Oleh Solichan Abdullah*).
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas bisa dimiliki semua orang dengan membangun potensi kreatif dalam dirinya . Sangat disayangkan apabila guru matematika kurang memberi kesempatan pada peserta didik untuk belajar secara kreatif, karena hal tersebut sama artinya dengan mencetak robot-robot yang hanya bertindak atas dasar remote controll dari pemiliknya.
Kata kunci: kreativitas, pembelajaran
Pendahuluan
Menurut Standar Isi dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Upaya mengembangkan kreativitas peserta didik secara optimal, terutama dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di sekolah menjadi tugas dan tanggungjawab seorang guru. Proses pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah secara umum masih jauh dari kualitas standar, walaupun banyak guru yang sudah mendapatkan sosialisasi tentang model pembelajaran yang inovatif. Salah satu masalah dalam pembelajaran matematika di SMP adalah rendahnya kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah (soal cerita), khususnya soal non rutin atau terbuka (open ended). Hal tersebut disebabkan salah satunya karena kelemahan peserta didik dalam aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif yang diperlukan untuk memecahkan masalah (Tatag; 2005:1)
Peserta didik cenderung belajar matematika dengan pola pikir imitatif dengan kacamata pikiran orang lain. Apabila hal ini dibiarkan maka dalam jangka panjang bisa berakibat mematikan kreativitas serta rasa percaya diri dari peserta didik tersebut dan bisa mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia. Peserta didik yang kreatif itu adalah peserta didik yang mempunyai kapasitas untuk membuat hal yang baru. Mampu berfikir dan bertindak untuk mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru. Kreativitas manusia melahirkan pencipta besar yang mewarnai sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya.
Di sekolah, masih ada guru matematika yang cenderung membelajarkan penyelesaian soal matematika dengan cara “menyontek” dari cara yang sudah ada. Hal itu kemudian diajarkan kembali kepada peserta didiknya dalam waktu lima menit. Padahal, seorang ahli matematika menyelesaikan soal itu bisa mencapai satu hari, sebab ahli matematika menemukan sendiri cara menjawab soal itu, sedangkan guru lebih banyak meniru cara orang lain untuk menyelesaikan soal, sehingga lebih bersifat hafalan. Cara tersebut adalah pola imitatif karena berpikir dengan jalan yang sudah ditentukan oleh orang lain. Hal itu yang menyebabkan hilangnya esensi kreativitas dalam mempelajari matematika. Orang berpikir bahwa pelajaran matematika itu kaku karena sudah pasti rumus-rumusnya. Dalam bekerja, dia lebih cenderung bersifat rutin dan tidak melakukan inovasi. Padahal, sebenarnya matematika bila diajarkan dengan proses yang benar justru merangsang kreativitas anak. Dengan demikian maka perlu ada upaya untuk mempromosikan kreativitas dalam pembelajaran matematika.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas didefinisikan sebagai proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada (Febriyanto, 2011). Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif, kadang disebut pemikiran divergen biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik).
Ciri-ciri orang yang kreatif antara lain selalu berusaha untuk menjadi tahu, melihat permasalahan sebagai hal yang menarik, tidak akan lari dan menghindar bila diberi tantangan, tidak pernah menerima begitu saja hal-hal yang dianggapnya salah, berkeyakinan bahwa setiap masalah pasti ada solusinya, tidak mudah memberikan penilaian dan mengambil sikap akan suatu ide, melihat kesulitan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan, dan menyelesaikan permasalahan dengan cara yang mungkin tidak pernah kita pikirkan.
Cara Mengembangkan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika
Guru matematika mempunyai tugas utama dalam memfasiltasi peserta didik agar mempunyai kompetensi berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh karena itu berhasil tidaknya tujuan tersebut diserahkan kepada guru untuk proaktif mendesain pembelajarannya sedemikian sehingga peserta didik tergugah semangatnya untuk selalu mengembangkan kreativitasnya dalam belajar matematika. Kemampuan kreatif inilah nantinya akan menjadi bekal dalam kehidupannya, yang pada gilirannya akan menjadi sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing dalam era persaingan global saat ini dan mendatang.
Berikut ini adalah beberapa rekomendasi bagi guru untuk membantu pengembangan kreativitas dalam kelas mereka.
- Membelajarkan peserta didik untuk menghargai dan senang dengan upaya-upaya kreatif mereka sendiri. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan peserta didik dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi (divergen).
Kemampuan berpikir kreatif itu meliputi kemampuan:
a. memahami informasi masalah, yaitu menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan.
b. menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam jawaban (kefasihan).
c. menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian dengan cara lain dan peserta didik
memberikan penjelasan tentang berbagai metode penyelesaian itu (fleksibilitas).
d. memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian membuat metode
baru yang berbeda (kebaruan)
- Menghormati peserta didik mengajukan pertanyaan yang tidak biasa, dan ide-ide dan solusi yang tidak biasa. Guru yang “konvensional” merasa tidak nyaman apabila menjumpai peserta didiknya memberi jawab atau menjawab soal matematika dengan cara yang tidak sesuai dengan yang diberikan guru.
- Menghargai ide-ide peserta didik dengan cara memberi apresiasi atau penghargaan pada mereka. Kita dapat mendorong peserta didik untuk menguji ide-ide mereka dengan cara mengkomunikasikan kepada orang lain. Hal ini mendidik peserta didik menjadi bertanggung jawab atas pendapat yang diusulkan dan akan menjadi orang yang percaya diri. Kebanyakan, peserta didik lebih bersikap taat dan patuh terhadap apa yang disampaikan oleh guru, padahal mereka sebenarnya mempunyai pendapat berbeda.
- Menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar, berpikir, dan menemukan tanpa ancaman. Penilaian sesaat, terutama pada awal latihan dan pembelajaran, membuat peserta didik takut untuk menggunakan cara-cara kreatif belajar. Kita harus menerima kesalahan mereka secara jujur sebagai bagian dari proses kreatif. Oleh karena itu disarankan agar guru lebih memperhatikan penilaian proses, penilaian otentik, jika tidak ingin penilaian hasil belajar peserta didiknya kurang memuaskan. Proses pembelajaran yang benar dan baik diharapkan dapat memberi hasil yang baik pula.
- Membangun hubungan yang intensif dengan peserta didik secara kreatif, mendorong kreativitas di dalam kelas sambil memberikan bimbingan yang memadai bagi para peserta didik. Sebagian guru senang bekerja dengan cepat dan yang penting target kurikulum tercapai. Paradigma “mengajar” seperti ini sudah tidak sesuai dengan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi saat ini.
- Mendorong rasa ingin tahu, eksplorasi, eksperimentasi, fantasi, mempertanyakan, pengujian,
dan pengembangan bakat kreatif. Para peserta didik harus didorong untuk mengembangkan
kemampuannya secara kreatif dengan cara belajar untuk mengeksplorasi dan
memvisualisasikan suatu masalah, untuk menciptakan sendiri atau untuk memodifikasi
teknik yang diberikan, untuk mendengarkan dan berdebat, untuk menentukan tujuan, untuk
bekerja sama dalam tim. Model pembelajaran yang sesuai untuk mengakomodasi hal tersebut
adalah model pembelajaran kooperatif dengan bermacam-macam tipe. Eksplorasi adalah
salah satu kegiatan yang “diwajibkan” muncul dalam setiap kegiatan pembelajaran
matematika sesuai ketentuan yang ada di Standar Proses, disamping melakukan elaborasi dan
konformasi.
- Menyediakan kesempatan untuk ekspresi kreatif, pemecahan masalah secara kreatif, dan
konstruktif terhadap perubahan yang terjadi. Kita perlu memberi “masalah yang menantang.”
Masalah tersebut harus menarik, menyenangkan, menegangkan, penting, dan merangsang
pemikiran. Sering kali masalah terbuka atau menantang dan bersifat kontekstual dan hasil
“mengejutkan.” Masalah tersebut harus “memprovokasi” peserta didik sehingga peserta didik
tergerak untuk mencari alternative solusi, walaupun perlu waktu untuk mencari cara dan
strategi yang tepat.
Masalah harus terkait dengan pengalaman hidup sehari-hari individu peserta didik yang
penyelesaiannya tidak dengan cara yang rutin dilakukan. “Soal rutin” yang selalu dihadapkan
pada peserta didik membuat peserta didik kurang tertantang, karena mereka sudah hafal
langkah-langkah yang dilakukan.
- Mempersiapkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman baru, dan membantu mengembangkan cara-cara kreatif untuk memfasilitasi mereka. Metode pembelajaran yang dipilih guru atau soal-soal yang diberikan, diharapkan tidak selalu monoton. Guru perlu memvariasikan kegiatan pembelajarannya dan mencari cara-cara yang efektif dalam memfasilitasi peserta didik yang sedang belajar.
- Peserta didik harus dihadapkan pada contoh produksi kreatif (misalnya, melalui catatan sejarah matematika, dan penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para ahli matematika). Contoh atau teladan yang ditunjukkan oleh guru melalui model guru berpikir yang divergen, berpikir-keras akan “mengilhami” peserta didik untuk melakukan hal yang sama. Guru tidak perlu memberi ceramah pada peserta didik tentang sikap-sikap yang diinginkan dalam belajar matematika. Hal itu akan menyebabkan peserta didik menjadi bosan dan tidak termotivasi untuk berpikir kreatif.
- Kegiatan heuristik seperti brainstorming, pertanyaan terbuka sesi, dan diskusi di mana ide-
ide untuk diperiksa pertimbangan tentang tujuan, struktur, keuntungan, dan kerugian. Guru
harus menyadari keingintahuan alami peserta didik, terutama peserta didik SD kelas rendah.
Kita harus membiarkan anak-anak menemukan lingkungan mereka. Mereka sendiri harus
menjelaskan dan mengklasifikasikan pengamatan mereka, aktivitas mereka, pertanyaan
mereka, dan hasilnya. Guru diharapkan hanya memberi panduan melalui hutan
“matematika”. Guru harus memahami bidang minat peserta didik dan mengaitkan bidang ini
dengan konten matematika yang relevan.
- Menganjurkan para peserta didik untuk membebaskan diri dari “berpikir konvergen” dan untuk mengembangkan empati dengan ide-ide yang bertentangan dengan mereka sendiri. Dalam proses pembelajaran diperlukan cara yang mendorong peserta didik untuk memahami masalah, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam menyusun rencana penyelesaian dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah, serta mendorong pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan guru hanya sebagai fasilitator.
- Guru harus menciptakan lingkungan yang memperhatikan komponen sosial individu dan
kreativitas peserta didik seperti: motivasi, keingintahuan, rasa percaya diri, fleksibilitas, humor, imajinasi, kebahagiaan, penerimaan diri maupun orang lain, kepuasan, dan kesuksesan.
Berdasarkan saran-saran tersebut di atas, maka guru dapat melakukan pembelajaran matematika di kelas antara lain dengan cara: merancang kegiatan pembelajaran sedemikian sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan eksplorasi, atau memberikan soal matematika yang dirancang khusus sedemikian sehingga peserta didik dapat merespon atau menjawab soal secara kreatif seperti soal berikut.
“Dua ekor anjing ditimbang beratnya 28 kg. Ada berapa ekor kucing diperlukan agar beratnya sama dengan berat dua ekor anjing tersebut?”
Masalah tersebut dirumuskan sedemikian rupa sehingga menuntut peserta didik untuk melakukan investigasi konteks, sebab tidak semua informasi diberikan secara eksplisit. Karena berat badan kambing tidak diketahui maka diperlukan kreativitas dan produktivitas berpikir peserta didik untuk mengambil keputusan matematis yang masuk akal (reasonable), misalnya dengan pengandaian. Peserta didik harus melakukan investigasi dalam melakukan pengandaian yang masuk akal, dan dapat dipertahankan nilai logis-matematisnya maupun nilai realitas-kontekstualnya.
Alternatif jawaban pertama
Peserta didik dapat membuat asumsi berat seekor kucing sama, yaitu 4 kg. Kemudian mereka melakukan penjumlahan berulang: 4 + 4 + 4 + … + 4 = 28 (diperlukan 7 ekor kucing)
Alternatif jawaban ke dua
Peserta didik yang sudah paham pembagian, dapat langsung menggunakan algoritma pembagian yaitu 28 : 4 = 7. Jadi, diperlukan 7 orang kucing dengan berat badan masing-masing 4 kg.
Cara ini sesungguhnya belum final karena pengandaian baru masuk akal secara matematis. Nilai realitasnya masih perlu diuji dengan bertanya, apakah realistis mengandaikan semua kucing beratnya sama?
Alternatif jawaban ke tiga
Peserta didik dapat dibimbing untuk membuat pengandaian yang lebih dekat dengan kenyataan. Misalnya, beberapa kucing beratnya 3 kg dan beberapa kucing yang lain beratnya 4 kg. Prosedur penyelesaiannya akan menjadi kalimat matematika terbuka sebagai berikut.
3 …+ 4 … = 28, atau dalam bahasa matematika formal dapat ditulis 3 x + 4 y = 28, dengan x dan y bilangan bulat positif (untuk peserta didik SMP). Penyelesaiannya tentu lebih dari satu, misalnya x = 8 dan y = 1 (berarti 8 ekor kucing dengan berat 3 kg dan 1 ekor kucing lain dengan berat 4 kg), penyelesaian yang lain misalnya x = 4 dan y = 4, demikian seterusnya.
Masih banyak alternatif jawaban, karena dalam kenyataan berat masing-masing kambing tidak selalu sama, apalagi bila dilihat dari aspek pengukuran berat maka hampir tidak ada kambing yang beratnya sama, karena hasil pengukuran tidak eksak. Dengan demikian soal tersebut mempunyai banyak jawab (open ended question).
Dalam rangka pengembangan kreativitas peserta didik, guru dapat memberi tantangan kepada peserta didik untuk membuat soal sendiri (problem possing) berkenaan dengan konteks soal tersebut. Dengan beberapa pancingan guru memberi arahan dalam membuat soal, misalnya karena dalam gambar ada dua macam anjing, maka berat anjing pertama 13 kg dan yang kedua 15 kg. Pertanyaannya adalah:
- dibutuhkan berapa ekor kucing agar beratnya sama dengan 2 ekor anjing yang beratnya 15 kg?, atau
- dibutuhkan berapa ekor kucing agar beratnya sama dengan 2 ekor anjing yang beratnya 13 kg?, dan masih banyak lagi soal yang dapat dikembangkan.
Dalam hal ini tampak bahwa bukan penyelesaiannya yang menjadi tujuan utama, melainkan bagaimana peserta didik:
- Mengambil keputusan setelah melakukan penyelidikan, eksplorasi, atau investigasi matematika,
- Membuat argumentasi-argumentasi matematis dan kontekstual,
- Mengkomunikasikan dan mempertahankan prosedur yang mereka lakukan.
Secara umum, untuk soal matematika terbuka seperti contoh di atas dapat diberikan catatan sebagai berikut.
1) Tidak ada konsep, operasi atau prosedur matematika yang diberikan secara eksplisit. Peserta didik mengambil keputusan sendiri tentang konsep dan prosedur yang ingin dilakukan, mencermati dan menebak sendiri penyelesaian yang akan dilakukan atau guess and check . Konsep yang mungkin digunakan pada contoh ini misalnya pembagian, perkalian, penjumlahan berulang, ataupun persamaan terbuka dengan 2 variabel berupa bilangan bulat positif (bagi peserta didik SMP), dapat juga digunakan strategi penyelesaian dengan membuat tabel, tergantung kecenderungan intelektual individual peseta didik, berdasarkan kemampuan, pengetahuan, dan pengalamannya.
2) Ada data yang harus dilengkapi sendiri oleh peserta didik, dalam hal ini data tentang berat kucing. Hal ini memerlukan kemampuan peserta didik untuk berpikir kreatif dan produktif dalam mengambil keputusan yang beralasan atau membuat estimasi yang kuat berupa pengandaian yang masuk akal terhadap berat kucing tadi.
Cara Menilai Kreativitas
Banyak guru yang tidak mengalami hambatan dalam mengajukan pertanyaan atau soal yang membutuhkan kreativitas siswa dalam mengerjakannya. Namun, tidak sedikit guru yang mengalami kesulitan dalam memeriksa hasil pekerjaan siswa dalam menentukan tingkat kreativitas siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, Utami Munandar dalam Kalra (2011) telah menetapkan 4(empat) kriteria berpikir kreatif: kelancaran, kelenturan, keaslian (orisinalitas) dan keterperincian (elaborasi).
Kelancaran dalam menjawab soal dapat dilihat pada waktu siswa sedang mengerjakan, sehingga dapat dikategorikan: sangat lancar, cukup lancar, lancar, kurang lancar dan tidak lancar.
Kelenturan dapat ditinjau dari segi konten atau gagasan, yaitu berkenaan dengan imajinasi menunjukkan imajinasi kaya atau kurang sedangkan berkenaan dengan fantasi dapat dikategorikan memiliki daya khayal tinggi atau tidak. Tentang keaslian atau orisinalitas dalam pemecahan soal siswa dapat dilihat dari hasil jawabannya merupakan hal yang sama sekali baru atau hasil modifikasi. Dalam hal elaborasi atau keterperincian hasil pekerjaan siswa dapat dilihat dari sruktur jawaban siswa menurut urutan logis atau tidak.
Strategi Dalam Pengembangan Kreativitas
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda – beda. Yang penting dalam pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ada banyak cara antara lain sebagai berikut.
- Kreativitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide – ide baru dan produk – produk yang inovatif.
- Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian pula guru meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreativitas tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah siswa yang banyak maka tidak ada waktu bagi pengembangan kreativitas.
- Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Pertama – tama yang perlu adalah proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkan produk kreatif yang bermakna.
- Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.
Penutup
Kreativitas dahulu dianggap sebagai ”anugrah yang ajaib”, yang hanya dimiliki oleh sebagian kecil orang. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah ajaib yang dimiliki semua orang. Menguraikan kekuatan kecerdasan kreatif hanyalah masalah memahami bagaimana melakukannya .
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas bisa dimiliki semua orang dengan membangun potensi kreatif dalam dirinya . Sangat disayangkan apabila guru matematika kurang memberi kesempatan pada peserta didik untuk belajar secara kreatif, karena hal tersebut sama artinya dengan mencetak robot-robot yang hanya bertindak atas dasar remote controll dari pemiliknya.
Sehubungan dengan itu maka sudah selayaknya guru mulai mendesain pembelajarannya di kelas dengan selalu mempromosikan kreativitas dalam benak pikiran peserta didiknya. Perlu dihargai guru-guru atau calon guru yang sudah melakukan penelitian tindakan kelasnya dalam rangka meningkatkan kreativitas peserta didiknya .
Daftar Pustaka
.Febriyanto. 2011. Pemanfaatan kreativitas dan Inovasi di Sebuah Perusahaan. https://docs.google.com/document/d/1XpNelKxNUjPO_WpfmI8cGHb8ZpCjHYv9iM5NYIFZm7k/edit?pli=1 diakses tanggal 26 Juni 2011.
Harris. 2010.Pengertian Kreativitas.(online) diakses tanggal 11 Maret 2010. http://tutorials-search-engine.com/download/pengertian-kreativitas-siswa-1.html
Klara,I.A. 2011. Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan. http://www.docstoc.com/docs/6356639/Handout-Kreativitas. diakses tangga 26 Juni 2011.
Tatag,Y.E.S. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui
Pengajuan Masalah. Jurnal terakreditasi “Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains”.
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.Tahun X, No. 1, Juni 2005. ISSN 1410-1866, hal
1-9.
*) Drs.Solichan Abdullah,M.Sc. Widyaiswara Utama di LPMP Jawa Timur