CITA-cita Noviana Mayasari cukup mulia. Yaitu menjadi guru di pelosok desa. Dia paham, menjadi guru tak sekadar mengajar tapi juga mendidik murid.
Sejak tujuh bulan lalu, perempuan 23 tahun ini aktif mengajar di salah satu Taman Kanak-Kanak di kota Solo. Meski belum menjadi guru tetap, namun kesempatan mengajar itu dapat memberikan tambahan uang saku di sela menyelesaikan tugas akhirnya di Universitas Slamet Riyadi.
“Cita-cita dari kecil ingin jadi guru dan saat ini terwujud. Meski belum menjadi guru tetap,” kata warga Klaten ini.
Dara kelahiran November 1991 ini mempunyai pengalaman menarik ketika mengajar anak TK. Mereka memiliki pertanyaan yang kadang tidak terpikirkan oleh orang dewasa. “Jadi geli sendiri kalau inget. Masalahnya terkadang tidak bisa menjawab. Karena mereka masih kecil, kalau dijawab takutnya mereka nanti salah mengerti. Bayangkan saja, dia tanya begini, Miss kenapa rambutnya nggak kriting saja kayak aku? Kata anak itu, lalu kita jawab apa coba??,” canda pendaki gunung ini.
Tak jarang,lanjut Noviana, anak-anak ini menangis karena hal-hal sepele bagi orang dewasa. Tapi mungkin bagi mereka itu hal yang tidak sepele. Seperti ketika mereka menangis hanya karena rebutan sedotan.
Selain itu, ketika anak-anak mood-nya bagus, sebagai guru mengajarnya juga enjoy bahkan sampai kekurangan waktu. Tetapi dukanya kalau anak-anak lagi rewel, guru guru sampai bingung mengurus anak-anak.
Ke depannya, Noviana ingin menjadi guru di lokasi terpencil di pedalaman, di kaki gunung atau di pinggir pantai. Kata dia, dengan begitu dirinya selain mengajar juga bisa menikmati alam. (kwl/wa).
http://www.radarsolo.co.id/she/1111-ingin-jadi-guru-di-pelosok.html