Oleh Samsi (Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris, Program Pascasarjana UNISMA Malang).
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan tahap perkembangan individu kearah kedewasaan, yang mana ayat yang pertama kali diturunkan Alloh SWT kepada Nabi Muhammad SAW yaitu ayat yang menyuruh kita untuk membaca atau dalam arti luas yaitu mernahaini. Membaca disini cakupannya luas tidak hanya berkaitan dengan tuntutan untuk memahaini agama saja tetapi juga untuk memahaini realitas yang ada di alam semesta ini.
Karena manusia adalah mahkluk sempurna yang diciptakan Allah dalam bentuk rupa yang lebih baik dan mahkluk ciptaan Allah yang Plainnya. Tidak hanya dan bentuk fisik manusia diberi kelebihan tetapi juga diberikan akal itulah yang menjadikan manusia itu istimewa. Dengan adanya akal inilah manusia menginginkan sebuah perubahan pada dirinya, salah satunya yaitu dengan proses pendidikan atau belajar. Proses pendidikan inilah yang menjadi sorotan penting karena pola pendidikan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Dalam proses pendidikan tidak hanya mengembangkan satu aspek kecerdasan (kognitif) saja, tetapi harus mencakup ketiga-tiganya yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan terjamahnya ketig aspek inilah yang akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas tetapi juga mampu untuk menghayati ilmu-ilmu yang ia pahaini serta mampu untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Tujuan Pembahasan
Secara umum tujuan pembahasan makalah ini adalah memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang manusia, psikologi agar dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada anak sesuai dengan potensi dan perkembangannya.
Adapun secara khusus pembahasan makalah ini bertujuan untuk:
- Meningkatkan pemahaman para mahasiswa terhadap hakekat manusia.
- Meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep psikologi anak.
- Meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa sebagai calon guru untuk dapat memberikan bimbingan dan pelayanan dalam pembelajaran yang terbaik kepada anak didik sesuai dengan potensi, bakat dan perkembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
- Manusia dan Psikologi
Manusia adalah manusia yang harus dididik, hal itu tidak terlepas dari potensi psikologis yang diiniliki oleh tiap-tiap individu. Mencerdaskan daya pikir manusia dengan melalui mata pelajaran “menulis, membaca dan berhitung” atau lebih dikenal dengan istilah 3R (writing, reading and arithmetic). Akan tetapi, sesuai dengan perkembangan serta tuntutan hidup manusia sehingga tugas tersebut semakin bertambah dan meluas, yaitu kecuali mencerdaskan otak yang terdapat dalam kepala juga mendidik ahklak atau moralitas yang berkembang dari dalam hati atau dada. Oleh karena itu, semakin meningkatnya rising demands (kebutuhan yang meningkat) maka akhirnya manusia ingin mendidik pula kecekatan atau ketrampilan tangan untuk bekerja terampil.
Manusia merupakan mahkluk hidup yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan mahkluk-mahkluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalaini perubahan-perubahan, baik perubahan dan segi psikologis ataupun pisiologis. Bagaimana manusia berkembang akan dibicarakan secara mendalam pada psikologi perkembangan sebagai salah satu psikologi khusus yang membicarakan tentang masalah perkembembangan manusia dalam kesempatan ini akan diketengahkan mengenai faktor-faktor yang akan menentukan dalam perkembangan manusia. Mengenai faktor yang menentukan perkembangan manusia ternyata terdapat bermacam-macam pendapat dari para ahli, sehingga pendapat itu menimbulkan bermacam-macarn teori mengenai perkembangan manusia.
Teori-teori perkembangan manusia tersebut antara lain:
- Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu faktor-faktor yang dibawakan ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan menentukan keadaan individu yang hersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan termasuk didalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak terpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Scohopen Haouer.
- Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Dalam pengertian pengalaman termasuk juga pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Manurut teori ini yang dilahirkan itu sebagai kertas putih bersih yang belum ada tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian, tergantung pada apa yang akan dituliskannya diatasnya. Teori ini dikemukakan oleh Jhon Locke, juga sering dikenal dengan teori tabularasa yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan.
- Teori Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dan kedua teori diatas. Teori ini dikemukakan oleh William Steren, baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting didalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan termasuk pengalaman dan pendidikan yang merupakan faktor eksogen.
- Alat dan potensi manusia adalah sebagai berikut:
Sebagai sifat-sifat Ketuhanan (potesi/fitrah) itu harus ditumbuh kembangkan secara terpadu oleh manusia dan diaktualkan dalam kehidupan individu maupun sosialnya, karena kemulian seseorang disisi Allah ditentukan oleh sejauh mana kualitasnya dalam mengembangkan sifat-sifat ketuhanan tersebut pada dirinya, bukan dilihat dan aspek materi, fisik dan jasad. Islam sangat menentang sifat materialism, paham atau pandangan yang berlebihan dalam mencintai materi, karena pandangan seperti ini akan merusak bagi perkembangan sifat-sifat ketuhanan (fitrah manusia) tersebut serta dapat menghalangi kemampuan seseorang dalam menangkap kebenaran Ilahiyah yang bersifat immaterial.
- Pendidikan dan Bimbingan
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau lahan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Jadi pada hakikatnya pendidikan itu adalah proses bimbingan, pembelajaran serta pelatihan terhadap generasi muda pada khususnya dan manusia pada umumnya agar nantinya bisa berkehidupan dan melaksanakan perannya serta tugas-tugasnya sebaik mungkin. Bimbingan sendiri adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuannya dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Definisi yang terpenting:
– Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran dan toleransi.
– Meningkatkan “questioning skills” dan kemampuan menganalisakan sesuatu – termasuk pendidikannya.
– Meningkatkan kedewasaan individu
– Untuk perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan “individual thinking” supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan tidak hanya meng-copy dan negara lain.
- Tujuan Pendidikan
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut.
- Unsur-unsur pendidikan, antara lain:
- Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar;
- Ada pendidik, pembimbing;atau penolong;
- Ada yang didik
- Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;
- Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
- Faktor-faktor pendidikan yang dikenal, yaitu:
- Faktor tujuan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya., yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
- Faktor Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik, meliputi: orang dewasa, orang tua, guru, pemimpin masyarakat, dan pemimpin agama.
- FaktorAnak Didik
Karakteristiknya adalah: belum memiliki pribadi dewasa, masih menyempurnakan aspek kedewasaannya, memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu.
- FaktorAlat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya pendidikan tertentu.
5. Faktor Lingkungan, menurut Sartain (ahli Psikologi Amerika), lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Pada dasarnya mencakup tempat, kebudayaan dan kelompok hidup bersama.
- Potensi-potensi Dasar Manusia dan lmplikasinya Terhadap Pendidikan
Dari kajian proses terjadinya manusia, dapat ditarik pengertian bahwa manusia itu terdiri atas dua substansi, yaitu : 1). Substansi jasad/materi, yang bahan dasarnya adalah dari materi yang merupakan bagian dan alam semesta ciptaan Alloh SWT dan perkembangannya tunduk dan mengikuti sunnatullah (aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah). 2). Substansi non materi/non jasad, yaitu merupakan penghembusan atau penipuan roh. Sedangkan menurut Al-Farabi, manusia itu meimiliki dua unsur pokok yaitu, 1). Satu unsur yang berasal dari alam ala-amr (roh dari perintah Tuhan), 2). Satu unsur yang berasal dari alam al-khalik.
Dari kedua substansi tersebut di atas, manusia telah dilengkapi dengan potensi-potensi dasar yang disebut fitrah, yang harus ditumbuhkembangkan dan diaktulisasikan. Islam sangat mengedepankan dalam kehidupan nyata dunia ini dengan proses pendidikan dan selanjutnya dipertanggungjawabkan di akherat.
- Implikasi Terhadap Pendidikan
Alat-alat potensial dan berbagai potensi dasar atau fitrah manusia tersebut harus ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hayat. Manusia dibeni kebebasan untuk berikhtiar mengembangkan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau fitrah manusia tersebut. Namun demikian pertumbuhan dan perkembangan tersebut tidak bisa lepas dari ketentuan-ketentuan yang sudah ditentukan. Yaitu hukum-hukum pasti yang menguasai alam, hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri, yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Di samping itu, pertumbuhan dan perkembangan alat potensial dan fitrah manusia itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan, geografis, lingkungan social cultural, sejarah dan faktor-faktor temporal. Dalam ilmu pendidikan terdapat lima faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain yaitu: faktor tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan. Karena itulah minat, bakat dan kemampuan, skill dan sikap manusia yang berwujudkan dalam kegiatan ikhtiarnya dan hasil yang dicapai dan hasil ikhtiarnya berbeda-beda.
- Berbagai pandangan tentang proses pendidikan
Proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan dasar atau bakat manusia maka dengan sendirinya proses tersebut akan berjalan sesuai dengan hukum-hukum perkernbangannya, yaitu hukum kesatuan organis, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia berjalan secara menyeluruh dalam seluruh organ-organnya, baik organ tubuh maupun organ rohaniahnya, bukan perkembangan organis apabila satu dengan yang lainnya tidak saling berkaitan atau berjalan dengan sendiri-sendiri.
Fungsi kejiwaan manusia tidak berkembang terlepas antara satu fungsi dengan fungsi yang lainnya. Deimikian pula, fungsi-fungsi organ tubuhnya. Fungsi kejiwaan meliputi, antara lain pikiran, kemauan, perasaan, ingatan dan nafsu-nafsu yang senantiasa berkembang secara menyeluruh, tidak terpisah antara satu dengan yang lainnya atau tidak berdiri sendiri.
Hukum tempo menyatakan bahwa perkembangan manusia itu menurut tempo atau waktu yang satu dan yang lain berbeda, pada saat tertentu mengalami perkembangan yang cepat, tetapi saat yang lainnya mengalami perkembangan yang lambat. Pada saat tertentu anak sangat peka terhadap perasaan ketuhanan (agama), yaitu 10 tahun. Pada saat ini anak sangat mudah sekali dididik agama, tetapi pada waktu atau usia tertentu berbeda, pada saat puber, anak mengalami kemunduran perasaan keberagamannya. Atau juga pada waktu manusia berada pada masa mudanya ia sangat cerdas dan memiliki ide-ide cemerlang, tetapi pada masa dewasa mengalami kemunduran.
Hukum konvergensi mengatakan bahwa menyatakan perkembangan manusia itu berlangsung atas pengaruh-pengaruh dan faktor-faktor bakat dan kemampuan dasar dan faktor lingkungan sekitar yang disengaja. Dengan kata lain manusia ditentukan perkembangannya oleh faktor dasar dan faktor ajar, yang satu dengan yang lainnya saling berpengaruh secara interaktif.
Menurut ahli pedagogic Prof.Drs.A.Sigit, manusia dalam perkembangannya mengalami proses dalam tiga faktor yang saling mempengaruhi, yaitu faktor pembawaan, faktor lingkungan sekitar dan faktor dealektis (proses pengaruh mempengaruhi antara kedua faktor tersebut). Jadi, nampak jelas bahwa para ahli selalu menilai bahwa selain faktor pembawaan, faktor lingkungan mempunyai dampak besar sekali dalam pembentukan pribadi manusia, sehingga faktor ini oleh aliran filsafat kependidikan, empirisme, dinyatakan sebagai faktor yang paling dominan dampaknya terhadap proses perkembangan manusia. Lain halnya dengan aliran nativisme yang mengatakan faktor pembawaan atau bakat serta kemampuan dasar sebagai penentu dari proses perkembangan manusia. Sehingga proses perkembangan hidup manusia ditentukan oleh faktor dasar ini. Akibatnya ialah bahwa faktor-faktor ekternal seperti pendidikan atau lingkungan serta pengalaman tidak memiliki dampak bagi perkembangan hidup manusia.
Bila dibandingkan dengan pandangan konvergensi, yang menganggap bahwa proses perkembangan manusia itu selalu ditentukan oleh perpaduan pengaruh dan faktor pembawaan (kemampuan dasar) dan faktor lingkungan sekitar, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, seperti pergaulan, lingkungan alam maka kedua faktor ini selalu berproses secara interaksi dalam pembentukan watak dan kepribadian manusia. Disinilah lembaga pendidikan berperan dengan segala kelengkapannya harus benar-benar efektif dan efisien. Maka jelas kedua pandangan aliran tersebut, yaitu empiris dan nativisme.
Berbeda dan pandangan-pandangan sebelumnya Islam yang penuh dengan ajaran etis dan normatif yang bertolak dari masa hidup dalam perikeseimbangan sepenuhnya menghargai potensi rohaniah dan jasmaniah manusia di kehidupan di alam nyata ini.
Islam memberikan konsep bahwa perkembangan manusia diletakkan pada titik lingkaran yaitu selaku mahkluk pribadi yang selalu mempererat hubungannya dengan Tuhan dan sekaligus memiliki hubungan dengan masyarakat. Dengan ikatan dalam dua lingkaran hubungan inilah, manusia menempuh proses perkembangan menuju kearah martabat hidup manusiawi sesuai dengan kehendak Tuhannya. Hubungan dua arah yang sekaligus harus dibentuk itulah yang akan menjadikan dirinya sebagai hamba Tuhan yang paling mulia diantara mahkluk Tuhan yang lainnya, karena mampu berkeimanan yang tangguh dan mampu beramal shaleh untuk masyarakat. Antara kemampuan kedua ini saling mempengaruhi dalam pribadi manusia yang hidup dinamis. Lain halnya dengan pandangan Pragmatisme dalam kependidikan, seperti yang dikemukakan oleh beberapa pendidik di Amerika Serikat, misalnya John Dewey yang menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses tiada akhir dan berbagai proses itu berlangsung dengan berbagai tujuan, yaitu sebagai berikut:
- Proses transmisi dan transformasi cultural (kehudayaan) dari generasi ke generasi
- Proses komunikasi karena masyarakat terbentuk dalam system komunikasi, demikian pula dalam proses pendidikan.
- Proses direksi (pengarahan) terhadap lingkungan sekitar dan kemampuan dasar anak didik.
- Proses konservasi dan progresif, yaitu mengawetkan kebudayaan dan memajukan kebudayaan masyarakat.
- Proses rekapitulasi dan rekontruksi, proses penghilangan kebudayaan nenek moyang manusia dan sekaligus meyusun kembali (reorganize) pengalaman yang akan memperbesar abilitas (kecakapan) mengarah proses pengalaman berikutnya.
Pendidikan yang berlangsung melalui proses bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia, dilihat dari prinsip pandangan Islam merupakan bersifat tabi’iyah artinya sesuai dengan tabiat hidup manusia, karena itu tidak bertentangan dengan Sunnattullah yang ditetapkan Allah atasnya. Dari sisi lain, pandangan Islam bahwa dalam segala kejadian ini, termasuk kejadian manusia, diberlakukan manusia oleh Tuhan suatu proses kehidupan. Maka tidak dapat diingkari lagi bahwa implikasi pandangan Islam demikian mengandung peimikiran progresivisme, karena proses yang terjadi pada kejadian dalam kehidupan ini bertendensi karena kemajuan secara tahap demi tahap menuju kearah kesempurnaannya sebagai titik optimalnya.
- Pentingnya Pendidikan untuk Kemajuan Masyarakat
Mengenai pendidikan itu sendiri perlu kita bicarakan filsafatnya dalam bab ini. Sebab pentingnya untuk pertumbuhan individu dan masyarakat sekarang sudah menjadi fakta yang diterima dikalangan ahli-ahli pendidikan, ahli sosiologi, ahli ekonomi dan ahli politik. Mereka semua setuju bahwa pendidikan semacam investmen untuk menumbuhkan sumber-sumber manusia yang tidak kurang nilainya dari investmen pada pertumbuhan sumber-sumber material.
Diantara segi-segi pertumbuhan dan persiapan yang mungkin disumbangkan oleh pendidikan kepada individu adalah membuka pribadinya dan mengembangkan berbagai seginya kearah yang diinginkan oleh masyarakat, memperkenalkan kepadanya akan hak-hak yang diberi kepadanya oleh Tuhan sebagai individu di dalam suatu masyarakat Islam, begitu juga kewajiban-kewajiban, tanggung jawab dan kemestian-kemestian sebagai akibat dan hak-hak ini.
Pendidikan yang baik memberi sumbangan kepada semua bidang pertumbuhan individu : dalam pertumbuhan jasmani dan segi struktural dan fungsional. Ia juga membantunya menumbuhkan kesediaan, bakat-bakat, ketrampilan dan kekuatan jasmaninya, begitu juga memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan kekuatan jasmaninya, begitu juga memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap yang betul yang memperbolehkannya mencapai kesehatan jasmani yang wajar, keserasian badan yang sesuai dengan memelihara kesehatan dan keserasian ini.
Sumbangan pendidikan dalam semua bidang pertumbuhan yang telah dibicarakan itu adalah fakta yang sudah diterima, tidak perlu dibahas panjang lebar. Orang yang meragukannya cukup membandingkannya orang-orang yang tidak mendapat nikmat itu diberbagai aspek pertumbuhan dan persiapan untuk kehidupan. Kita tidak meragukan bahwa ia akan mendapati bahwa nasib orang yang tidak mendapat pendidikan yang baik dalam hal pertumbuhan dan persiapan ini jauh lebih sedikit dari pada orang-orang yang menerima pendidikan yang baik. Kalau kita berkali-kali menekankan pendidikan yang baik maka itu berarti bahwa pendidikan yang dapat membawa kepada pertumbuhan individu dan masyarakat yang menyeluruh adalah pendidikan yang baik dan bagus. Ukuran baik dan bagus di sini walaupun berbeda dan budaya kebudayaan dan dari masyarakat ke masyarakat lainnya, tetapi ada ukuran-ukuran yang disepakati oleh semua. Diantaranya adalah bahwa pendidikan itu harus mempunyai filsafat, tujuan-tujuan tertentu dan jelas, dan bahwa hubungan-hubungan antara filsafat, tujuan, rencana, kurikulum dan program-program pengajaran dengan filsafat, tujuan-tujuan, kebutuhan masyarakat, kebutuhan individu di masyarakat itu dan budaya sorta nilai-nilai masyarakat jelas. Begitu juga gerakan perbaikan dan pengembangan masyarakat kearah yang lebih baik haruslah didasarkan atas pninsip-prinsip ilimiah yang telah dikaji dengan matang dan secara terus menerus. Kita harus sadar bahwa pendidikan yang baik adalah baik filsafatnya, baik tujuan-tujuannya, baik kebijaksanaannya, baik guru-gurunya dan bangunan-bangunan serta sarananya. Masyarakat yang berusaha mencapai pendidikan yang baik harus terus monerus memperbaiki segi-segi ini semua berdasar pada ajaran-ajaran, nilai-nilai agamanya, ciri-ciri budayanya yang istimewa dan kebutuhan-kebutuhan dan tuntunan-tuntunan pertumbuhan yang menyeluruh dan juga berdasarkan pada hasil-hasil penelitian ilmiah yang betul dan eksperimen-eksperimen yang wajar dan berhasil.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Manusia adalah mahkluk yang harus dididik, hal itu tidak terlepas dari potensi psikologis yang dimiliki oleh tiap-tiap individu.
Ada beberapa teori perkembangan manusia
- Teori nativisme
- Teori Empirisme
- Teori Konvergensi
Manusia itu terdiri atas dua substansi, yaitu:
- Substansi jasad/materi, yang bahan dasarnya adalah materi yang merupakan bagian dari alam semesta ciptaan Allah SWT dan perkembangan tunduk dan mengikuti Sunatullah (aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah)
- Substansi non mateni/non merupakan penghembusan atau penipuan roh. Sedangkan menurut Al-Farabi, manusia itu memiliki dua unsur pokok yaitu:
- Satu unsur yang berasal dan aam al-khalik
- Satu unsur berasal dan alam ala-amr (roh penintah dari Tuhan)
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. John Dewey, yang menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses tiada akhir dan berbagai proses itu berlangsung dengan berbagai tujuan, yaitu sebagai berikut:
- Proses transmisi dan transformasi kultural (kebudayaan) dari generasi ke generasi.
- Proses komunikasi karena masyarakat terbentuk dalarr sistern komunikasi. Demikian pula dalam proses pendidikan
- Proses direksi (pengarahan) terhadap lingkungan sekitar dan kemampuan dasar anak didik
- Proses konservasi dan progresif, yaltu mengawetkan kebudayaan dan memajukan kebudayaan masyarakat.
Proses rekapitulasi dan rekonstruksi, proses penghilangan kebudayaan nenek moyang manusia dan sekaligus menyusun kembali (reorganize) pengalaman yang akan memperbesar abilitas (kecakapan) mengarah proses pengalaman berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : ANDI
Made Pidata. 2007. Landasan Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta
Muzayyin Arifin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: BUMI AKSARA
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel. 1996. Dasar-dasar Kependidikan Islam, Surabaya: Karya Abdi Tama
Hasan Langgulung. 1988. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta Radar Jaya Offset