MALANG – Sebanyak 30.765 siswa lulusan SMA sederajat, akan berebut 30 persen kuota masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) di Malang. Atau sekitar 7.150 kursi di Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang dan UIN Maliki.
Panitia lokal (panlok) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) Malang, sukses mencatatkan peserta tes terbanyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dengan rincian 12.761 peserta kelompok Saintek, 13.238 peserta Soshum dan 4.766 peserta campuran.
Menurut Rektor Universitas Negeri Malang (UM), Prof Dr H Suparno, peningkatan pendaftar tes tulis ini menunjukkan telah terjadi pergeseran minat masyarakat untuk studi dari sebelumnya di Bandung dan Jogja, kini Malang menjadi alternatifnya.
‘’Ini kemajuan yang mencolok untuk Panlok Malang, dan peningkatan paling tinggi diantara yang lain. Termasuk menjadi bukti, perguruan tinggi di Malang memiliki daya tarik lebih tinggi,’’ ungkap Suparno.
Selain itu, lanjutnya, kebijakan pemerintah menerapkan biaya kuliah tunggal (BKT) atau uang kuliah tunggal (UKT), juga menyebabkan banyak calon mahasiswa menyerbu Malang.
UM sendiri tahun ini menerapkan BKT dengan sistem proporsional. Biaya masuk UM sesuai dengan ketentuan Ditjen Dikti adalah ditentukan dalam lima rentangan. Mulai dari nol rupiah (bebas biaya) sampai Rp 4 juta untuk prodi kependidikan dan Rp 7,5 juta untuk prodi non-kependididikan.
’’Sekarang ini siswa berjuang asalkan bisa masuk dulu ke PTN, karena mereka sudah tidak perlu bingung masalah biaya setelah ada UKT,’’ urainya.
Tingginya peminat masuk PTN di UM ini, lanjutnya, juga akan diantisipasi oleh panlok Malang. Terutama masalah keamanan penyelenggaraan ujian tulis yang akan dilaksanakan 18-19 Juni mendatang.
’’Tidak boleh lengah karena joki selalu punya metode baru, dan panitia pun saat ini sedang memantapkan pengawasan sebagai bahasan penting,’’ tegasnya.
Sementara itu Kepala Biro AAKPSI UM, Amin Sidik menuturkan, di UM yang akan menjadi lokasi ujian kelompok Soshum juga sudah menyiapkan sejumlah ruang.
Selain memanfaatkan ruangan di kampus UM sendiri, juga sudah merambah sekolah-sekolah dan kampus lainnya seperti Unmer, SMAN 8, SMP 4 dan bahkan hingga SMA tugu.
Sementara bagi peserta ujian, ia berharap peserta sudah mulai mencari lokasi tempat ujian jauh hari. Disinggung soal kemungkinan menggunakan GPS untuk memudahkan peserta, Amin mengakui belum diperlukan di Kota Malang yang kotanya tidak terlalu besar.
’’Kami menyiapkan denah untuk memudahkan pendaftar, dan bisa diakses di web UM,’’ kata dia. (oci/avi).
http://www.malang-post.com/edupolitan