Idrus menyayangkan aksi tawuran mahasiswa antar fakultas itu kembali terjadi dan seringkali timbul di Bulan September tiap tahunnya di masa-masa mahasiswa baru memulai kegiatan perkuliahannya.
Dia menuding ada aktor intelektual di balik setiap tawuran di kampus merah itu. Menurutnya, mahasiswa bisa mempelajari momentum itu sehingga tidak gampang tersusupi.
“September sangat rawan terjadi tawuran, pembakaran kampus beberapa tahun lalu juga terjadi pada bulan September makanya kadang-kadang situasi ini dimanfaatkan oleh penyusup dari luar,” tuturnya.
Untuk itulah Rektor meminta kepada pihak Kepolisian untuk menangkap langsung mahasiswa yang melakukan provokasi. “Tak ada ampun bagi mahasiswa yang menjadi pelaku tawuran. Jika perlu, mahasiswa yang terlibat akan dipecat secara tidak terhormat, ” tandas Idrus.
Kapolsek Tamalanrea, Kompol Amiruddin menegaskan, pihaknya belum mengetahui motif insiden yang seakan menjadi tradisi tahunan di kampus Unhas itu. namun, pihaknya pun siap menjalankan permintaan Rektor Unhas untuk menangkap oknum mahasiswa maupun pihak luar jika terjadi bentrok susulan.
“Kami akan menerjunkan sejumlah personel kami untuk mengantisipasi serangan susulan dan menyelidiki kasus tersebut, ” katanya.
Tadi siang, ratusan mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) saling serang dengan batu dan balok kayu. Diduga bentrok tersebut akibat dendam lama dua fakultas.
Meski tak ada korban jiwa dalam bentrok yang berlangsung selama satu jam itu, namun beberapa mahasiswa ada yang terkena lemparan batu. Tawuran terhenti saat Rektor Unhas Prof Dr Idrus Paturussi didampingi Kapolsek Tamalanrea Komisaris Polisi Amiruddin S turun ke lokasi dan menenangkan mahasiswa.(*)