TEMPO Interaktif, Bandung -Tim Pemantau Independen Ujian Nasional Kota Bandung meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika ikut menelusuri kebocoran soal dan jawaban ujian lewat pesan pendek telepon seluler. Masalah itu mulai sekarang harus dicari sumbernya agar siswa tak selalu menjadi korban.
Menurut koordinator tim Dadang Iskandar, dia akan membawa temuan sebuah kasus kecurangan ujian di Kota Bandung untuk ditelusuri Kementerian Komunikasi dan Informatika. Barang buktinya berupa kunci jawaban yang didapat dari seorang siswa SMA kelas IPS di wilayah Bandung Barat.
Sebelumnya, pengawas dan pemantau merasa heran karena siswa yang dirahasiakan identitas dan asal sekolahnya itu langsung mengisi jawaban. Padahal soal ujian belum sampai di mejanya. Setelah lembaran jawabannya ditarik dan diberi kertas baru, siswa itu sanggup mengerjakan ujian Ekonomi dalam waktu kurang dari 1 jam.
Karena curiga, pengawas meminta telepon genggam siswa tersebut. Di dalamnya, ternyata ada kunci jawaban. “Kebenarannya lebih dari 80 persen,” ujarnya, Sabtu (27/3).
Tim pernah memeriksa nomor pengirim pesan pendek kunci jawaban tersebut, namun sudah tidak aktif. Karena itulah, ia meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika menelusuri peredaran SMS kunci jawaban Ujian Nasional. “Kasus Antasari Ashar (mantan ketua KPK) saja bisa (ditelusuri), masak kasus ini nggak bisa,” katanya.
Koordinator Investigasi Komite Independen Pemantau Ujian Nasional Jawa Barat Dan Satriyana sepakat sumber kebocoran jawaban itu harus dicari pemerintah. “Kita tidak pernah tuntas (mencari) siapa pelakunya selama ini,” katanya.
Akibatnya, siswa kerap kali disalahkan bahkan sampai ditangkap polisi. “Harusnya siswa ditempatkan sebagai korban,” ujarnya.
ANWAR SISWADI
Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2010/03/27/brk,20100327-236100,id.html