
Selain menuntut ilmu dalam kampus, keterlibatan mahasiswa di masyarakat juga dibutuhkan. Seperti yang dilakukan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), yang mengajak warga Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, membudidayakan tanaman pegagan (Centella asiatica).
Laporan: IKE INDRIANI
Pegagan (Centella asiatica) merupakan salah satu tanaman obat yang sudah jarang ditemukan. Tanaman ini termasuk tanaman liar yang tidak mendapat perhatian, karena bentuknya kecil.
Namun, tanaman ini umumnya tumbuh di daerah yang sering dilalui manusia seperti sawah dan tempat-tempat lembab. Berkurangnya sawah karena konversi lahan membuat populasi pegagan menurun sehingga kian sulit dijumpai.
Untuk itu, lima mahasiswa IPB berbagai jurusan mengajak warga Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, membudidayakan tanaman pegagan. Mereka adalah Azka Latifah dari Departemen Arsitektur Lanskap, Catur Atklistianti dan Furi Febrianti dari Depatemen Agronomi dan Hortikultura serta Hesti Anggrani dan Isnaini Fuji A dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
Mereka berharap warga mampu memanfaatkan lahan sempit di sekitar rumah untuk ditanami pegagan. Sehingga, akan memberikan kontribusi ke berbagai industri yang membutuhkan pasokan tanaman pegagan, baik dalam bentuk segar maupun kering.
Azka mengatakan, apa yang dilakukan timnya bertujuan membangun biofarmaka berbasis pedesaan, khususnya pengembangan potensi dari tanaman pegagan.
“Kami bersyukur program ini dapat terealisasikan di Desa Cibadak. Kami dapat batuan dana awal dari Kemendiknas melalui program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat (PKMM) 2012,” ujarnya.
Mereka pun memilih panti asuhan Tarbiyatul Yatama, Jalan Saderin, Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor sebagai agen penggerak. Mereka menyosiali-sasikannya sejak Febuari 2012 dan mengenalkan tanaman pegagan dan khasiatnya.
Hesti menambahkan, panti asuhan tersebut sebagai pelopor bagi masyarakat sekitar untuk lebih peduli terhadap potensi biofarmaka. “Warga panti asuhan ini memiliki banyak waktu luang dan tempatnya pun masih banyak lahan kosong yang belum termanfaatkan, sehingga mendukung untuk pelaksanaan program,” paparnya.
Pemberdayaan masyarakat dalam program ini, sambungnya, bertujuan agar warga panti asuhan dapat berkontribusi dalam pembangunan desa dengan menekankan kepada aspek entrepreneurship yang berkelanjutan, baik bagi warga panti asuhan maupun lingkup masyarakat.
“Kami juga sudah memublikasikannya pada Maret 2012, kemudian dilakukan penanaman bersama di lahan panti asuhan tersebut dan pekarangan rumah warga sekitar panti,” terangnya.
Mahasiswa semester IV ini berharap, setelah proses ini, warga Desa Cibadak mampu menjadi pionir bagi desa lain. “Mudah-mudahan saja bisa menjadi inspirasi bagi desa lain, sehingga memiliki pengetahuan tanaman obat yang jarang ditemukan,” kata dia.(*).
— —
http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=94661