Puluhan mahasiswa Program Studi (Prodi) Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) menggelar demo, Jumat (21/12/2012). Mereka memprotes Kepala ProdiĀ Kedokteran Hewan Prof. Dr.Pratiwi Trisunuwati drh Ms terkait kebijakan terkait biaya pendidikan dan sarana yang dinilaiĀ memberatkan mahasiswa.
Mereka menuntut Pratiwi memperbaiki sarana prasarana pembelajaran. Seperti meningkatkan fasilitas dan menambah laboratorium. Mereka juga menilai kualitas dosen prodi kedokteran hewan tidak kompeten. Satu dosen, bisa mengajar hingga lima mata pelajaran.
Faris Nurhanafi, mahasiswa angkatan 2008 menceritakan, untuk praktik di laboratorium saja, mahasiswa harus bergantian menggunakan ruangan dan alat-alat praktik. Minimnya jumlah laboratorium dinilai memperlambat proses belajar mereka.
Padahal setiap semester, mereka harus membayar uang pratikum Rp 1,5 juta (2008-2009) dan Rp 2 juta (2010-2012). “Kami sanksi dengan penggunaan uang pratikum itu. Untuk apa saja,” ujarnya.
Sementara kegiatan pratikum hanya berkutit di laboratorium dan kuliah tamu. Jumlah laboratorium yang hanya 7 ruangan juga dirasa sangat minim, terlebih digunakan untuk 800 mahasiswa.
Parahnya lagi, mahasiswa angkatan 2008 yang seharusnya sudah yudisium harus tertunda karena masalah keuangan. “Kami disuruh bayar uang SPP dan pratikumĀ lagi untuk semester 9. Padahal kami sudah selesai skripsi sejak empat bulan lalu,” tegasnya.
Keputusan Kaprodi untuk menunda yudisium mahasiswa angkatan 2008 sebanyak 22 mahasiswa itu membuat orangtua mereka kecewa sekaligus marah. “Kami selalu ditanya, kapan wisuda. Kami tidak tahu harus jawab apa, karena sudah empat bulan kami nganggur dan tidak ada kegiatan apa-apa,” ungkapnya.
Setelah diwisuda nanti, mahasiswa juga diharuskan membayar biaya pendidikan profesi dokter hewan (ppdh) Rp 16,5 juta. “Itu jumlah yang sangat tinggi. Di perguruan tinggi lain hanya Rp 7 juta,” ucapnya geram.
Maulana Imamul Hasan, mahasiswa angkatan 2009 menambahkan pengajuan skripsinya tidak kunjung dikabulkan. Alasanya, karena dia belum membayar uang pratikum Rp 2 juta untuk semester 7. “Padahal sudah tidak ada mata kuliah, tinggal skripsi saja. Kenapa harus bayar lagi?,” tanya Maulana. Sikap Kaprodi seperti itu jelas memberatkan mahasiswa, baik segi finansial, waktu, dan tenaga.
Menghadapi puluhan mahasiswa dengan emosi yang meledak itu, Kaprodi Prof.Dr.Pratiwi Trisunuwati, drh.Ms berusaha mengajak mahasiswa tenang. Dia katakan semua masalah bisa dibicarakan secara baik-baik tanpa melalui aksi. “Saya tidak mau menghadapi mahasiswa dalam kondisi marah. Silahkan dengan berdialog,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Terkait penundaan yudisium dan pengajuan skripsi, ujarnya, sengaja ditunda karena mahasiswa belum melunasi uang pembayaran seperti SPP, uang pratikum dan bahasa inggris. “Meski sudah tidak ada kuliah, tapi masih menggunakan pelayanan jadi tetap harus bayar,” tegasnya.
Dalam peraturanya, tidak pernah ada kesepakatan mahasiswa yang masih tercatat bebas dari seluruh tanggungan. “Tidak ada peraturan seperti itu. Dimana-mana juga tetap bayar,” tukasnya.
Terkait kompetensi dosen, dia membantah jika dosennya tidak berkualitas. Sebab semua dosen sudah memiliki kompetensi mengajar dengan baik, juga minimal lulusan S2. Tetapi untuk jumlah dosen, dia mengaku kekurangan. Pasalnya, dalam kesempatan perekrutan, tidak ada dokter hewan yang mendaftar. Saat ini jumlah dosen yang statusnya PNS ada 8 orang, Non PNS 12 orang, dan tenaga administrasi 4 orang.
http://surabaya.tribunnews.com/2012/12/21/mahasiswa-demo-pimpinan-kedokteran-hewan-ub