Diriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq ra. katanya: “Kegelapan itu ada lima perkara sedang lampu bagi kegelapan tersebut ada lima sifat:
1. Menyintai dunia itu adalah kegelapan, karena akan menempatkan manusia pada hal-hal yang syubhat, kemudian pada hal-hal yang makruh, lalu pada hal-hal yang diharamkan.
Nabi Besar Muhammad saw. bersabda:
حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ . رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ عَنِ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ .
Artinya: “Menyintai dunia itu adalah pangkal setiap kesalahan”. HR. Al Baihaqi dari Hasan Al Bashri.
Al Ghozali berkata: “Sebagaimana menyintai dunia itu adalah pangkal setiap kesalahan, maka membenci dunia adalah pangkal setiap kebaikan”. Dan lampu baginya adalah taqwa, yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan ta’at kepada-Nya. Telah diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
إِنَّكَ لَمْ تَدَعْ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ أَعْطَاكَ خَيْرًا مِنْهُ . رَوَاهُ اْلإِمَامُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ .
Artinya: “Sesungguhnya engkau tidaklah meninggalkan sesuatu karena takut kepada siksa Allah ‘azza wa jalla, kecuali Allah akan memberimu apa yang lebih baik dari pada apa yang engkau tinggalkan”. HR. Imam Ahmad dan An Nasa’i.
2. Dosa itu adalah kegelapan, sedangkan lampu baginya adalah taubat. Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكِتَتْ فِيْ قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَآءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ صَقُلَ قَلْــــبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُوْ عَلَى قَلْبِهِ ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِيْ ذَكَرَهُ اللهُ تَعَالَى : ” كَلاَّ بَلْ رَانَ عَـــلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ” ، رَوَاهُ الإِمَامُ أَحْمَدُ وَالتُّرْمَذِيُّ وابْنُ مَاجَه وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ حِبَّـــــــــانَ وَالْحَاكِمُ .
Artinya: “ Sesungguhnya hamba itu ketika melakukan sesuatu kesalahan, maka dititikkan pada hatinya sebuah titik hitam . Maka ketika dia melepas dosa, memohon ampun dan bertaubat, hatinya menjadi bersih. Dan jika dia kembali, maka titik hitam itu ditambahkan sehingga menutupi seluruh hati, dan itulah ron yang disebutkan oleh Allah ta’ala dalam surat Al Muthoffifin ayat 14: “Sesungguhnya (ayat-ayat Kami itu tidak ada cacatnya) bahkan mata hati mereka ditutupi kekotoran (dosa), dengan sebab (perbuatan kufur dan maksiat) yang mereka kerjakan”. HR. Imam Ahmad, At Turmudzi, Ibnu Majah, An Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al Hakim.
3. Kubur itu adalah gelap, lampunya adalah kalimah:
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ .
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ يَبْتَغِيْ بِهَا وَجْهَ اللهِ تَعَالَى . رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمًسْلِمٌ .
Artinya: “Sesungguhnya Allah ta’ala mengharamkan masuk neraka orang yang mengucapkan: “Tiada Tuhan melainkan Allah” dalam keadaan mengharapkan kerelaan Allah ta‘ala”. HR. Al Bukhari dan Muslim.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ قَالَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصًا دَخَلَ الْجَنَّةَ! قَــالُوْا: يَــا رَسُوْلَ اللهِ ، فَمَا إِخْلاَصُهَا؟ قَالَ : أَنْ تَحْجُزَكُمْ عَنْ كُلِّ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْكُمْ ، رَوَاهُ الْخَطِيْبُ .
Artinya: “Barangsiapa yang mengucapkan: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah” dengan ikhlas, niscaya dia masuk sorga!. Para sahabat berkata: “Apakah keikhlasannya?”. Beliau bersabda: “Apabila kalimah tersebut dapat mencegah kamu sekalian dari setiap hal yang Allah telah mengharamkannya atas kamu sekalian”. HR. Al Khatib.
Dikatakan bahwa ada tujuh perkara yang menerangi kubur:
1. Ikhlas dalam beribadah.
2. Berbakti kepada kedua orang tua.
3. Silatur rahim.
4. Umur jangan disia-siakan dalam perbuatan maksiat.
5. Jangan mengikuti hawa nafsu.
6. Sungguh-sungguh / giat dalam ta’at.
7. Memperbanyak dzikir kepada Allah.
4. Akhirat itu adalah gelap, karena banyak kesulitan-kesulitannya. Dan yang meneranginya adalah amal yang shalih.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ يُؤْخَذَ بِرُخَصِهِ كَمَا يُحِبُّ أَنْ يُؤْخَذَ بِعَزَامِهِ إِنَّ اللهَ بَعَثَنِيْ بِالْحَنِيْفِيَّةِ السَّمِــــــــحَةِ دِيْنِ إِبْرَاهِيْمَ . رَوَاهُ ابْنُ عَسَاكِرَ ..
Artinya: “Sesungguhnya Allah senang apabila keringanan-keringanan-Nya dikerjakan sebagaimana Allah senang apabila dikerjakan perintah-perintah-Nya. Sesungguhnya Allah mengutus aku dengan agama yang longgar, agama Nabi Ibrahim”. HR. Ibnu Asakir.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
أَدُّوْا الْعَزَائِمَ وَاقْبَلُوْا الرُّخْصَةَ وَدَعُوْا النَّاسَ فَقَدْ كُفِيْتمُوْهُمْ . رَوَاهُ الْخَطِيْبُ .
Artinya: “Laksanakanlah perintah-perintah dan terimalah keringanan dan tinggalkan manusia, karena benar-benar kamu sekalian akan dicukupkan dari kejahatan mereka”. HR. Al Khatib.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ لَمْ يَقْبَلْ رُخْصَةَ اللهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ جِبَالِ عَرَفَةِ ، رَوَاهُ الإِمَامُ أَحْمَدُ .
Artinya: “Barangsiapa yang tidak mau menerima keringanan Allah, niscaya ada baginya dosa seperti gunung-gunung di Arafah”. HR. Imam Ahmad.
5. Shirathal Mustaqim itu adalah gelap, lampu penerangannya adalah keyakinan terhadap wujud barang ghaib dengan melenyapkan setiap keraguan.