TEMPO Interaktif, Pontianak – Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh rupanya menganggap Ujian Nasional tak jauh berbeda dengan sepak bola. Sama-sama disesaki pelanggaran, namun bukan berarti harus dibikin tiada.
“Apa kita bilang tidak usah ada sepakbola, dibubarkan saja?” ujarnya dalam temu wicara dengan pelajar Kalimantan Barat di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Pontianak, Sabtu (27/3).
Tentu tak begitu adanya, kata dia. Jika ada pemain bola yang melakukan pelanggaran, maka wasit berwenang mengeluarkan kartu kuning. Kalau dosanya lebih besar, giliran kartu merah keluar saku, dan si pemain keluar lapangan.
“Sama dengan Ujian Nasional, kalau melanggar, ada hukumannya,” ucap Nuh saat merespons kisruh kabar bocornya soal dan jawaban UN.
Meski tak dipidana, siswa yang terbukti menggunakan bocoran UN harus dikenai sanksi harus mengulang ujiannya. “Kalau pelanggaran dianggap berat, bisa saja ujian yang diulangnya harus dilakukan tahun berikutnya,” kata dia. Jadi, solusi yang tepat menurutnya bukanlah penghapusan UN.
Wakil Presiden Boediono sependapat dengan Nuh, bahwa UN tetap harus dilaksanakan. “UN itu perlu untuk meningkatkan standar pendidikan. Bagaimana bisa melakukannya kalau tidak ada ukurannya?” ujarnya.
Ia berpendapat, hasil UN malah menjadi peta bagi pemerintah untuk mengetahui daerah mana yang tergolong tertinggal, sehingga perlu lebih dibantu pendidikannya. “Justru UN itu alat diagnosa untuk mengalokasikan dukungan,” sebutnya.
Nuh menambahkan, pemerintah dan masyarakat tidak cukup hanya memperkuat sistem UN agar kebocoran bisa berkurang. “(Kebocoran) kita tangani jangan sampai meluas. Tapi yang lebih penting ialah meningkatkan kualitas kejujuran,” tuturnya.
Untuk mengatasi problem kejujuran itulah pemerintah kini pendidikan karakter siswa. Mei nanti, Kementerian Pendidikan Nasional berencana menyampaikan konsep dasar dan pola pembentukan karakter itu kepada publik.
Bagaimanapun, Nuh menyatakan karakter yang baik atawa akhlak mulia tak bisa dibentuk hanya melalui pengajaran di kelas, namun perlu contoh dari guru, keluarga, dan masyarakat.
BUNGA MANGGIASIH
Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2010/03/27/brk,20100327-236107,id.html