Pengasuh Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori mengatakan, hari ini ada kesadaran di masyarakat bahwa punya anak kalau hanya sekolah formal tinggal menunggu kerusakannya.
Menurut dia, banyak orang tua sadar bahwa anaknya, disamping sekolah formal, harus di pesantren. “Animo masyarakat mengembalikan anak ke pesantren ini sebetulnya luar biasa,” katanya pada diskusi rutin yang diselenggarakan Fraksi Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah pada (25/11).
Pada kesempatan itu kiai yang akrab disapa Gus Yusuf didaulat membincang pesantren dengan tema “Pesantren Minim Perhatian Dimana Peran Pemerintah?”. Gus Yusuf hadir sebagai Wakil Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyyah.
Menurut Gus Yusuf, keadaan tersebut sebagai perhatian masyarakat terhadap kemerosotan moral bangsa. Kesadaran itu muncul karena lembaga pendidikan pesantren tidak hanya menjadi lembaga ta’lim namun juga melakukan tarbiyyah kepada santrinya.
Masyarakat, tambah dia, sebagai orang tua santri akan merasakan rugi bila tidak menyantrikan anaknya di pondok pesantren.
Masih menurut Gus Yusuf, ada berbagai macam pilihan pondok pesantren yang bisa dipilih wali santri dalam menyelamatkan akhlak anaknya. Bahkan ada beberapa wali santri yang hanya memondokkan anaknya tidak diimbangi dengan sekolah formal terlebih dahulu.
Ia berharap ke depan pesantren masih menjadi penjaga moral bangsa. “Tidak hanya sebatas pinter tetapi juga melahirkan orang-orang bener,” ungkap Gus Yusuf.
Ia juga mendukung dengan kerja yang dilakukan PW RMI Jateng yang melakukan database pesantren di provinsi tersebut.
Hal ini juga dikuatkan Muh Zen Adv sebagai bagian dari FKB Jateng. Database pesantren menjadi dasar untuk menentukan berbagai macam kebijakan organisasi. (M. Zulfa/Abdullah Alawi).
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,46-id,55985-lang,id-c,pesantren-t,Kesadaran+Kirim+Anak+ke+Pesantren+Masih+Tinggi-.phpx