Manajemen Pesantren dan Tantangan Jaman
Oleh: Drs. Rulam Ahmadi, M.Pd.
Pesantren muncul di Indonesia sudah cukup lama, bahkan lebih lama dari kemerdekaan Republik Indonesia sendiri dari cengkeraman penjajah Sejak awal perjalan pesantren sangat tergantung pada pimpinan pesantren (Kiai) bersangkutan karena merekalah yang biasanya berinisiatif dan menyiapkan modal untuk pendirian pesantren. Begitu pula manajemennya, semuanya sangat tergantung pada pimpinan pesantren. Walaupun pesantren ditangani oleh seseorang yang hanya berlatar pendidikan pesantren, ternyata pesantren tetap eksis hingga sekarang, bahkan semakin lama menjadi alternatif untuk pendidikan moral dan etika bangsa.
Di jaman modern sekarang, entah karena kehidupan sosial kita terus diterpa berbagai persoalan baik krisis ekonomi dan moral, kecenderungan masyarakat untuk belajar di pesantren semakin meningkat. Ini berarti bahwa pesantren betul-betul teruji dan dipercaya oleh masyarakat. Hanyalah orang yang tidak mengerti atau syirik terhadap pesantren yang memandang bahwa pesantren itu terbekalang.
Kiai sebagai pimpinan pesantren umumnya tidak pernah memperoleh pendidikan formal khusus dalam bidang manajemen, namun secara faktual pesantren mampu melahirkan dan mempersiapkan masyarakat yang memiliki wawasan keagamaan dan moral yang tinggi. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa pesantren mampu melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa terhormat, tanpa cacat moral. Inilah kelebihan utama pesantren, yakni melahirkan masyarakat yang berakhlak mulia. Oleh sebab itu pesantren dalam situasi sosial apapun tetap mendapat perhatian masyarakat hingga saat ini.
Tetapi yang perlu kita renungkan bersama bahwa jaman ini terus berubah, namun perubahannya tidak senantiasa ke arah yang lebih maju, tergantung bagaimana kecenderungan dan arah perubahan itu sendiri. Apakah perubahan itu mengarah pada pemantapan perilaku masyarakat sesuai dengan nilai dan norma sebagaimana diharapkan, atau melenceng dari ajaran Islam. Ukuran perubahan yang hakiki adalah bukan material tetapi kepribadian bangsa. Perkembangan materi untuk pengembangan pribadi bangsa, bukan sebaliknya, kepribadian dikorbankan demi materi.
Perubahan sosial dengan segala tuntutan baru melaju begitu cepatnya. Di tengah perubahan sosial dan perkembangan ilmu dan teknologi ini maka pesantren diharapkan mampu tampil dalam gelanggang kompetisi. Pesantren yang berlangsung dengan pola manajemen lama sudah waktunya dilakukan perubahan dan perbaikan, karena kalau tidak pesantren tidak akan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan tuntutan sosial-keagamaan yang semakin berkembang dan kompleks. Kiai sebagai “penguasa tunggal” sebagaimana berlangsung beberapa tahun lamanya sudah saatnya mengadopsi dan menerapkan teori manajemen modern. Untuk jaman dulu pola manajemen dan kepemimpinan (leadership) sangat cocok sesuai dengan kondisi dan tantangan di jaman itu, namun jaman sekarang dan mendatang pembaruan dalam bidang manajemen dan kepemimpinan tidak bisa diabaikan, apalagi dengan masuknya dengan era baru yang disebut era globalisasi.
Kita tentunya mengakui bahwa pesantren umumnya berjalan secara alamiah. Karena berjalan secara alamiah tentu tidak banyak mengalami perubahan dan peningkatan secara meyakinkan. Ini bisa dilihat dari kinerja di pesantren dan profil para lulusannya yang cenderung bersikap dan berperilaku secara alamiah dan kurang sanggup bersaing. Tetapi ini tidak berarti bahwa pesantren merupakan penghambat pembangunan sebagaimana tudingan orang lain yang tidak mengenal bahkan benci pada pesantren kemudian memberikan penilaian miring.
Namun demikian kita seyogianya tidak mengutuk mereka yang memandang pesantren sebagai kendala bagi pembangunan. Kita dapat menjadikan persepsi mereka sebagai sumber informasi, bahan pemikiran dan renungan untuk introspeksi bagaimana eksistensi pesantren belakangan ini. Siapkah pesantren menjawab tuntutan-tuntutan baru dan tantangan masa depan? Kalau ya, apa indikasinya? Kalau tidak, apakah yang semestinya kita lakukan dan dari mana kita harus memulai? Pertanyaan ini mengajak kita untuk meninjau lagi segi manajemen pesantren dan menghadapkannya dengan tuntutan nyata dan tantangan masa depan. Islam mengajarkan kita bahwa setiap perbuatan tergantung pada niatnya (tujuan). Niat itulah yang membimbing perjalanan hidup manusia. Artinya, bahwa setiap yang kita lakukan, seperti dalam menangani pesantren, tergantung pada tujuan pendirian pesantren. Tujuan utama tersebut tentu sangat mempengaruhi kinerja dan inisatif perubahan dan pengembangan pesantren masa selanjutnya.
Pesantren sebagai organisasi tidak bisa lepas dari segala perubahan dan tuntutan masyarakat dan pembangunan. Apabila pesantren tidak bisa menyesuaikan diri maka kita sulit berharap bahwa pesantren bersangkutan akan terus mendapatkan simpati masyarakat. Bisa jadi pesantren tersebut cepat atau lembat akan ditinggalkan masyarakat. Kunci keberhasilan pesantren di masa mendatang adalah terletak dari segi manajemennya.
Biasanya pesantren lama yang mulai tertarik melakukan perubahan karena intervensi “orang lain,” atau hasil interaksi pimpinan pesantren dengan “dunia luar.” Intervensi “orang lain” dan pengalalaman dari “dunia luar” itulah yang bisa mewarnai pemikiran pengembangan pesantren dengan melakukan pembenahan manajemen pesantren. Ini berarti ada dua cara yang bisa ditempuh, pertama, pimpinan atau orang dalam pesantren (keluarga atau santri kader) untuk secara aktif berinteraksi dan berkomunikasi dengan para ahli atau lembaga-lembaga lintas sektoral untuk menimba pengalaman tentang sistem manajemen modern; atau kedua, pimpinan pesantren berusaha untuk membuka pintu dan menghadirkan ahli manajemen untuk dimintai bantuan pemikiran tentang manajemen pesantren. Kalau mungkin ada keikutsertaan ilmuwan untuk berpartisipasi dalam sistem manajemen pesantren tetapi top manajer pesantren itu tetap ada di tangan pimpinan pesantren. Cara yang kedua ini tidak mudah karena mungkin ada sebagian pimpinan pesantren mempersepsi kehadiran “orang lain” itu dapat berpengaruh negatif terhadap eksistensi pesantren. Kekuatiran ini bisa terjadi apabila “orang luar” tersebut memiliki obsesi dan mau melangkah lebih banter dibanding dengan obsesi dan langkah pimpinan pesantren itu sendiri yang bisa menggeser tatanan nilai yang sudah mapan.
Kedua alternatif cara tersebut di atas sangat tergantung pada kepemimpinan (leadership) Kiai itu sendiri. Kepemimpinan kharismatik sudah teruji beberapa tahun lamanya di mana masyarakat menunjukkan sikap patuh mengikuti wejangan Kiai karena karisma yang melekat pada dirinya. Bahkan hampir seluruh persoalan yang dihadapi masyarakat ditanyakan jalan keluarnya pada Kiai. Selain itu ada kecenderungan bahwa para pimpinan pesantren memberikan kepercayaan pada anggota keluarganya sendiri untuk melanjutkan perjuangannya, termasuk pengembangan pesantren. Nah, pertanyaannya sekarang adalah, apakah kepemimpinan karismatik masih efektif untuk jaman sekarang? Dan apakah semua Kiai memiliki anggota keluarga yang mesti siap mengemban tanggung jawab meneruskan perjuangannya? Tentang kepemimpinan karismatik tentu tetap sangat dibutuhkan di jaman modern ini, apalagi di jaman di mana masyarakat mulai tidak percaya dengan pemerintahnya yang tidak mampu menunjukkan ketauladanan dalam kepemimpinan mereka. Hanya saja rupanya nilai karismatik itu belum cukup untuk jaman sekarang dan mendatang karena perubahadan sosial dan tantangan jaman yang sangat berbeda. Tentang pertanyaan kedua, ternyata kenyataan menunjukkan adanya gejala bahwa anggota keluarga sebagian Kiai kurang menaruh minat mengemban tugas pengembangan pesantren. Ini bisa di lihat dari keluarga Kiai yang cenderung memilih belajar di lembaga pendidikan non-pesantren, yakni di sekolah formal dengan disiplin ilmu di luar pendidikan Islam. Dan setelah lulus mereka ingin bekerja di sektor lain sesuai dengan disiplin ilmunya.
Jadi, dalam menghadapi tuntutan perkembangan jaman di masa depan pesantren perlu melakukan perbaikan manajemen. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, adalah perlu pola kepemimpinan yang dipersyaratkan oleh tuntutan jaman yang terus berubah dan berkembang.
—————
*) Dr. Rulam Ahmadi, M.Pd. adalah dosen Universitas Islam Malang. Email rulam@infodiknas.com – Website: www.infodiknas.com