Oleh Minarsih Sri Wahyuni (Pascasarjana UNISMA Malang).
BAB I
A.Rahasia Membangun Kedekatan Anak dengan Al-Qur’an
1.Perlunya Metode yang Tepat
Menjadikan anak-anak hafal Al-Qur’anul Karim dan mengajarkan mereka tentangnya merupakan suatu kepentingan yang besar dalam sebuah kehidupan. Tapi dengan syarat, hendaknya seorang mu’allim (pengajar) atau murrabbi (pendidik), menghiasi dirinya dengan warisan ilmu pengetahuan dan metode-metode pendidik yang akan membantu dalam menjalankan tugasnya serta mewujudkan misinya dengan cara yang paling tepat.
Selain itu, dia juga harus membekali didinya dengan keahlian-keahlian yang akan menyempurnakan berbagaii metode dalam mewujudkan tujuannya, tanpa menimbulkan kerugian atau mudharat pada jiwa anak-anak maupun pada masyarakat secara umum.
Berikut ini adalah penjelasan hal-hal terpenting dari metode-metode atau standar pendidikan yang bisa kita wujudkan.
1. Rumah Teladan
Rumah merupakan pemeliharaan yang paling awal, dimana anak-anak tumbuh san berkembang di dalamnya, dan mendapatkan gizi darinya. Karena itu, jika tempat pemeliharaan tersebut baik, maka akan muncullah tanaman yang baik dan buah yang lezat.
Sebaliknya, jika lingkungan keluarga jelek dn dikelilingi oleh berbagai penyakit serta polusi, maka tidak diragukan lagi, pasti setiap orang yang ada didalamnya akan menjumpai bahaya dan keburukan. Bahkan lebih dari itu, wabah penyakit tersebut akan berpindah kepada setiap orang yang mendekatinya.
Ketika Al-Qur’an dilantunkan di dalam rumah, hendaknya dilakukan dengan suara yang bagus dan tenang. Bukan dengan suara yang tinggi melebihi apa yang dibutuhkan oleh pendengar, sehingga tidak menyakiti yang lainnya.
Jika Anda mendapati perilaku-perilaku yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Al-Qur’an, maka Anda akan mendapati –tanpa sedikit pun keraguan-,bahwa setiap rumah itu akan melaksanakan perintah-perintah Al-Qur’an tanpa adanya kesungguhan atau hanya menyebabkan munculnya berbagai macam persoalan pada diri anak, di kemudian hari.
Dari uraian itu, berati tabiat dan gaya hidup rumah sangat berpengaruh untuk menumbuhkan kecintaan anak pada Al-Qur’an, akan jadi apa rumah tersebut, rumah teladan atau rumah yang hanya menjadi tempat persinggahan dan beraktifitas.
2. Memahami Karakteristik Anak Didik
Bagi seorang murrabi, ia sangat perlu untuk mengetahui karakteristik yang ada pada diri anak-anaknya, serta mengetahui perbedaan yang sangat signifikan pada setiap anak sesuai dengan fase-fase pertumbuhannya yang beraneka ragam.
Karakteristik anak-anak yang harus diingat-ingat oleh seorang murrabi untuk dapat membantu anak-anak menambah kecintaanmereka terhadap Al-Qur’anul karim:
- Hendaknya kita memahami bahwa anak bukanlah sebuah wadah yang bisa dituangkan di dalamnya ilmu pengetahuan tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Karena itu, sebelum mulai menyuruh anak menghafal Al-Qura’dalam fase apa pun, hendaknya seorang murrabi memulainya dengan komunikasi dan pendahuluan yang sesuai dengan tabiat setiap fase.
- Hendaklah kita selalu berinteraksi dengan anak dari pintu masuk yang benar yang ia miliki, serta memilih metode-metode yang sesuai dengannya. Sebagai anak, pusat konsentrasi dalam dirinya terletak pada seputar pendengaran (sensor akuistik), lainnya terletak pada seputar sesuatu yang diraba (fisik) atau sesuatu yang nyata (realistis). Sebagian dari mereka lagi, pintu masuk bagi dirinya adlah panca indera penglihatan (sensor visual).
- Hendaknya kita berinteraksi dengan kemampuan anak dalam pemahaman dan lamanya jangka waktu konsentrasi yang ia miliki. Sebab, berdasarkan tabiatnya,seorang anak itu tidak mampu untuk berkonsentrasi pada sebuah makna lebih dari beberapa hitungan menit atau lebih dari dua menit,dengan perimbangan kira-kira umurnya baru beberapa tahun.
- Hendaknya seorang murrabi mengetahui bahwa setiap fase usia anak mempunyai kebutuhan.
- Hendaknya anak senantiasa diberi makanan dengan yang sempurna dan sehat. Hal itu dapat membantu daya konsentrasi dan kemampuannya dalam menghafal Al-Qur’an serta pengulangannyasudah ia hafal.
- Hendaknya kita sediakan suasana yang menyenangkan, kondusif dan tenang, agar dapat membantu anak-anak untuk merasakan keamanan dan ketenangan, yang selanjutnya dapat membantu mereka untuk mencintai Al-Qur’an dan menghafalnya.
B.Menumbuhkan Daya Ingat Anak
Interaksi yang Bagus Dengan Daya Ingat Anak
Menghafal Al-Qur’an terkait erat dengan daya ingat, dan bersandaran yang lebih besar lagi kepada kemampuan akal. Selain itu, tingkat kecepatan hafalan (daya ingat) seseorang tergantung pada kemampuan perhatiannya. Yang mana, perhatian seseorang sangat berhubungan erat dengan kemampuannya dalam menjaga dan mengulang pengetahuan yang lalu.
Sedangkan, kelemahan untuk mengulang pengetahuanm, tidak mesti menjadi bukti akan kelemahan daya ingatnya. Namun,terkadang sifat lupa itu berpangkal kepada faktor-faktor kejiwaan atau emosional.
Analisa psikologi telah menjelaskan, bahwa berdasarkan tabiatnya, manusia cenderung untuk melupakan pengalaman-pengalaman yang menimbulkan penderitaan dalam jiwanya (baik rasa malu, takut dari hukuman, perasaan berdosa, perasaan punya kekurangan, dan lain sebagainya.)
Terkadang kelemahan itu juga berpangkal kepada kurangnya kemampuan dalam memperhatikan. Karena itu, siapa yang menekan anak-anak atau menjadikan mereka mau menghafal Al-Qur’anul Karim di bawah bayang-bayang pengalaman yang menyakitkan, terkadang hal itu akan menyebabkan munculnya jurang pemisah kejiwaan yang berbahaya dalam interaksinya dengan anak-anak, yang selanjutnya akan menimbulkan dampak negatif pada kepribadian mereka.
Bagaimana Menjaga dan Mengembangkan Daya Ingat Anak?
Seluruh kemampuan dan kemahiran merupakan pemberian yang dianugrahkan oleh Dzat Yang Maha Pemberi, Allah Swt dengan ketentuan dan keadilan.
Di antara kemampuan ini adalah daya ingat yang dijumpai pada diri manusia seluruhnya. Daya ingat adalah suatu wadah yang ada yang ada didalamnnya Al-Qur’an bisa dihafal.
Agar kita bisa menjaga daya ingat anak-anak, hendaknya kita menjaga kaidah-kaidah berikut
- Kemampuan untuk menghafal akan bertambah seiring bertambahnya umur. Bertambahnya kemampuan dari sisi cukupnya pemahaman itu lebih besar jumlahnya daripada berbagai unsur penjaganya terhadap berbagai pengetahuan, memungkinkan untuk lebih lama.
- Hendaknya kita tidak lupa,bahwa perkembangan daya ingat ini berjalan bersama perkembangan perhatian, oleh karena itu kita senantiasa mengajarkan kepadanya cara memfokuskan perhatian. Dengan syarat, hendaknya murrabi tersebut menjadi teladan. Sebab murrabi yang bersikap menekan, dan yang menyodorkan lebih dari satu perintah dalam satu waktu dan cepat emosi di tengah-tengah pekerjaannya, maka ketegangan ini pun akan berpindah kepada orang yang dididiknya. Sebagai hasil, menjadi terpengaruhlah daya ingat anak disebabkan terpengaruhnya perhatian dirinya.
- Sebuah pendidikan sangat perlu untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan anak. Karena itu, perhatian terhadap jasmani dan masalah makanan, tentunya akan sangat berpengaruh pada daya ingat anak. Seorang anak yang menyantap makanan pokok yang sempurna, maka saat itu pula kemampuan untuk memahaminya lebih besar. Di waktu yang sama merupakan keharusan untuk mencegah anak dari menyantap makanan-makanan yang ada bahan pengawetnya, bahan penyedap atau pewarna makanan. Karena komposisi-komposisi pada makanan tersebut akan memberikan dampak negatif pada kemampuan daya ingat, serta menyebabkan munculnya persoalan pada diri anak berupa banyaknya gerak namun kurang perhatian.
- Mengajari anak-anak mengenai Al-Qur’anul Karim butuh adanya pendahuluan dan praktik nyata, sehingga anak dapat merasakan nilai dari pengajaran-pengajaran ini. Di waktu yang sama, pengajaran-pengajaran itu juga akan menjadikan mantap di dalam daya ingatnya.
- Hafalan anak di usia dini terkadang memerlukan penopang dan motivasi, baik secara maknawi. Pada usia anak-anak kecil, penopang secara materi lebih utama daripada penopang secara maknawi, sehingga anak bisa merasakan bahwa ia mampu memetik hasil dari kesungguhan yang telah ia curahkan dalam menghimpun pengetahuan, atau mengingat dalam rentang waktu yang lama.
- Hafalan terikat kuat dengan kecenderungan lebih banyak kokohnya. Karena itu seorang murrabi perlu untuk mencari kecenderungan dan bakat anak-anak, sehingga mudah baginya untuk mengarahkan kemampuan anak dan mengeksplorasinya dari diri mereka tanpa susah payah. Juga perlu mengkaji dalam Al-Qur’anul Karim mengenai keadaan-keadaan yang akan memperkuat perhatian anak dan usaha untuk mengulanginya.
- Pengaturan waktu-waktu tidur dan istirahat akan membantu untuk menguatkan dan mengembangkan hafalan. Karena itu, pembuatan jadwal akan menjadi sempurna jika dengan bermusyawarah bersama anak, untuk menentukan kapan waktu-waktu untuk hafalan dan kapan waktu-waktu untuk bermain.
- Menjauhkan sarana-sarana yang membuyarkan konsentrasi akan sangat membantu perkembangan daya ingat (hafalan).Di antara sarana-sarana ini adalah menyaksikan televisi dengan acara-acara yang tidak terarah ataupun film-film kartun yang menggoda dan menarik bagi anak.
- Menyiapkan suasana kekeluargaan yang harmonis dan kejiwaan yang baik bagi anak, akan sangat membantu dalam membangkitka dan mengembangkan daya ingat.
Memilih Waktu yang Tepat Untuk Menghafal
Memilih waktu yang tepat merupakan salah satu dari metode-metode pendidikan yang paling urgen yang sangat membantu memperkuat kecintaan anak terhadap Al-Qur’anul Karim.
Seorang murrabi tidak boleh mengannggap bahwa anak ibarat sebuah alat, dimana ia bisa mengaturnya sesuai dengan waktu yang dikehendakinya dan melupakan kebutuhan serta motif-motifnya yang khusus. Dengan dalih bahwasannya tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi di atas Al-Qur’an.
Berdasarkan prinsip ini, sebagai orang tua menyangka bahwa kewajiban anak-anak terhadap Al-Qur’an adalah mempelajari pada waktu kapan pun dan dalam kondisi apa pun tanpa harus membantah dan berpaling. Ini adalah suatu kesalahan. Pada saat yang sama, hal itu akan memunculkan kebencian yang sangat dalam jiwa anak-anak disebabkan apa yang terjadi pada diri mereka menambahkan kesusahan dan penderitaan
Perlu bagi seorang murrabi yang ingin menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an dalam hati anak-anaknya, untuk memilih waktu yang tepat dalam menghafal ataupun dalam berinterksi kebenciannya terhadap Al-Qur’dengan Al-Qur’an dan tidak menggunakan waktu-waktu berikut ini :
- Sesudah begadang malam yang lama dan sedikit tidur.
- Sesudah energi badan terkuras banyak, seperti aktivitas olah raga.
- Sesudah banyak makan.
- Sesudah hari-hari efektif sekolah yang begitu padat.
- Pada waktu yang di tentukan sebelumnya untuk bermain.
- Di saat anak berada pada kondisi kejiwaan yang buruk.
- Di tengah-tengah ketegangan hubungan antara ayah dan anak, sehingga muncul kebenciannya terhadap Al-Qur”an karena perselisihan yang terjadi di antara keduanya.
Mengetahui yang Berbakat dalam Hafalan dan Mengembangkannya
Bakat merupakan pemberian dari Allah SWT. Di anugrahkannya kepada siapa saja yang di kehendaki-Nya untuk semua hikmah. Dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Di antara bakat-bakat ini adalah bakat hafalan. Terdapat perbedaan yang besar antara kemampuan hafalan Abdullah bin Abbas dan kemampuan hafalan Khalid bin Walid- semoga Allah ridho atas mereka.
Keistimewaan “Abdullah Bin Abba adalah dalam bidang hafalan dan tafsir. Adapun keistimewaan Khalid Bin Walid adalah dalam qiyadah (kepemimpinan) ketentaraan serta dalam mewujudkan kemenangan. Dan hasil pada keduanya adalah prestasi dan keunggulan.
Maka, supaya anak-anak cinta terhadap Al-Qur’an wajib bagi kita untuk memperhatikan anak-anak yang berbakat sesuai dengan bakat hafalan sebagai sumber untuk menegaskan jati dirinya. Karena tidak mungkin baginya untuk mewujudkan jati dirinya pada hal selain itu. Di samping itu hendaknya kita membuat untuknya acara-acara nyata guna mengembangkan bakatnya, serta mempersaingkan kemampuannya dengan tingkatan yang lebih tinggi sedikit dari tingkatannya.
BAB II
A.Menanamkan Cinta Anak Kepada Al-Qur’an di Usia Dini
Pada usia ini, sangat tidak mungkin keberadaan pengajaran Al-Qur’an ataupun menghafalkannya menjadi sempurna. Namun metode pendidikan yang paling utama dalam upaya menanamkan kecintaan anak-anank terhadap Al-Qur’an sesudah tahun kedua, yakni berdasarkan keteladanan. Keteladanan merupakan bagian penting dan inti dalam mengarahkan perilaku anak.
Jika ia mendengar ayahnya melantunkan Al-Qur’an, tatkala ia sedang shalat berjamah bersama kedua orang tuanya, atau jika ia melihat kedua orang tuanya –atau orang yang memerankan pendidikan keduanya- sedang melantunkan Al-Qur’an sesudah shalat atau di tengah-tengah menunggu shalat, atau ia telah terbiasa melihat keduanya berkumpul untuk membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at dalam suasana kekeluargaan yang begitu tenang. Maka semua itu akan melahirkan perasaan senang terhadap Al-Qur’an pada dirinya.
Di sisi lain, jika suatu saat anak merasa risau dengan kedua orang tuanya yang melalaikan dirinya karena membaca Al-Qur’an, lalu menghampiri keduanya dan menghentikan aktivitas keduanya, maka keduanya janganlah membentak dan menghardiknya. Namun , salah satu dari keduanya justru merengkuhnya dalam pelukannya, serta meminta kepada anak untuk mencium mushaf dan berkata kepadanya, “ini adalah kitab Allah, maukah engkaumenciumnya?” Maka anak akan merasa cinta terhadap Al-Qur’anul Karim.
Sebab, pada fase ini, anak lebih banyak belajar dengan cara taklid (mengikuti orang lain) daripada pembicara, serta tanpa disadari progarm menjadikan anak cinta Al-Qur’an pada usia ini akan menjadi sempurna dan terus mengikatnya.
- 1. Metode Menjadikan Anak Cinta Al-Qur’an pada Usia 2 Tahun
Pada usia ini, sangat tidak mungkin keberadaan pengajaran Al-Qur’an ataupun menghafalkannya menjadi sempurna. Namun, dimulainya metode-metode pendidikan yang paling utama dalam upaya menanamkan kecintaan anak-anak terhadap Al-Qur’an sesudah tahun kedua, yakni berdasarkan keteladanan.
Jika si anak mendengar ayahnya melantunkan Al-Qur’an, tatkala ia sedang shalat berjamaah bersama kedua orang tuanya, atau jika ia melihat kedua orangnya –atau orang yang memerankan pendidikan keduanya- sedang melantunkan Al-Qur’an sesudah shalat atau di tengah-tengah menunggu shalat, atau ia telah terbiasa melihat keduanya berkumpul untuk membaca Al-Kahfi di hari Jumat dalam suasana kekeluargaan yang begitu tenang. Maka, semua itu akan melahirkan perasaan senang terhadap Al-Qur’an pada dirinya.
Jika si anak memperhatikan bahwa kedua orang tuanya merasa gembira dengan adanya seorang syaikh yang melantunkan Al-Qur’an, saat keduanya sedang memutar-mutar channel radio, lalu keduanya duduk untuk mendengarkan syaikh tersebut dengan penuh perhatian dan ketenangan. Maka, si anak akan belajar menaruh perhatian dengannya dan tidak mengutamakan sesuatu yang lain atasnya.
Karena itu, jika Anda hendak menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an pada anak-anaknya berusahalah untuk menjadi teladan yang baik dalam berinteraksi dengan Al-Qur’anul Karim.
- 2. Metode Menjadikan Anak Cinta Al-Qur’an pada Usia 3-5 Tahun
Tahun ini merupakan salah satu dari fase-fase usia penting dalam menjalankan program keluarga bagi anak. Begitu pula dalam hal menanamkan akhlak.
Pada fase ini pula, hendaknya kita memberikan pengajaran kepada anak tentang adab terhadap Al-Qur’an. Misalnya, ia tidak boleh mwnggunting kertaasnya, tidak meletakkan di tanah, tidak menaruh sesuatu di atasnya, tidak membawa masuk ke dalam kamar mandi atau WC, tidak boleh menulisi dengan pena di dalamnya, atau hendaknya ia mendengarkan Al-Qur’an tersebut dengan penuh perhatian ketika ia dibacakan kepadanya. Karena itu, pada usia ini, sangat mungkin bagi kita untuk memulai mengajarkan kepadanya bacaan Al-Qur’an yang benar, dengan cara kita ajari sendiri atau memilihkan seorang guru ngaji.
Perlu diingat bahwa sekali-sekali tidak sepantasnya bagi kita untuk memaksakan anak dalam menghafal Al-Qur’an, atau memukulnya jika ia tidak bisa menghafal. Jika orang yang membimbing anak untuk menghafal Al-Qur’an dengan cara kekerasan, hendaknya kita segera mencari gantinya.
- 3. Beberapa Langkah yang Dilakukan pada Fase ini.
- Memberikan pendahuluan dengan kisah yang bisa membuat anak cinta kepada Allah SWT dan Al-Qur’an
- Bersabar terhadap anak, terutama pada usia ini
- Menciptakan sarana-sarana baru dalam pengajaran anak
- Memperhatikan perbedaan-perbedaan individu antar anak
- Menggunakan kisah-kisah Al-Qur’an untuk anak
- Menggunakan berbagai macam nasyid
- Memberikan penghargaan dan menjauhi hukuman fisik maupun psikis
- Menggunakan syiar-syiar untuk memprogram anak agar cinta Al-Qur’an
B.Menanamkan Cinta Anak Kepada Al-Qur’an di Usia 6-12 Tahun
Pada fase ini ada kesinambungan antara fase sebelumnya, metode ini dibagi menjadi 2, yaitu:
- Metode Menjadikan Anak Cinta Al-Qur’an Pada Usia 6-10 Tahun
Pada fase ini, kita masih berada di bawah bingkai kaedah syar’i, “Perintahkan mereka (shalat) ketika berusia tujuh tahun dan pukullah merka (jika tidak mau) ketika berusia sepuluh tahun”. Adapun antara pengajaran dengan pemberian motivasi dan dorongan yang lebih diutamakan daripada dengan pukulan atau celaan.
Pada fase ini, kita bisa memotivasinya dengan cara antara lain membarikan hadiah atas keberhasilan atau perilakunya yang baik berupa mushaf bersuara, yang membuat dirinya bisa mengulang setiap ayat minimal satu kali setelah qari’, atau audio tape untuk mushaf guru secara sempurna. Memberikan pujian dan sanjungan kepada perilaku anak, setiap kali ia berinteraksi dengan mushaf dalam kondisi yang sesuai dengannya.
Fase ini juga membutuhkan adanya inovasi dalam berbagai metode dan aktivitas. Juga bisa disertaai dengan kisah-kisah yang berwarna dantulisan yang jelas untuk anak, sehingga ia bisa membaca secara langsung darinya dan menghafal dengannya, untuk kemudian mengulang bacaannya dari waktu ke waktu.
- Metode Mengokohkan Cinta Anak kepada Al-Qur’an pada Usia 11-13 Tahun
Pada fase ini, setelah usia sepuluh tahun ruang lingkup hubungan sosial anak semakin bertambah, bertambah pula keinginan dirinya untuk menjalin hubungan sosial. Sebagaimana bertambahnya ikatan dirinya dengan kawan-kawan dan teman-temannya. Hal itu sangat mungkin untuk dimanfaatkan dengan mengikutsertakan dirinya –dan kawan-kawannya jika memungkinkan- pada haqalah ta’lim tajwid. Di samping tetap memberikan motivasi dan penghargaan kepadanya dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat materi maupu makwani.
Kita juga bisa meletakkan –ditempat yang kelihatan di dalam rumah- sebuah papan atau papan tulis yang memungkinkanbagi anak-anak untuk menuliskan hadits-hadits mulia tentang keutamaan Al-Qur’an di atasnya.Yakni dengan cara mereka berlomba-lomba mencari hadits-hadits itu dan menuliskannya di atas papan tersebut, rata-rata satu hadits dalam satu pekan. Bisa juga dengan mengikutsertakan anak bersama forum pelatihan pemuda pada musim panas, yang memberikan perhatian tentang pengajaran hukum-hukum tajwid. Menceritakan kisah-kisah Al-Qur’an kepada anak,atau menghadiahkan kaset video atau CD untuk merekam ilustrasi kisah-kisah tersebut.
Oleh karena itu, sarana terbaik untuk membuat anak-anak cinta kepada Al-Qur’an pasa fase ini adalah hendaknya mereka mempunyai perasaan bahwa keberadaan Al-Qur’an adalah sebagai suplemen haqiqi bagi mereka.
C.Menanamkan Cinta Anak Kepada Al-Qur’an di Usia Remaja
1. Mengontrol Anak dalam Kecintaan Mereka terhadap Al-Qur’an
Setiap fase kehidupan iru sangat membutuhkan metode-metode yang sesuai dengan tabiatnya. Oleh karena itu, pengontrolan terhadap fase remaja itu berbeda dengan pengontrol terhadap fase anak-anak.
Namun, secara umum, pendidikan dan pengajaran itu memiliki fase-fase yang saling berhubungan, dan tidak mungkin dipisahkan secara total, tapi setiap fase saling terkait dengan yang lainnya dan berdasarkan atasnya.
Berikut ini adalah langkah-langkah penting yang bisa digunakan untuk mendidik anak remaja agar dia mencintai Al-Qur’an.
Mulailah dengan memberikan pendahuluan dalam berdialog dengan anak-anak. Pendahuluan itu berorientasi pada pemuasan akal anak remaja tentang urgensi Al-Quran di sunia dan di akherat, serta keutamaan orang yang menghafal Al-Qur’an atas yang lainnya, juga tentang hadits-hadits yang memotivasi untuk mempelajari Al-Qur’anul Karim.
Misalnya dalam hadits Rasululloh SAW:
“Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.”
(H.R. Bukhari)
Berikut ini adalah sebagian dalil Al-Qur’anul Karim yang bisa didiskusikan oleh anak-anak.
Allah SWT berfirman:
“Dan apabila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat, suatu dinding yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Rabbmu saja dalam Al-Qur’an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.” (Al-Isra’ [17] : 45-46)
- 2. Mengenalkan Anak Remaja tentang Faedah-faedah Al-Qur’an
Ketika seorang remaja ingin mempertebal kecintaannya terhadap Al-Qur’an, ia membutuhkan penjelasan tentang faedah-faedah Al-Qur’an, baik yang bersifat rohani maupun materi. Juga, perlu diadakan diskusi di dalamnya dengan tenang hingga sampai kepada tingkatan keyakinan.
Di antara faedah-faedah tersebut dalah sebagai berikut:
- Al-Qur’anul Karim adalah petunjuk dan rahmat
- Pelajaran dari kisah-kisah Al-Qur’anul Karim
- Al-Qur’an meliputi segala sesuatu
- Al-Qur’an adalah penyembuh dan rahmat
- Al- Qur’anul Karim mewujudkan ketenangan jiwa
- 3. Beberapa Langkah Penting Untuk Menanamkan Cinta Remaja pada Al-Qur’an
Upaya penanaman akhlak pada anak remaja sangat kuat kaitannya dengan fase pertama dari usia anak-anak terdahulu. Berikut ini adalah langkah-langkah penting yang peelu diperhatikan oleh seorang murabbi, dalam menanamkan kecintaan Al-Qur’an pada diri anak-anak remaja.
Seringkali, kebutuhan anak remaja terhadap keyakinan akal dan dialog yang rasional itu lebih banyak dibandingkan dengan tekanan dan pengajaran yang berturut-turut.
Diantara syarat-syarat dialog efektif yang dapat membantu seorang murabbi dalam menghadapi anak-anak remaja adalah:
- Memilih waktu yang tepat untuk memulai dialog.
- Menggunakan pertanyaan-pertanyaan kongkrit dan sesuai dengan fase kehidupan.
- Rileks dan menyenangkan ketika berdialog, hingga dialog tersebut tidak menjadi arena tinju.
- Ukurlah suara Anda sesuai dengan jenis dialog.
- Berlatihlah terus menerus tentang seni berdialog, hingga Anda mampu membuat dialog menjadi lebih memuaskan.
- Sentuhlah perasaan ketika berdialog.
Selanjutnya, kita bisa membuat daftar kompetisi antara murabbi dan anak-anak, yakni berkaitan dengan siapa yang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari dua bulan atau maksimal satu bulan. Juga, perlu diadakan penghargaan dalam waktu-waktu tertentu, bukan setiap saat.
PENUTUP
Pendidikan dan pengajaran terhadap anak-anak merupakan misi yang baik lagi berkelanjutan. Ia membutuhkan pembangunan, inovasi dan kreativitas. Karena kita hidup di masyarakat, sehingga tidak akan bisa selalu memperhatikan anak-anak dari segala aspek.
Oleh sebab itu, jika Anda lali dari mereka, anak-anak akan mengikuti kendaraan orang yang lewat. Sehingga, kendaraan ini akan membawa mereka berpindah-pindah ke mana pun ia pergi. Pada saat yang sama Anda tidak tahu ke mana ia mengarah. Oleh karena itu, tentukanlah sekarang arah yang benar yang akan Anda ikuti bersama anak-anak Anda dan berkomitmenlah di atasnya.
Akhirnya, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman, apabila ada kekurangan itu semua berasal dari penulis, kelebihan hanyalah milik Allah SWT.
Referensi
RIYADH SA’AD. DR. Cara Jitu Agar Anak Mencintai Al-Qur’an 2007