Naskah-naskah kuno (manuskrip) sangat penting untuk pelestarian budaya. Saat memberikan pernyataan pers penutupan Asia Europe Meeting Cultural Ministers Meeting (ASEM-CMM) ke-5, Rabu (19/9), Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan (Wamenbud) Wiendu Nuryanti membahas kerja sama Indonesia-Belanda mengenai pengelolaan manuskrip milik Indonesia yang berada di Belanda.
Direktur Jenderal Warisan Budaya Belanda, Sander Bersee, mengatakan tujuan program kerja sama adalah agar kedua negara bisa saling gunakan untuk penelitian, dan pembelajaran. Wiendu juga menyatakan kerja sama akan dilakukan dalam bentuk digitalisasi manuskrip Indonesia.
Saat ini Belanda memiliki pusat budaya Indonesia bernama Koninklijk Instituut voor Taal en Volkenkunde (KITLV). Digitalisasi manuskrip akan dilakukan pada seluruh warisan budaya Indonesia di KITLV. “Kita akan satelitkan semua, jadi di sini dan di sana bisa digunakan untuk penelitian, dan pembelajaran,” jelas Wiendu seraya menegaskan, Indonesia tetap menjadi pihak yang mengontrol digitalisasi tersebut.
Saat ini terdapat sebanyak 7.000 manuskrip kuno milik Keraton Yogyakarta yang berada di negara Belanda dan Inggris. Manuskrip kuno tersebut dibawa saat melakukan penyerangan ke Keraton pada tahun 1812, di bawah Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles pada masa Sri Sultan HB II. (GG).
Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/684