
Gumilar Rosliwa Soemantri
JAKARTA, FAJAR — Nasib Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar Rosliwa Soemantri berada di ujung tanduk. Dia tidak menyangka, pemberian gelar doktor honoris causa (HC) bidang kemanusiaan dan ilmu pengetahuan teknologi kepada Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Azis tersebut berakibat buruk baginya. Tidak hanya panen protes, upaya pelengseran dari jabatan rektor mulai berembus kencang.
Kalangan yang keberatan adalah Majelis Wali Amanat (WMA) UI dan sejumlah LSM, antara lain, Migrant Care, Pakubumi, dan Kapal Perempuan. Protes tersebut berawal dari sebuah berita dari Arab News. Media tersebut memberitakan kalau Rektor UI Prof Gumilar R. Sumantri datang ke Istana Al-Safa, Jeddah, untuk memberikan gelar Doktor HC pada Raja Abdullah Minggu 21 Agustus lalu.
Arab News menulis kalau Gumilar memberikan gelar itu karena Raja Abdullah mempunyai peranan penting dalam banyak hal. Mulai mempromosikan pengajaran Islam yang moderat, mendukung perdamaian Palestina, dan menginisiasi dialog antaragama. Namun, WMA UI dan para LSM berpendapat sebaliknya.
Masalah menjadi besar lantaran MWA yang juga memiliki hak untuk menggodok siapa berhak mendapat HC tidak dilibatkan. Versi MWA, prosedur tetap pemberian gelar adalah melalui komite terlebih dahulu. “Setelah itu, diusulkan kepada rektorat dan dilanjutkan di tingkat MWA,” ujar anggota MWA UI Prof Emil Salim, kemarin
Setelah itu, MWA yang terdiri dari sembilan wakil akademik dan enam wakil masyarakat yang anggotanya termasuk Gubernur DKI Fauzi Bowo dan Alwi Shihab mengirimkan surat protes kepada rektor. Kalau MWA mempertanyakan prosedur pemilihan, LSM justru mempertanyakan kredibilitas Raja Saudi menerima gelar HC.
Kepada wartawan, rilis para LSM menyebut jika Raja Saudi tidak layak menerima gelar lantaran tidak menghormati Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satunya, adalah mudahnya memancung seseorang yang terlibat masalah hukum seperti kasus Ruyati. Disamping itu, Arab masih banyak melakukan penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap buruh migran.
Guru besar sosiologi UI Thamrin Amal Tamagola di gedung DPR kemarin, kembali merespons keras pemberian gelar itu. Dengan lantang dia mengatakan mengutuk keras tindakan Rektor UI tersebut dan siap menggulingkan Gumilar. Dia juga mengumbar sejumlah dosa Gumilar selama menjabat rektor. “he must go out,” tegasnya.
Dosa tersebut di antaranya sikap represif Gumilar saat ada aksi demo mahasiswa di kampus UI, sekitar 10 hari lalu. Saat itu, Gumilar memerintahkan petugas keamanan membubarkan aksi damai mahasiswa terkait mahalnya biaya pendidikan itu, dengan jalan kekerasan. Akibatnya, ada 20 mahasiswa yang terluka dan terpaksa harus dirawat di rumah sakit karena baku hantam dengan 200 satpam.
Di tempat terpisah, Gumilar menyampaikan permintaan maafnya kepada masyarakat atas pemberian gelar doktor kehormatan kepada Raja Saudi. Dia tahu, beberapa kalangan merasa tidak nyaman dengan pemberian gelar tersebut. “Saya mohon maaf,” ujar Gumilar.
Dia mengakui, masalah tersebut sensitif karena momentum pemberian gelar tidak berselang lama dengan tragedi kemanusiaan yang dialami TKI. Khususnya hukuman pancung yang diberikan kepada Ruyati. “Saya tahu momentumnya kurang pas karena setelah pemancungan Ibu Ruyati,” kata Gumilar. “Satu yang pasti, kami tidak pernah berniat melukai perasaan keluarga Ruyati,” imbuhnya.
Dia juga tidak mengkhawatirkan aksi protes melebar menjadi isu penggulingannya sebagai rektor UI. “Itu wajar saja, apalagi di kampus,” tandasnya. Sejak pemberian gelar kepada Raja Saudi, Gumilar belum berencana bertemu dengan sejumlah guru besar untuk berudiensi. Sebab, dia baru saja pulang dari Saudi terkait pemberian gelar tersebut.
Dia lantas menjelaskan jika proses seleksi, pengkajian, dan penetapan Raja Saudi sebagai penerima gelar doktor honoris causa sudah tepat. Bahkan, sudah ditetapkan sejak tiga tahun lalu. Namun, gelar tersebut belum bisa diberikan karena Raja Saudi kerap sakit-sakitan. “Rektor tidak menentukan sendiri,” tuturnya.
Dia membenarkan jika tidak semua pihak dilibatkan dalam penentuan pemberian gelar itu termasuk WMA. Gumilar beralasan tidak mungkin kalau seluruh pihak civitas akademika dilibatkan. Apalagi, jumlahnya seluruh dosen dan karyawan di UI mencapai 6 ribu orang. “Sudah ada panitianya, transparan dan akuntabel,” janjinya.
Disinggung mengenai kenapa Raja Abdullah layak mendapat gelar, dia mengatakan sedikitnya empat hal. Pertama, dia dianggap sukses melakukan modernisasi pendidikan Islam. Kedua, mengembangan perekonomian yang berbasiskan energi terbarukan. Ketiga, aktif mengembangkan dialog lintas keagaamaan. “Empat, aktif mengembangkan perdamaian di kawasan Timur tengah, terutama masalah Palestina-Israel,” jelasnya. (jpnn/sil).
.
http://www.fajar.co.id/read-20110903005134-rektor-ui-terancam-dilengserkan