Oleh : Muhammad Galang Pratama
(Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)
Ada banyak mahasiswa yang hanya ngampus, setelah itu balik kerumah (kost) dan begitu seterusnya, sedangkan sangat jarang ada mahasiswa yang ber-wirausaha dan statusnya tetap sebagai mahasiswa.
Tak bisa kita pungkiri bahwa banyak dari kalangan mahasiswa yang baru maupun mahasiswa yang tua (mahasiswa yang sudah lama berada dikampus), yang datang berangkat dari rumah/kost menuju kampus. Setiba di kampus hal yang pertama kali dilakukannya ialah menunggu dosen, kalaupun tidak, berarti mahasiswa itu datangnya telat, yang artinya telah ditunggu oleh sang dosen.
Selanjutnya, mayoritas mahasiswa ini setiba didalam kelas, mereka hanya mendengarkan sang dosen menyampaikan ilmunya kemudian seringkali diakhiri oleh sebuah tugas yang kadang diberikan dalam bentuk pembuatan laporan, makalah dan sejenisnya.
Kemudian, mereka (mahasiswa) setibanya saat “jam kosong” mata kuliah, mereka isi dengan mengunjungi kantin untuk sekadar mengisi kekosongan perut, sekaligus ditambah dengan candaan para teman-teman yang kadang berujung pada gosip.
Tapi, berpikirkah kita sebagai mahasiswa. Apakah semua itu sudah cukup untuk membuat diri pribadi kita menjadi produktif sebagai mahasiswa? Ataukah kita (mahasiswa) hanya datang ke kampus untuk menghabiskan uang yang setiap bulannya kita minta kepada orang tua di kampung? Yah untung-untunglah jikalau kita mendapat beasiswa dari kampus, kita masih bisa menabung, tetapi yang masalah bagaimana kalu kita tidak mendapat beasiswa ?
Beasiswa saja yang sudah di dapat oleh mahasiswa, jika tidak tahu dimanfaatkan, mesti dibawa kemana? Maka yang ada ialah uang dari hasil beasiswa itu bisa habis percuma tanpa meninggalkan goresan sedikitpun pada diri pribadi.
Bagi mahasiswa yang cerdas, dalam pandangan pribadi penulis, ialah mereka (para mahasiswa) yang berkuliah tetapi juga punya usaha sampingan. Kan, hitung-hitung bisa belajar mandiri untuk mencari uang. Setidaknya ada yang bisa membantu ekonomi keluarga di kampung, agar mereka (keluarga) tidak terlalu susah mencarikan dana buat biaya kuliah sehari-hari.
Saya (penulis) sendiri adalah seorang mahasiswa, yang bukan hanya kuliah. Akan tetapi, ada sedikit usaha yang telah saya jalankan. Dari usaha itulah, sedikit telah membantu keuangan saya di kampus.
Menjadi mahasiswa sekaligus sebagai wirausaha itu, tidaklah mudah. Saya mempunyai pengalaman. Kadang saya mendapat sindiran dari beberapa teman. Namun, saya bisa menanggapinya dengan tenang dan simple.
Suatu waktu, ketika saya membawa nasi kuning (salah-satu bentuk usaha saya) ke kampus, saya mendapat sindiran dari beberapa teman, salah seorang mereka berkata, “apakah kamu tidak malu (berjualan begini)?”. Saya jawab saja dengan tenang dengan diiringi nada datar, “ya, kenapa mesti malu. Ini kan pekerjaan halal dan baik, setidaknya niat saya (ber-wirausaha) ini juga untuk membantu teman-teman yang membutuhkan.”
Ada beberapa macam usaha sampingan sebagai bentik wirausaha yang dapat dilakukan oleh seorang yang berstatus sebagai mahasiswa. Seperti, membuka usaha laundry, penjualan pulsa, jasa cuci foto, jasa print, jasa pembuatan blog, termasuk berjualan makanan seperti kue-kue, nasi kuning, ataupun makanan jadi beserta lauk-pauknya.
Dari jenis-jenis usaha diatas, sebenarnya masih banyak usaha-usaha yang lain. Dan yang perlu di ingat ialah, dalam berwirausaha seperti yang diatas, kita tidak hanya mendapatkan keuntungan dari segi materil akan tetapi kita juga bisa mendapatkan pelatihan mental pada diri kita.
Mengapa saya katakan ber-wirausaha untuk kalangan mahasiswa itu, juga salah satu tujuannya adalah untuk pelatihan mental, karena dari wirausaha contohnya berjualan kue, itu adalah suatu pekerjaan yang melatih agar kita tetap PD (percaya diri). Kan, banyak dari teman-teman yang tidak mau berjualan, alasan karena gengsi. Iya kan?
Sekarang, coba tanya pada diri sendiri. Apakah kita sudah cukup PD jika harus berbicara/mempresentasikan tugas di depan teman-teman ? Apa sebenarnya yang salah jika kita ber-wirausaha ataupun berjualan? Setidaknya di usia muda, jika telah dibiasakan ber-wirausaha, maka di usia dewasa kelak, kita tidak perlu cemas akan terpaan dunia global yang kini telah mengalami krisis.
Apakah kita takut jika ber-wirausaha akan mengganggu kuliah kita? Saya sendiri merasa, selama kita mampu me-manage waktu, tentu kita dapat menjalankan keduanya (kuliah dan berwirausaha) dengan sinkron atau sejalan tanpa takut mengganggu kuliah.
Kita jawab dan renungkan sebentar. Coba bacalah yang tersirat, bagaimana kehidupan ini seakan membawa banyak tantangan untuk kita lalui. Dahulu, kita mungkin belum mengenal yang namanya komputer dan tablet. Tapi, di abad ini yang tepatnya abad ke-21, kita telah disuguhkan oleh berbagai hal yang instan dan serba modern.
Dua media yang telah penulis sebutkan diatas, yakni komputer dan tablet, sangat tepat untuk dewasa ini dijadikan sebagai penyalur hobi dan khususnya kita bicarakan ialah bagaimana media ini, dapat membantu kita dalam ber-wirausaha.
Mengapa tidak, dua alat ini mampu terkoneksi dengan jaringan dunia dengan adanya internet. Bukankah kita dapat mencari banyak referensi bacaan maupun tulisan didalamnya. Kemudian, jika kita memakai kacamata wirausaha, dari dua alat ini, kita dapat memasarkan barang-barang jualan ataupun toko yang telah kita bangun ke seluruh wilayah bahkan bisa sampai keluar Negeri.
Ini adalah hal yang sangat menguntungkan. Menurut penulis, jika sekiranya kita mau dan siap dari sekarang untuk merealisasikan keinginan kita untuk berwirausaha, maka segeralah lakukan. Apapun tantangannya, jangan takut memulainya, kreatif dan beranilah. Hanya dua yang mesti kita siapkan dalam memulai wirausaha sebagai bekal, yang saya sebut dengan ‘TM’ yakni Tekad dan Modal. Persiapkan ‘TM’, kemudian segeralah ber-wirausaha, tenang saja dengan Tekad dan Modal, itu sudah mampu membawa usaha kita menjadi kenyataan.
Apalagi jika kita ketahui, tahun depan itu yakni tahun 2015 merupakan tahun dari dibukanya AEC (ASEAN Economic Community) atau yang disebut sebagai pasar bebas ASEAN.
Nah, sejak sekarang kita mahasiswa sebagai pangku generasi muda, mestinya telah mempersiapkan hal itu. Bukan cuma pengusaha-pengusaha besar yang memiliki perusahaan yang bisa ikut serta didalamnya.
Akan tetapi, AEC 2015 nanti, juga kita bisa manfaatkan untuk berwirausaha, sekaligus menjalin hubungan ekonomi dengan jaringan-jaringan yang ada di luar negeri yang masuk dalam negara-negara ASEAN.
Jika kita tidak mempersiapkan sekarang untuk ber-wirausaha, maka bersiaplah untuk menelan pahitnya keterasingan di dunia ekonomi sesungguhnya.
Kembali lagi pada diri kita sebagai mahasiswa, kita memilih mahasiswa yang hanya berkecimpung dengan kuliah ataukah kita sebagai mahasiswa yang bisa kuliah plus berwirausaha, itu ada ditangan kita sendiri.