Oleh
IMROATUS SHOLIHAH
LATAR BELAKANG MASALAH
Sebelum memulai proses pembelajaran seorang guru pastinya harus memiliki rancangan/desain pembelajaran. Penyusunan langkah-langkah desain pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan bagi seorang guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Dengan adanya penyusunan langkah-langkah desain pembelajaran yang baik dan jelas peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru serta memudahkan pesertadidik dalam mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Pengertian Desain Pembelajaran PAI
Pengertian Desain
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran.[1] Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran dan merancang “perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
Para ahli dalam bidang perencanaan merumuskan desain dengan definisi, Desain adalah salah satu aspek dari proses pengembangan yang terdiri dari enam fase. Untuk mengembangkan berbagai bentuk atau aktifitas baru yang dianalisis sebagai proses yang terdiri dari enam karakteristik yang saling berhubungan ;
- Riset (analisis)
- Desain (sintesisi)
- Produksi (formasi )
- Distribusi(pemyebaran)
- Utilisasi(kinerja)
- Eliminasi(penghentian)[2]
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam mempuyai pengertian sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujutkan persatuan nasional.[3]
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dari beberapa pandangan tersebut diatas maka Desain Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang baik adalah:
- Menentukan tujuan pengajaran pendidikan Islam, adapun tujuan secara umum, pendidikan agama Islam adalah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut juga perlu adanya suatu materi pengajaran tertentu .
- Menentukan materi pengajaran/ bahan ajar, bahan ajar atau materi pengajaran di dalam pendidikan agama Islam adalah terdiri dari Al-Qur’an dan al-hadist, keimanan, syarai’ah, Ibadah, muamalah, akhlaq dan tareh atau sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
- Menentukan pendekatan dan metode mengajar dan strategi yang akan digunakan agar bisa menyesuaikan dengan keadaan peserta ajar, di dalam pendidikan agama Islam metode yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.
- Media pengajaran dan pengalaman belajar ini di lakukan untuk mempermudah peserta ajar/ murid untuk menerima pelajaran. Dalam hal ini bisa menngunakan media bacaaan, tape recorder.
- Evaluasi keberhasilan, hal ini di lakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah di berikan oleh pengajar pendidikan agama Islam.[4]
Komponen Utama Desain Pembelajaran
- Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi; karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
- Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
- Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
- Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
- Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
- Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.
Model-model desain pembelajaran PAI
Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk dari bumi. Selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian petama sebagai kerangka proses pemikiran.[5]
Beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), diantaranya adalah: model classroom meeting, cooperative learning, integrated learning, constructive learning, inquiry learning, dan quantum learning.
Model Classroom Meeting.
Karakteristik PAI salah satunya adalah untuk menghantarkan peserta didik agar memiliki kepribadian yang hangat, tegas dan santun. Model pertemuan tatap muka adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri, dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok. Strategi mengajar model ini mendorong siswa belajar secara aktif. Kelemahan model ini terletak pada kedalaman dan keluasan pembahasan materi, karena lebih berorientasi pada proses, sedangkan PAI di samping menekankan pada proses tetapi juga menekankan pada penguasan materi, sehingga materi perlu dikaji secara mendalam agar dapat dipahami dan dihayati serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
Model Cooperative Learning.
Untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama dan memecahkan masalah dapat menggunakan model cooperative learning. Model ini dikembangakan salah satunya oleh Robert E. Slavin (Johnson, 1990). Model ini membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, di mana satu kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, masing-masing kelompok bertugas menyelesaikan/memecahkan suatu permasalahan yang dipilih.. Beberapa karakteristik pendekatan cooperative learning, antara lain:
- Individual Accountability, yaitu; bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentu-kan oleh tanggung jawab setiap anggota.
- Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghor-mati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.
- Positive Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling keter-gantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta anggota kelompok, karena siswa berkolaborasi bukan berkompetensi.
- Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
Model Integrated Learning.
Hakikat model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar sekaligus proses dan isi berbagai disiplin ilmu/mata pelajaran/pokok bahasan secara serempak dibahas. Konsep tersebut sesuai dengan beberapa tokoh yang mengemukakan tentang model pembelajaran terpadu seperti berikut ini: Rancangan pembelajaran terpadu secara eksplisit merumuskan tujuan pembelajaran. Dampak dari tujuan pengajaran dan pengiringnya secara langsung dapat terlihat dalam rumusan tujuan tersebut. Pada dampak penggiring umumnya, akan membuahkan perubahan dalam perkembangan sikap dan kemampuan berfikir logis, kreatif, prediktif, imajinatif. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996/1997:3).
Model Constructivist Learning.
Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self-regulation). Dan akhirnya proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya (Bell, 1993:24, Driver & Leach, 1993:104).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang model pembelajaran konstruktivisme adalah:
- Mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya.
- Menekankan pada kemampuan minds-on dan hands-on.
- Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konsep-tual.
- Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif.
- Mengutamakan terjadikan interaksi social.
- Model Inquiry Learning.
Model inkuiri dapat dilakukan melalui tujuh langkah yaitu:
- merumuskan masalah
- merumuskan hipotesis.
- mendefinisikan istilah (konseptualisasi).
- mengumpulkan data.
- penyajian dan analisis data.
- menguji hipotesis.
- memulai inkuiri baru. James Bank (dalam Suniti, 2001: 58).
Model Quantum Learning.
Quantum Learning merupakan pengubahan berbagai interaksi yang ada pada momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. (De Potter, 1999:5) Dari kutipan tersebut diperoleh pengertian bahwa pembelajaran quantum merupakan upaya pengorgani-sasian bermacam-macam interaksi yang ada di sekitar momen belajar.
Pembelajaran quantum memiliki banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman belajar. Unsur itu dibagi menjadi dua kategori yaitu Konteks dan Isi. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum:
- Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan siswa terhadap pemahaman tentang apa manfaat setiap pelajaran bagi diri siswa.
- Alami: Buatlah pengalaman umum yang dapat di mengerti oleh semua siswa.
- Namai: Guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebagai masukan.
- Demonstrasikan: Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka sudah ketahui.
- Ulangi: Guru harus menunjukkan cara mengulangi materi dan menegas-kan ”Aku Tahu Bahwa Aku Memang Tahu”.
- Rayakan: Guru harus memberikan pengakuan terhadap setiap penyele-saian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan pengetahuan siswa.[6]
Adapun model lainnya adalah:
Model ROPES. ( Review, Overview, Presentation, Exsercise, Summary) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Review, kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite unuk memahami bahan yang disampaikan hari itu.
- Overview, sebagai mana review, overview dilakukan tidak terlalu lama yaitu berkisar antara 2 samapai 5 menit, guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategis yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pandangannya sehingga siswa merasa senang dan merasa dihargai keberadaannya.
- Presentation, tahap ini adalah merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena disini guru sudah tidak memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah masuk pada proses telling shoing dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan.
- Exsercise, yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Hal ini di maksudkan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna.
- Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka fahami dalam proses pembelajaran. Hal ini sering tertinggal oleh guru karena mereka disibukkan dengan presentase, dan bahkan mungkin guru tidak pernah membuat Summary (kesimpulan) dari apa yang telah mereka ajarkan.[7]
Langkah-langkah desain pembelajaran PAI
Langkah-langkah dalam desain pembelajaran antaralain :
- Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu progam pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukannya. Mempertimbangkan secara mendalam untuk merumuskan tujuan umum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi, karakteristik siswa, dan kondisi lapangan. Tujuan pembelajaran sangat penting dalam proses kegiatan belajar mengajar, sebab tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara spesifik dan jelas, akan memberikan keuntungan kepada: a. Siswa. Tujuan umum pembelajaran yang jelas dapat membantu siswa untuk mengatur waktu dan memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin di capai. b. Guru. Tujuan umum pembelajaran dapat membantu guru untuk mengatur kegiatan belajar mengajar , metode, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. c. Evaluator. Tujuan umum pembelajaran dapat membantu evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak didik. Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut dick and carrey (1985) harus jelas, dapat di ukur, dan berbentuk tingkah laku.
- Melakukan analisis pembelajaran
Analisi pembelajaran perlu dilakukan untuk mengembangkan metode pembelajaran. Dick dan Carrey (1985) mengatakan bahwa tujuan pengajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan–keterampilan bawahan (subordinate skill) yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Menganalisis subordinate skill sangatlah diperlukan, karna apabila keterampilan bawahan yang seharusnya dikuasai tidak di ajarkan, maka banyak anak didik tidak akan memiliki latar belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan, dengan demikian pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya. Apabila keterampilan bawahan yang berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu lebih lama dari semestinya,dan keterampilan yang tidak perlu diajarkan maka mengganggu anak didik dalam belajar menguasai keterampilan yang diperlukan.
- Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang ungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal. Untuk mengungkap kemampuan awal mereka dapat di lakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan materi ajar sesuai panduan kurikulum.
- Merumuskan tujuan performansi
Dick dan Carrey menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas: a.Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik. b. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir waktu anak didik berbuat. c.Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan. Sedangkan fungsi performansi adalah: a.Menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk mencapai tujuan. b.Menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai. c.Memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian. d.Membantu anak didik dalam usaha belajarnya.
- Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
Tes acuan patokan terdiri atas (soal-soal) yang secara langsung mengukur istilah patokan yang di deskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan digunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa dalam tujuan, maksudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan atau belum. Ada empat tes acuan patokan yang dapat dipakai yakni: a.Tes antri behavior merupakan tes acuan patokan untuk mengukur keterampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran. b.Pretes merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan –tujuan yang telah dirancang sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan. c.Tes sisipan merupakan tes acuan patokan yang melayani dua fungsi penting, yaitu pertama untuk mengetes setelah satu atau dua tujuan pembelajaran di ajarkan sebelum tes dilaksanakan dan kedua untuk mengetes kemajuan anak didik setelah dilakukan pembelajaran. Dengan demikian dapat dilakukan remedial yang dibutuhkan sebelum pascates yang lebih formal. d.Pasca test atau post test merupakan tes acuan patokan yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar sehingga dengan demikian dapat diidentufikasi bagian-bagian mana di antara tujuan pembelajaran yang belum tercapai.
- Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran menjelaskan komponen umum suatu perangkat material pembelajaran dan mengembangkan materi secara prosedural harus berdasarkan karakteristik siswa. Alasannya adalah karena meterial pembelajaran yang dikembangkan pada akhirnya dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajar. Untuk itu sebelum mengembangkan materi seorang guru perlu melihat kembali karakteristik siswa. Dalam marencanakan satu unit pembelajaran ada tiga tahap sebagaimana berikut ini: a.Mengurutkan dan merumpunkan tujuan kedalam pembelajaran. b.Merencanakan prapembelajaran, pengetesan dan kegiatan tidak lanjut. c.Menyusu alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
- Mengembangkan dan memilih material pembelajaran
Dick dan Carrey menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran sebagaimana berikut: a.Pengajar merancang bahan pembelajaran individual. Semua tahap pembelajaran dimasukkam kedalam bahan, kecuali pretes dan pascatest. b.Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam penyampaikan pembelajaran. Beberapa bahan mungkin disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada maka pengajar harus memberi penjelasan c. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajaran yang telah disusunnya. Pengajar menggunakan strategi pembelajarannya sebagai pedoman, termasuk latihan dan kegiatan kelompok. Kelebihan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbaharui pembelajaran jika terjadi perubahab isi. Adapun kelemahannya adalah sebagian besar waktu tersita untuk menyampaikan informasi sehingga sedikit sekali waktu untuk membantu anak didik.
- Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Evaluasi formatif perlu dilakukan karena evaluasi ini adalah salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain, melalui evaluasi formatif akan ditemukan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran sehingga kekurangan-kekurangannya dapat diperbaiki. Ada tiga fase penilaian formatif yakni: a. Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelajaran. b. Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri dan kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan. c. Fase uji lapangan. Fase ini bisa diikuti oleh banyak siswa. Tekanan dalam uji coba lapangan ini adalah pada pengujian prosedur yang dilakukan untuk memberlakukan pembelajaran itu dalam suatu keadaan yang mungkin sangat nyata .
- Merevisi bahan pembelajaran
Merevisi bahan pembelajaran perlu dilakukan untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik. Ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan yaitu: a. Revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar. b. Revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran.
- Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif perlu dilakukan karena melalui evaluasi sumatif dapat ditetapka atau diberikan nilai apakah suatu desain pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, dan di perlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan sudah dapat di capai, efektifitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik.[8]
Manfaat dan fungsi desain pembelajaran PAI
Berdasarkan pengertian, langkah-langkah dan model dalam desain pembelajaran PAI ada beberapa manfaat desain pembelajaran menurut penulis antaralain :
- Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
- Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan.
- Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
- Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar.
- Untuk bahan penyususnan data agar terjadi keseimbangan kerja.
- Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Selain manfaat tersebut diatas, ada beberapa fungsi dari perencanaan dan desain pembelajaran PAI antaralain :
- Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
- Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
- Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.
- Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
- Sebagai bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
- Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.
- Meningkatkan kemampuan Pembelajar (instruktur, guru, widya iswara, dosen, dan lain-lain).
- Sebagai sarana menghasilkan sumber belajar.
- Sebagai sarana mengembangkan sistem belajar mengajar.
- Sebagai sarana mengembangkan Organisasi menjadi organisasi belajar.
KESIMPULAN
Desain pembelajaran merupakan proses perencanaan pembelajaran baik dalam materi, metode dan bahan ajar dalam mencapai pembelajaran yang efektif dan maksimal serta pembelajaran yang mencapai puncak prestasi. Ada beberapa langkah dalam mendesain pembelajaran PAI agar pembelajaran tersebut bisa terlaksana secara maksimal antaralain : Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran, Melaksanakan analisis pengajara, Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa, Merumuskan tujuan performansi/ kinerja, Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, Mengembangkan strategi pembelajaran, Mengembangkan dan memilih material pengajaran, Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif, Merevisi bahan pembelajaran, Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Sedangkan model model desain pembelajaran pendidikan agama Islam terdapat banyak model antara lain : Model ROPES. ( Review, Overview, Presentation, Exsercise, Summary), dan Model satuan pelajaran. Desain pembelajaran juga memeliki beberapa manfaat anataralain : Sebagai penunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan, Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan, Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja, Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar, dan Untuk bahan penyususnan data agar terjadi keseimbangan kerja.
Langkah-langkah dalam desain pembelajaran antaralain : (1) Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran. (2) Melakukan analisis pembelajaran. (3) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa. (4) Merumuskan tujuan performansi. (5)Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan. (6) Mengembangkan strategi pembelajaran. (7) Mengembangkan dan memilih material pembelajaran. (8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif. (9) Merevisi bahan pembelajaran. (10) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Desain pembelajaran PAI juga memiliki Fungsi Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian, Pentingnya perencanaan dan desain pembelajran PAI adalah Diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan dengan adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007)
Drs. Harjanto, Perecanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cpta, 1997)
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Rosda Karya ,2001),
Udin Saefudin Sa’ud dan Abin SyansuddinM, Perencanaan Pendidikan Suatu Kendekatan Komprehensif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006 )
http://machdans-modelmodelpembelajaran.blogspot.com/
http://nusabiounkhair.blogspot.com/2011/06/perencanaan-pengajaran.html
http://zuhairistain.blogspot.com/2009/04/pengertian-desain-pembelajaran_16.html
[1] http://zuhairistain.blogspot.com/2009/04/pengertian-desain-pembelajaran_16.html diakses pada tanggal 15 mei 2014
[2] Udin Saefudin Sa’ud dan Abin SyansuddinM, Perencanaan Pendidikan Suatu Kendekatan Komprehensif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006 ), hal 121
[3] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Rosda Karya ,2001), hal 76
[4] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal 78
[5] Drs. Harjanto, Perecanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cpta, 1997), hal 51
[6] http://machdans-modelmodelpembelajaran.blogspot.com/, diakses pada tanggal 15 mei 2014
[7] http://nusabiounkhair.blogspot.com/2011/06/perencanaan-pengajaran.html, pada tanggal 15 mei 2014
[8] Drs. Harjanto, Perecanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal 79-83