ini sebagai bahan introspeksi dalam meningkatkan kemampuan mengajar dengan mengoptimalisasikan pembelajaran di kelas untuk lebih memotivasi belajar siswa serta melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Metode
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk siklus pertama dapat dijabarkan sebagai berikut.
- Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.
- Membuat scenario pembelajaran dengan menggunakan strategi boneka jari dimulai dari yang paling kongkrit sampai dengan abstrak.
- Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses pembelajaran yang terjadi antara interaksi guru dan siswa di kelas ketika mengaplikasikan strategi boneka jari
- b. Menggunakan alat Bantu mengajar sebagai media pembelajaran yaitu gambar tunggal, gambar berseri, poster, benda-benda yang ada seperti boneka,mainan dalam rangka mengoptimalisasikan pembelajaran.
- c. Mendesain alat evaluasi untuk mengukur sejauh mana peningkatan keberanian siswa dalam aspek berbicara.
- Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan scenario pembelajaran yang elah direncanakan dengan mengkondisikan siswa dalam pembelajaran.
- Observasi
Anggota peneliti yang mebantu menjadi pengamat melaksanakan tugasnya dalam proses pembelajaran dengan mengobservasi pelaksanaan tindakan dipandu lembar observasi yang telah dibuat.
Selain itu pengamat juga membuat catatan-catatan di luar instrument observasi karena ada hal-hal yang terjadi pada waktu pelaksanaan tindakan. Seperti pada waktu memainkan boneka jari ada siswa laki-laki yang mempermainkan jarinya mengganggu temannya sampai menangis.
- Refleksi
Hasil yang didapatkan dari pengamat berdasarkan lembar observasi yang dibuat untuk guru menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan tindakan, guru masih belum memusatkan perhatiannya ke segala arah sehingga ada beberapa siswa yang kurang diperhatikan dan memmbuat keributan serta mengganggu temannya. Hasil pengamatan bagi siswa masih ada sebagian siswa yang belum sepenuhnya memperhatikan sehingga ketika mendapatkan giliran untuk meperagakan kebingungan. Seelah didiskusikan dengan peneliti, pengamat dan pendamping,untuk siklus berikutnya yang harus ditingkatkan adalah untuk guru yaitu memperbaiki metoda pembelajaran. Sedangkan untuk siswa ada tugas tambahan bermain peran berpasangan secara bergilir ke depan kelas untuk membiasakan melakukan percakapan aktif.
Pembahasan
Penelitian tinakan kelas yang dilaksanakan pada siklus I, telah dibicarakan antara peneliti dan pengamat. Setelah melalui refleksi maka data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada waktu pelaksanaan tinakan maupun hasil penilaian test siswa serta proses pelaksanaan tindakan di dalam kelas tidak lepas dari pengamatan. Seperti ketika guru sedang melakukan interaksi dengan siswa ada beerapa catatan dari pengamat sebagai bahan refleksi untuk diperbaiki dalam siklus selanjutnya. Anatara lain pandangan guru dalam kelas kurang menyeluruh kepada siswa serta metode yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang optimal sehingga ada sebagian siswa yang kuran diperhatikan. Dalam siklus ini siswa terlihat kurang antusias dalam menanggapi semua materi yang diberikan, sehingga ketika ada sesi Tanya Jawab, tidak semua siswa dapat menjawab dengan keberadaanya. Terlihat ada beberapa siswa yang tidak memperdulikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal di atas dicatat dengan seksama oleh pengamat sebagai refleksi untuk bahan perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada lembar pengamatan yang telah disiaapkan sebagai bahan untuk didiskusikan oleh pengamat dan peneliti setelah diamati mendapat data-data sebagai berikut.
Kesimpulan
Kemampuan berbicara siswa dapat dikembangkan melalui berbagai cara, antara lain dengan mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan, gagasan,minat dalam bahasa lisan yang komunikatif. Sehingga siswa dibiasakan untuk memiliki kemampuan dalam keterampilan berbicara.
Saran
Diharapkan dalam setiap pembelajaran ada temuan yang dapat dikembangkan untuk memperbaiki setiap kekurangan dengan sesuatu yang inovatif dan dapat memberikan peningkatan metode maupun media pembelajaran berupa teknik pembelajaran, multi metode maupun media pembelajaran.
Daftar Rujukan
Bhineka Karya, 2004. Dalam Bahasa Sebagai Penalaran. Bandung. Jawa Barat.
Dasim Budimansyah. 2002. Model Pembelajaran Portofolio. Jakarta.
Dedi Supriadi. 2003. Modul Bimbingan Belajar dan Pengelolaan Kelas Yang Kontrukstivistik. Program Pasca Sarjana UPI : Bandung.
Deni Koswara. 2003. Modul Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Yang Katif, Kreatif, dan Menyenangkan. Program Pasca Sarjana UPI : Bandung.
Engkoswara. 1984. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, Bina Aksara. Jakarta
Nuhajir, Noeng. 1997. Analisis dan Refleksi dalam penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Depdikbud
Nana Sujana. 1998. Dalam Pembelajaran Yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan. Program Pasca Sarjana UPI. Bandung.
Raka Joni T. 1998. Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahan. PCP PPGSM Dirjen Dikti
Sumarno. 1997. Pedoman Pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas. Yogya. Dirjen Dikti.
PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA
DALAM KARYA ILMIAH POPULER
Oleh : Rina Andriani
Abstrak
Ciri khas yang semestinya dilakukan para insan kampus adalah melakukan kegiatan menulis karangan ilmiah. Sebelum hal itu dilakukan, harus menentukan topik yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dari karya tersebut. Selain itu harus menentukan sasaran pembaca yang akan menggeluti karya yang dihasilkan. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan ragam bahasa yang sebaiknya digunakan agar mudah dipahami oleh para pembaca.Menulis karangan ilmiah populer harus memenuhi beberapa syarat yang tercakup di dalamnya. Sayarta-syarat yang dimaksud meliputi pemilihan kata yang baik dan tepat, menyajikan susunan kalimat yang logis dan terartur, pembuatan paragraph yang pendek dan memiliki kesatuan yang utuh atau koheren.
Pendahuluan
Salah satu cirri khas masyarakat akademik adalah membuat karya ilmiah. Dalam kegiatan penulisan karya ilmiah tersebut, penulis harus memilih dan menentukan hal-hal yang akan ditulis, juga hrus mengerti dan mengetahui segala sesuatu yang akan dikemukakannya. Selain dari itu, penulis juga harus memperhitungkan dan mempertimbangkan pihak pembaca/ golongan pembaca yang mungkin akan membaca tulisan itu, lalu menentukan cara pengumpulan bahan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dikemukakannya itu, kemudian merealisasikannya dalam bentuk bentuk tulisan atau karangan.
Dalam pembuatan karya tulis hendaknya disadari bahwa kegiatan menulis ini harus melalui tahap-tahap tertentu yaitu, menentukan pokok masalah dan khalayak pembaca, mencari, mengumpulkan, dan menentukan bahan yang ada kaitannya dengan masalah, memilih dan menyusun bahan itu dalam suatu kerangka tulisan, merealisasikannya dalam bentuk karangan atau tulisan, dan akhirnya menuliskan karangan atau tulisan sebelum dipublikasikan.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam membuat karya tulis ini, merupakan proses berpikir, kecuali langkah terakhir.
Menggunakan bahasa yang menyangkut dalam kegiatan proses menuliskan bahan yang sudah dikumpulkan tadi ke dalam bentuk karya ilmiah. Sehubungan dengan penggunaan bahasa tadi, akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti.
- Bagaimanakah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi ?
- Apakah tujuan yang ingin dicapai dalam menulis karangan ilmiah ?
- Ragam bahasa apa yang digunakan dalam menulis karangan ilmiah itu ?
Dengan ketiga pernyataan itu, diharapkan dapat memberikan petunjuk tentang penggunaan bahasa Indonesia yang efektif dan efisien. Namun demikin tidak berarti dengan adanya ketiga jawaban dari pertanyaan di atas, cara penulisan karangan ilmiah selesai.
Fungsi Bahasa
Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa sebagai salah satu cirri pembeda utama manusia dengan mahluk lainnya di dunia ini (Tarigan, 1986 : 3-4)
Sedangkan Lubis (1991: 3 -4) mengemukakakan bahwa banyak pendapat berbeda tentang fungsi bahasa. Pakar-pakar bahasa ada yang membagi funsi bahasa itu atas empat bagian, ada pula lima bagian; dan ada pula yang mebaginya atas enam dan tujuh bagian.Finocchinartio membagi fungsi bahasa menjadi enam dan tujuh bagian yaitu. Personal, interpersonal,directif, referensial, dan imnajinatif.
Bahasa digunakan orang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain, atau bahasa digunakan sebagai salah satu alat komunikasi (Effendi, 1980 :3)
Berdasarkan pengamatan (Effendi), fungsi bahasa dapat digunakan pembicara untuk berbasa-basi, bersopan santun atau menyenangkan orang yang diajak berbicara, sebelum pembicaraan sesungguhnya dimulai. Kedua digunakan pembicara untuk mengajak orang lain berbuat sesuatu sejalan dengan maksud tuturan. Ketiga digunakan pembicara untuk menjelaskan sesuatu kepada orang yang diajak berbicara, dengan harapan orang itu memahami apa yang dijelaskan. Informasi diungkapkan melalui tuturan itu menjadi perhatian peserta pembicaraan. Keempat digunakan pembicara untuk mengungkapkan perasaan, sikap, pribadi, dan citra tentang sesuatu kepada orang lain, dengan harapan orang lain tergugah oleh perasaan, sikap pribadi dan citra itu untuk mencapai maksud itu, pembicaraan memberikan hal yang konkrit. Informasi yan terungkapkan dalam tuturan itu tidak begitu penting bagi pembicara.
Secara singkat bahasa berfungsi sebagai (a) basa basi (ceremonial), (b) mengajak/membujuk (direktif), (c) menjelaskan (d) mengungkapkan perasaan dan menjelmakan citra (ekspresif).
Fungsi-fungsi bahasa yang kita gunakan, didasarkan atas tujuan kita berkomunikasi. Berbeda tujuan akan berbeda pula alat komunikasi itu, baik bentuknya maupun sifatnya (Lubis, 1991 :3). Berdasarkan fungsi bahasa itu, maka gambaran yang diungkapkan di atas merupakan gambaran besar. Gambaran fungsi bahasa yang sesungguhnya akan serumit gambaran maksud dan sikap orang berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam waktu pertemuan diskusi tentang kenakalan remaja mialnya, bahasa yang digunakan pembicara bukan semat-mata untuk menjelaskan fungsi informative, tetapi juga sekaligus untuk menyakinkan peserta diskusi, bahwa yang dijelaskan itu benar dengan berbagai alasan dan pembuktian fungsi argumentative, dan dengan menunjukkan /memberikan hal yang kongkrit fungsi deskriptif. Tuturan yang digunakan untuk melaksanakan sekalgus fungsi informative, argumentative, dan deskriptif, tentu lebih rumit daripada tuturan yang hanya berfungsi informative. Dalam kegiatanberpidato pada peresmian penggunaan kantor baru misalnya, mungkin kita mendengar bahasa yang digunakan, bukan semata-mata untuk berbasa-basi, melainkan untuk menjelaskan sesuatu, tentang sesuatu, menunjukkan sesuatu, dan membujuk dengan harapan pendengar merasa senanng memahami yang dijelaskan, dan percaya tetang yang dijelaskan itu benar, dan dapat bersedia untuk melaksanakan bujukan itu. Tuturan/ungkapan kalimat yang digunakannya pun beragam, sesuai dengan beragamnya fungsi yang dikehendaki pembicara.
Keanekaragaman fungsi bahasa seperti yang dikemukakan di atas, dapat kita temui dalam bermacam-macam karangan atau tulisan misalnya berita dalam surat kabar, bahasa yang digunakan untuk menyampaikan berita. Dalam tajuk rencana surat kabar/majalah, bahasa yang digunakan biasanya untuk menjelaskan sesuatu, dan untuk menyakinkan pembaca tentang sesuatu itu, Ragam bahasa untuk menjelaskan dan meyakinkan pembaca. Bagaimanakah ragam bahasa yang dipakai dalam karangan ilmiah populer ?. Dan apakah yang dimaksud karangan ilmiah populer itu ?
Karangan Ilmiah Populer
Beberapa hal untuk memahami yang dimaksud karangan ilmiah populer, diantaranya adalah (10 memahami tujuan penulis dalam menulis karangan, (20 memahami hal-hal yang ditulisnya, dan (3) memahami khalayak pembaca yang dijadikan sasaran. Mengenai tujuan menulis, apa yang ditulis, dan khalayak sa yang akan pembaca, merupakan tiga hal yang dapat mempengaruhi pemilihan ragam bahasa yang akan digunakan.
Apabila kita membaca karangan ilmiah popular, akan dapat kita lihat baeberapa tujuan penulis dalam menulis karangan tersebut.
- penulis bertujuan menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang ditulis kepada pembaca. Hal ini dapat kita lihat dari paparan berikut ini.
Kebudayaan selalu berada dalam proses perubahan. Perubahan proses tersebut bersumber pada perubahan-perubahan yang terjadi pada unsr-unsur yang berada dalam ekosistem di mana manusia, kebudayaan dan masyarakat merupakan sebagian daripadanya.
Paparan di atas menunjukkan bahwa penulis bermaksud menjelaskan sesuatu (tentang kebudayaan) kepada pembaca . Pembaca diharapkan dapat memahami segala hal yang dijelaskan penulis.
- Penulis bertujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa hal-hal yang dijelaskan itu benar, seperti yang terdapat pada contoh berikut.
Tidaklah dapat disangkal lagi bahwa pada Negara-negara yang sedang berkembang, perubahan kebudayaan yang cepat itu banyak terjadi, termasuk juga di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh program-program pembangunan yang bersumber pada konsep-konsep pemikiran ilmiah dan modern, sering tidak sesuai dengan pola-pola kebudayaan yang ada dalam masyarakat setempat di negara-negara yang sedang berkembang tersebut.
Dengan mengemukakan beberapa fakta dan alas an, penulis berusaha meykinkan bahwa yang dikemukakan itu benar dan pembaca diharapkan dapat menerima kebenaran itu
- Penulis bertujuan memeriksa/mendeskripsikan hal penting yang berkaitan dengan sesuatu, seperti terdapat pada contoh berikut ini.
Setiap hari, setiap saat kita berbuat sesuatu, bertindak, bereaksi karena dipengaruhi oleh perbuatan orang lain ini semua tidak terlepas dari suatu proses, yaitu proses berkomunikasi. Misalnya saja kita menambah ilmu pengetahuan dengan membaca buku,majalah professional atau terbitan lain, kita mengontrol dan mengeritik beritapada pemerintah maupun masyarakat, dapat kita lakukan melalui mass media, dan kita dapat membeli sesuatu barang, karena mengetahui dari iklan yang terdapat pada sebuah media cetak (Effendi, 1980 : 4 – 6).
Pada contoh-contoh di atas, dikemukakan hal-hal yang konkrit, dan penulis sengaja menggambarkan sesuatu, dan diharapkan pembaca melihat hal-hal yang dikemukakan tersebut, dan dapat memahami hal-hal yang diberikan itu.
Penulis sengaja menjelaskan sesuatu, meyakinkan sesuatu, dan memberikan sesuatu kepada pembaca, melalui tulisannya itu, merupakan cirri utama sebuah karangan yang biasa disebut karangan ilmiah popular. Dengan menjelaskan,meyakinkan, dan memberikan sesuatu itu, penulis karangan ilmiah populer bertujuan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan ilmu lain kepada pembaca.
Hal yang itulis dalam karangan ilmiah popular adalah sebagian informasi yang bersifat keilmuan. Informasi tersebut berkaian denan proses sesuatu, organisasi dan mekanisme sesuatu orang dan gagasan. Pertanyaan tentang sesuatu tersebut, dapat berupa benda abstrak/konkrit, benda hidup/mati.
Informasi-informasi tersebut disebut ilmiah, jika memiliki cirri-ciri, diantaranya. (1) relevan dengan fakta, (2) teruji kebenarannya berdasarkan pengamatan lansung/tak langsung dan berdasarkan penalaran, (3) konsisten dengan penjelasan lain dan secara keseluruhan penjelasan itu bersistem, (4) diperkuat dengan bahan keterangan yang lengkap, dan (5) hemat, tetapi mencakup semua fakta yang diperlukan.
Penjelasan yang menyampaikan informasi tentang keilmuan tetapi tidak memenuhi ciri-ciri tadi,tidak berhubungan dengan fakta, tidak dapat dibuktikan kebenaranya, bertentangan dengan bahan keterangan yang dikemukakan, panjang lebar tetapi sedikit fakta yang tercakup di dalamnya, dapat mengurangi kadar keilmiahan sebuah karangan. Makin tinggi kadar-kadar dalam cirri-ciri tersebut maka semakin tinggi kadar keilmiahan karangan tersebut.
Kadar keilmiahan sebuah karangan ilmiah popular berbeda dengan dengan karangan ilmiah. Perbedaanya pada tingkat kemampuan pembaca yang menjadi sasaran dari kedua jenis karangan tersebut. Pembaca karangan ilmiah popular adalah pembaca yang dianggap tidak memiliki pengetahuan yang sama dengan penegtahuan penulis karangan sedangkan pembaca karangan ilmiah adalah pembaca yang dianggap memiliki pengetahuan yang sama dengan penulis karangan.. Tingkat pengetahuan memahami yan dimiliki pembaca awam, lebih rendah daripada tingkat kemampuan memahami yang dimiliki pembaca ahli. Oleh karena itu, pada umumnya kadar kerelavanan, keterujian, kekosintenan, kelengkapan dan kehematan penjelasan-penjelasan yang terdapat dalam karangan ilmiah ppuler, tidak begitu tinggi, atau disesuaikan dengan tingkat kemmapuan pembacanya. Dengan kata lain, penjelasan-penjelasan itu lebih sederhana, tidak rumit seperti pada penjelasan yang benar-benar ilmiah.
Bahasa Indonesia Karangan Ilmiah Populer
Penjelasan-penjelasan dan keterangan-keterangan dalam karangan ilmiah popular, tentunya menggunakan bahasa. Karena itu, penelitian bahasa harus sesuai dengan tingkat kemampuan pembaca yang menjadi sasaran, bahasa tersebut harus yang terbaca. Yang menjadi pemikiran bagaimanakah menentukan pilihan bahasa yang akan digunakan dalam karangan ilmiah popular, sehingga dapat terbaca oleh pembaca sasaran ?
Belum ada ketentuan yang pasti berdasarkan penelitian tentang penggunaan bahasa Indonesia dalam karangan ilmiah popular. Oleh karena itu, hal-hal yang penulis kemukakan berikut ini masih pelu diuji kebenarannya.
1. Pilihan Kata atau Diksi
Karangan Ilmiah Populer, bertujuan menjelaskan sesuatu, meyakinkan sesuatu, ata memberikan sesuatu kepada pembaca dengan menggunakan bahasa. Sesuatu yang dikemukakan itu, diharapkan dapat dipahami pembaca sasarna. Pemahama berhubungan dengan akal dan penalaran. Dengan menggunakan kata manakah yang kita pilih, sehingga pemahaman itu lebih efektif.
- Kata-kata yang bermakna harfiah/ denotasi, bukan kata-kata yang bermakna konotasi (kias).
Pemahaman makna harfiah, berhubungan dengan akal/ penalaran.Karena itu, kata-kata yang bermakna denotasi lebih tepat digunakan dalam tujuan karangan ilmiah populer, sedangkan kata-kata yang bermakna konotasi karena dapat membangkitkan perasaan/citra tertentu pada pembaca sehingga harus dihindarkan.
- Kata –kata yang dikenal pembaca
Kata-kata yang dikenal pembaca adalah kata-kata yang digunakan sehari-hari, kata-kata istilah yang tidak terlalu teknis atau bukan istilah asing. Misalnya pengembangan intelegensi buatan seperti robot mempunyai tiga karakteristik utama. Ketiganya aalah kemampuan, reasoning, sense, dan berkomunikasi.
Kata intelegensi, dapat diganti dengan kecerdasan/kepandaian, reasoning diganti dengan bernalar, sense diganti dengan mengindra. Hal semacam ini dapat memudahkan pembaca memahami maksud kalimat tersebut.
- Kata-kata yang bermakna tepat
Pemakaian kata yang bermakna kurang tepat/tidak tepat, dapat menimbulkan kekaburan penafsiran.
Kata-kata seperti tingkat, derajat, tahap, jenjang, dan taraf memiliki makna yang hamper sama, tetapi dalam penggunaanya berbeda. Penggunaannya dalam kalimat harus jelas.
- Istilah teknis harus terbatas
Penggunaan istilah-istilah teknis yang dianggap kurang perlu, sebaiknya diganti dengan pemberian penjelasan atau pernyataan istilah dalam bahasa Indonesia.
- Penggunaan istilah dengan makna yang konsisten. Menggunakan istilah mortalitas dengan makna kematian, selanjutnya itu harus digunakan dengan makna itu, bukan makna tingkat kematian.
Pemilihan kata yang tepat dan menempatkannya di tempat yang tepat merupakan hal yang rumit. Hal ini terjadi karena makan yang terdapat dalam pikiran penulis, tidak selalu sama dengan yang ada dalam pikiran pembaca, dan kata-kata yan memiliki kemampuan terbatas dalam mengungkapkan makna sesuatu.
2. Struktur/ Susunan Kalimat
Penyusunan kalimat yang tertatur menunjukkan cara berpikir atau pola piker seseorang.
- Susunan Kalimat Yang Pendek
Susunan kalimat yang pendek biasanya lebih cepat dan mudah dipahami daripada susunan kalimat yang panjang. Susunan kalimat semacam ini biasanya menyampaikan satu gagasan, sedangkan susunan kalimat yang panjang biasanya menyampaikan beberapa gagasan. Memahami satu gagasan dalam satu kalimat lebih mudah daripada memahami beberapa gagasan dalam satu kalimat.
- Susunan Kalimat Dengan Menggunakan Kata-kata Yang Hemat
Ungkapan yang terdiri dari dua kata/lebih dapat membingungkan dan lebih sulit dipahami daripada ungkapan yang terdiri atas dua kata. (Effendi, 1980: 11)
- Susunan Kalimat Yang tidak Berbelit-belit
- Susunan Kalimat Yang Tidak Rancu
Susunan kalimat rancu adalah susunan kalimat yang menggabungkan dua bentuk gagasan/makna kalimat sehingga menjadi kacau.
- Susunan Kalimat Dengan Bentuk Kata Yang Sejajar/Paralel
Kesejajaran bentuk dengan pikiran dalam kalimat, memperjelas makna kalimat dan mempermudah pembaca memahami makna kalimat.
- Susunan Kalimat Yang Tidak Terpanggil
- Kalimat Disusun Menurut Kaidah Tatabahasa
- Penulisan Kalimat Harus Sesuai Denga Ejaan Yang Dipergunakan
Susunan Paragraf
Paragraf merupakan satuan bahasa yang lebih besar dari kalimat. Paragraf terdiri dari beberapa kalimat yang saling berhubungan. Susunan paragraph yang mudah akan cepat dipahami pembaca, adalah :
- Paragraf yang memiliki kesatuan. Paragraf sebaiknya isusun berdasarkan gagasan utama dan beberapa gagasan penunjang. Gagasan itu secara keseluruhan merupakan satu kesatuan.
- Paragraf yang pendek
Paragraf yang panjang, akan melelahkan pembaca untuk memahami susunan pikiran dalam paragraph tersebut. Sedangkan paragraph yang pendek, akan memudahkan pembaca dalam memahami dan mengikuti perkembangan pikiran dalam paragraph tersebut.
Penutup
Dalam menyusun karangan ilmiah popular, harus ditertapkan dulu tujuan yang dikehendaki melalui karya tulis itu. Juga harus memilih dan memeprtimbangkan penggunaan bahasa yang sesuai agar mudah dipahami oleh pembaca dan komunikatif.
Bermaca-macam tujuan karangan ilmiah popular, diantaranya adalah pertama untuk menjelskan sesuatu kepada pembaca tentang hubungan yang berkaitan dengan tulisan itu. Kedua, untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran yang dikemukakan penulis, dan ketiga untuk mendeskripsikan sesuatu tentang hal-hal yang penting. Ketiga tujuan itu harus ditunjang dengan data-data dan fakta-fakta yang factual,.
Penulisan karangan ilmiah popular ini harus menggunakan bahasa Indonesia yang komunikatif artinya pilihan kata/diksi,susunan kalimat/struktur kalimat, dan susunan paragraf.
Daftar Pustaka
Effendi, S. 1980. Pengajaran Bahasa dan Sastra. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta.
Lubis, A Hamid Hasa. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung. Angkasa
Tarigan, H.G. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung. Angkasa