www.infodiknas.com.
Seribu mahasiswa baru kurang mampu, masuk IPB gratis. Mereka digratiskan biaya pendidikannya melalui beasiswa Bidik Misi hingga lulus.
“Tahun ini akan ada seribu mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebanyak 876 mahasiswa baru gratis masuk melalui Seleksi Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Jalur Undangan. Sisanya, sebanyak 124 akan diberikan pada mahasiswa baru yang masuk melalui SNMPTN Tertulis dan Ujian Talenta Masuk IPB,” papar Direktur Kemahasiswaan IPB, Dr.Rimbawan.
IPB juga menyediakan beasiswa dari berbagai sumber untuk 127 mahasiswa baru kurang mampu yang tidak mendapat beasiswa Bidik Misi.
“Bagi mahasiswa kurang mampu namun tidak mendapat beasiswa Bidik Misi, jangan khawatir, IPB telah menyediakan beasiswa dari alumni, pengusaha, dan perusahaan swasta untuk meringankan biaya pendidikan selama di IPB. Silakan mengajukan lamaran ditujukan ke Direktorat Kemahasiswaan IPB,” lanjut Dr.Rimbawan.
Sebagai informasi tahun 2011, IPB memperoleh beasiswa sebanyak Rp 60 miliar dari berbagai donatur.
Juliana, mahasiswa Departemen Ilmu Gizi, IPB mengungkapkan rasa bahagianya kala dia dinyatakan memperoleh beasiswa Bidik Misi. “Alhamdulillah, akhirnya saya bisa kuliah, terima kasih IPB telah memberikan kesempatan sangat berharga ini pada saya,” kata Juli. Berbekal ongkos Rp 600 ribu pemberian guru-guru sekolahnya, Juli datang dari Pati ke Bogor sendiri tanpa ditemani kedua orangtuanya.
Juliana mengisahkan perjalanan hidupnya.
Ayah kandung Juliana meninggalkan ibunya begitu saja ketika adiknya berusia 7 bulan. Sejak kepergian ayahnya, kehidupan ekonomi keluarganya yang tadinya mapan, tiba-tiba berubah drastis.
Adiknya terpaksa dititipkan dan dibesarkan saudara ibunya. Sedangkan Juliana tinggal dengan neneknya. Pada saat Juliana duduk di bangku sekolah kelas 3 SMP, saudara ibunya sakit liver dan meninggal dunia.
Ibunya kemudian mengambil dan merawat adiknya. Ibunya menikah lagi saat Juliana duduk di bangku sekolah kelas 1 SMA.
Kini ibunya bekerja sebagai pengupas kacang, sementara ayah tirinya bekerja sebagai sopir dengan penghasilan sekitar Rp 500 ribu per bulan.
“Ibu bekerja mengupas kacang sampai tangannya melepuh. Setiap mengupas satu karung kacang, Ibu dibayar Rp 20 ribu,” tutur alumni SMA 1 Tayu Pati, Jawa Tengah dengan mata berkaca-kaca.
Dengan pendapatan minim, kedua orangtuanya harus menanggung dirinya, adiknya dan sepupunya. Makan sehari-hari pun seadanya. Kadang sehari makan dua kali dengan lauk krupuk atau garam saja. Untuk membantu biaya sekolah, sepulang sekolah Juliana mengajar Pramuka dan mengaji dengan penghasilan Rp 60 ribu per bulan. Selain itu, dengan dibantu modal dari temannya, Juliana jualan pulsa elektrik.
Ditanya alasannya memilih IPB, Juliana mengatakan sejak dulu dia sangat ingin masuk IPB, karena mendengar IPB sangat peduli terhadap mahasiswa yang kurang mampu.
“Dari informasi kakak kelas saya di IPB banyak tersedia beasiswa untuk orang kurang mampu seperti saya. Saya juga mendengar IPB sangat peduli dengan kondisi ekonomi mahasiswanya,” tandasnya.
(yopi/sir)
***
http://www.poskotanews.com/2012/06/16/juliana-alhamdulillah-saya-bisa-kuliah/