Memahami Dimensi Aksiologis Ilmu
Rulam Ahmadi
Dimensi aksiologis dalam filsafat mengupas tentang makna atau manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Manusia mencari ilmu sampai pada tingkatan yang sangat tinggi, bahkan dengan tingkat ke dalaman ilmunya seseorang diberi gelar tersendiri yang menunjukkan keahlian atau keprofesionalan dalam bidang yang ditekuninya.
Dimensi aksiologis ilmu adalah untuk menjawab pertanyaan, “Untuk apa ilmu”. Bermacam-macam ilmu yang dimiliki manusia baik yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Semua manusia memiliki kebutuhan atau persoalan, yang pemecahannya membutuhkan ilmu. Manusia yang menginginkan kehidupan di dunia membutuhkan ilmu, yang mengnginkan kehidupan di akhirat dengan ilmu, dan yang menginginkan keduanya adalah dengan ilmu.
Kaitan ilmu dan moral telah lama menjadi bahan pembahasan parapemikir antara lain Merton, Popper, Russel, Wilardjo, Slamet Iman Santoso, dan Jujun Suriasumantri (Jujun, 1996: 2). Pertanyaan umum yang sering muncul berkenaan dengan hal tersebut adalah: apakah itu itu bebas dari sistem nilai? Atakah sebaliknya, apakah itu itu terikat pada sistem nilai?
Ternyata pertanyaan tersebut tidak mendapatkan jawaban yang sama dari para ilmuwan. Ada dua kelompok ilmuwan yang masing-masing punya pendirian terhadap masalah tersebut. Kelompok pertama menghendai ilmu harus bersifat netral terhadap sistem nilai. Menurut mereka tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan ilmiah. Ilmu ini selanjutnya dipergunakan untuk apa, terserah pada yang menggunakannya, ilmuwan tidak ikut campur. Kelompok kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu hanya terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan objek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan azas-azas moral (Jujun, 2005: 235).
Bermacam-macam ilmu yang ditekuni seseorang, antara lain seperti: ekonomi, politik, pendidikan, pertanian, peternakan, agama, dan lain sebagainya. Semua itu ada ilmunya masing-masing. Dari semua ilmu yang dimiliki dan dikembangkan oleh manusia, lalu pertanyaan, “Sebenarnya untuk apa ilmu itu”.
PERTANYAAN
- Kapan ilmu itu disebut bermanfaat?
- Kemukakan manfaat ilmu dalam tiga dimensi kehidupan manusia. Sertakan contoh.