Implementasi Media Pembelajaran Running Tex Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Memindai Pada Siswa Kelas VIII C Smp NEGERI 1 Kismantoro.
Oleh Setyo Murni.
Abstrak: Tujuan umum (to the effect common) dari implementasi pembelajaran membaca memindai adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia pada semua tingkat satuan pendidikan, sehingga berdampak positif terhadap adanya peningkatan kompetensi siswa yang sangat signifikan. Sedangkan tujuan khusus (to the effect special) dari implementasi pembelajaran ini adalah untuk mengetahui efektivitas (kesangkilan) media “Running Tex” dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran membaca memindai (Kompetensi Dasar: 11.3 Menyimpulkan gagasan utama suatu teks dengan membaca cepat ± 300 kata per menit). Beberapa pendekatan sebagai wujud dari implementasi pembelajaran membaca memindai dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kontekstual (contextual) yang mempunyai beberapa bagian penting di antaranya adalah konstruktivisme (contructivism,), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), penilaian otentik (authentic assessment), dan refleksi (reflection). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Kismantoro. Jumlah siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 25 orang yang terdiri dari 15 wanita dan 10 pria. Hasil dari implementasi pembelajaran membaca memindai dengan menggunakan Running Tex pada penilaian proses dan produk diperoleh satu kesimpulan bahwa penggunaan media Running Tex terbukti bisa meningkatkan keaktifan siswa. Siswa menyatakan sangat tertarik dengan pembelajaran membaca memindai dengan media “Running Tex”. Secara kuantitatif terjadi peningkatan kemampuan membaca memindai sebelum menggunakan media Running Tex adalah 58,50 dan 62,10 (prasiklus). Setelah penggunaan media Running Tex rata-rata kelas kemampuan membaca memindai meningkat menjadi 73,32 (siklus 1) menjadi 77,60 (siklus 2)
Kata Kunci: Media Running Tex, Membaca Memindai, Pembelajaran Membaca Memindai
PENDAHULUAN
Guru merupakan pihak yang paling banyak dan sering dituding sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Tudingan seperti itu tidak sepenuhnya benar, mengingat masih banyak sekali komponen pendidikan yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Sejalan dengan hal tersebut, seperti yang tertuang di dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, salah satunya guru dituntut untuk memiliki kompetensi profesional. Menurut Soedijarto, 1993 bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan profesioanal, yaitu kemampuan untuk dapat: (1) merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar mengajar, (3) menilai kemajuan kegiatan belajar mengajar, dan (4) menafsirkan dan memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya bagi penyempurnaanperencanaan pelaksanaan kegitan belajar mengajar.
Kompetensi professional guru akan dapat dicapai secara optimal apabila guru mau dan mampu membekali dirinya dengan jalan banyak belajar, berlatih, bertanya, berkarya, dan membaca. Guru harus mampu mengikuti perubahan zaman yang ada. Guru harus mau mengubah paradigma tradisional menuju paradigma kekinian, dari yang out of date menuju up to date.
Baldridge (1979), menyatakan bahwa setiap calon cendekiawan abad modern ini dituntut untuk membaca 850.000 kata/menit. Jika seseorang hanya mampu membaca 250 kata/menit, dalam seminggu ia harus membaca kira-kira 56 jam, artinya 8 jam/hari. Jika dalam satu hari guru dapat meluangkan waktu dua jam untuk membaca, berarti jumlah kata yang sudah diselesaikan oleh guru baru berjumlah 30.000 kata. Masih jauh di bawah harapan. Seorang siswa SMP dituntut minimal satu menit harus dapat membaca 250 kata. Akankah guru juga begitu? Tentu saja tidak. Guru harus bisa membaca 2500 kata per menit. Andai guru dapat meluangkan waktu dua jam untuk kegiatan membaca, maka setiap hari mereka akan menyelesaikan 300.000 kata.
Berbagai penyebab mengapa kemampuan membaca para siswa rendah. Faktor internal dan eksternal yang datang dari siswa adalah penyebab utamanya. Faktor internal berasal dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa yakni guru, orang tua siswa, masyarakat, media, metode, materi, fasilitas, dan model pembelajaran. Semua dapat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran. Kurang tepatnya guru di dalam memilih materi ajar dan penggunaan media serta metode merupakan hal penting yang perlu diperhatikan.
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini mengetengahkan satu media pembelajaran yang peneliti anggap dapat meningkatkan kemampuan membaca memindai. Media yang dimaksud adalah media runing tex (teks berjalan).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi media pembelajaran running tex dapat meningkatkan keterampilan membaca memindai pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Kismantoro?
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca memindai pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Kismantoro tahun 2009/2010. Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah dapat:
- memberikan kontribusi yang besar bagi para guru,
- membangkitkan semangat belajar siswa,
- meningkatkan kreativitas guru di dalam merancang dan memilih media pembelajaran yang tepat dan inovatif,
- memberikan satu kontribusi pengetahuan yang cukup berarti bagi lembaga pendidikan.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Media
Menurut Sumiati, 2007: 159 dalam buku berjudul Metode Pembelajaran menyatakanbahwa media pembelajaran merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran.
Dalam hal ini Gagne dan Briggs (1979) menekankan pentingnya media pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses belajar.
Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat lunak (soft ware) dan atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu Brown, dkk. membuat klasifikasi media pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment for learning) , sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan fasilitas belajar (facilities forlearning).
Dari berbagai sumber dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa sehingga siswa dapat lebih mudah untuk mempelajari materi pelajaran.
Jenis-jenis Media Pembelajaran
Sumiati, (2007: 160) membagi media pembelajaran berdasarkan ciri-ciri tertentu, antara lain: Pertama berdasarkan kemampuan indera, jenis media pembelajaran terdiri atas: (1) Media audio, contoh: radio, tape recorder, telepon; (2) Media visual, contoh: gambar, poster, grafik. (3) Media audio visual, contoh: televisi, film, video. Kedua didasarkan pada daya atau kemampuan liputannya, jenis media pembelajaran terdiri atas: (1) Media pembelajaran dengan daya atau kemampuan liputannya luas, contoh: televisi, radio. (2) Media pembelajaran dengan daya atau kemampuan liputannya terbatas, contoh: papan tulis, slide, OHP. Berdasarkan pengguna atau pemakai yang memanfaatkan media pembelajaran, jenis media pembelajaran terdiri atas: (1) Media pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran secara massal atau banyak orang. Contoh: belajar melalui televisi atau radio. (2) Media pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran secara individual atau perorangan. Contoh: belajar melalui modul atau buku. Ketiga didasarkan kerumitan dan biayanya, terdiri atas: (1) Big media, contoh: film, video, computer; (2) Litle media, contoh: papan tulis, gambar. Keempat berdasarkan pembuatan dan pemanfaatannya, terdiri atas; media by design dan media by utilization Kelima berdasarkan dimensinya terdiri atas media dua dimensi seperti poster, bagan, gambar, dan media tiga dimensi misalnya benda yang menyerupai aslinya. Keenam berdasarkan proyeksinya, media pembelajaran terdiri atas: media proyeksi sebagai contoh film, film strips, slide, OHP, in focus, dan tidak diproyeksikan contohnya buku, papan planel.
Media lain adalah media cetak. Keuntungannya adalah: a) media cetak relatif murah; b) penggunaannya mudah; c) lebih luwes dalam pengertian mudah digunakan, dibawa atau dipindahkan. Kelemahannya adalah: a) jika tidak dirancang dengan baik membosankan; dan b) kurang memberikan suasana yang hidup.
Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Sumiati, 2007: 163 adalah 1) menjelaskan materi pembelajaran atau objek yang abstrak (tidak nyata) menjadi konkret (nyata); 2) memberikan pengalaman nyata dan langsung; 3) mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang; 4) memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran atau objek; 5) menarik perhatian siswa; 6) membantu siswa dalam belajar secara individual, kelompok, atau klasikal; 7) materi pelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan kembali dengan cepat dan tepat; 8) mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran; 8) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera.
Memilih Media Pembelajaran
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran adalah 1) jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan yang mencakup jangkauan domain kognitif, afektif, dan psikomotorik; 2) kegunaan dari berbagai jenis media pembelajaran itu sendiri; 3) kemampuan guru dalam menggunakan jenis media pembelajaran; 4) fleksibilitas (lentur), tahan lama dan memberikan kenyamanan dalam pemakaian; 5) keefektifan suatu media pembelajaran dibandingkan dengan jenis media pembelajaran lain untuk digunakan dalam pembelajaran suatu materi pembelajaran tertentu.
Prinsip-Prinsip Pembuatan Media Pembelajaran:
- Mudah mendapatkan.
- Murah bahan bakunya.
- Multiguna atau manfaatnya banyak.
- Menimbulkan kreativitas siswa.
- Menarik perhatian.
- Mengggunakan bahan yang tidak membahayakan bagi siswa atau guru.
- Menggunakan media pembelajaran tersebut bisa secara individual, kelompok, atau klasikal.
- Menyesuaikan perkembangan siswa.
Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
- Sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran.
- Memberikan pengertian dan penjelasan tentang suatu konsep.
- Mendorong kreativitas siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri).
- Memenuhi unsur kebenaran dalam ukuran, ketelitian, dan kejelasan untuk menghindari kesalahan pengertian tentang sesuatu yang digambarkan atau dijelaskan melalui media pembelajaran tersebut.
- Media pembelajaran harus aman dan tidak membahayakan bagi siswa datau guru.
- Media pembelajaran menarik.
- Memenuhi unsur keindahan.
- Mudah digunakan.
- Penggunaan media bergantian.
- Media pembelajaran yang digunakan merupakan bagian dari materi pembelajaran
- Siswa mempunyai tanggung jawab dalam menggunakan media pembelajaran.
- Media pembelajaran lebih banyak berisikan materi pembelajaran yang mengandung pesan positif.
Media Pembelajaran Runing Tex (teks berjalan)
Dictionary of Education. Instructional media is devices and other materials which present a complete body of information and are largely self-suporting rather than supplementary in thenteaching-leraning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar mengajar. Runing tex yang dimaksud dalam tulisan ini adalah satu jenis media yang berupa teks yang ditulis dalam sebuah stripfilm. Penggunaannya dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan alat bantu lain yaitu satu unit komputer atau laptop dan satu unit projector.
Konsep dan Pembelajaran Membaca
Pengertian Membaca
Depdikbud (1985:11) menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
Tujuan Membaca
Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca, yaitu untuk:
- memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topik.
- memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alat-alat rumah tangga).
- berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki.
- berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk memahami surat-surat bisnis.
- mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia.
- mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (sebagaimana dilaporkan dalam koran, majalah, laporan).
- memperoleh kesenangan atau hiburan.
Jenis-jenis Membaca
Menurut Tarigan (2008:11–13), jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu (1) membaca nyaring, dan (2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasaterdiri dari membaca bahasa dan membaca sastra.
a. Membaca Nyaring
Membaca nyaring (membaca bersuara) adalah suatu kegiatan membaca yang merupakan alat bagi pembaca bersama orang lain untuk menangkap isi yang berupa informasi bagi pengarang (Kamidjan, 1996:9).
b. Membaca Ekstensif
Broughton, et.al. (dalam Tarigan, 2008:31) menyebutkan bahwa yang termasuk membaca ekstensif adalah 1) membaca survey, 2) membaca sekilas, dan 3) membaca dangkal.
c. Membaca Intensif
Tarigan (2008:35), yang mengutip pendapat Brook, menyatakan bahwa membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti, n serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk membaca intensif ini adalah membaca pemahaman.
Membaca Pemahaman
Menurut Tarigan (2008:37), dilihat dari kemampuan membacanya, ada tiga jenis keterampilan membaca pemahaman, yaitu: (1) membaca literal, (2) membaca kritis, dan (3) membaca kreatif. Kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan. Informasi tersebut ada dalam baris-baris bacaan (reading the lines). Pembaca tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi, yaitu makna di balik baris-baris. Kemampuan membaca kritis merupakan kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan baik makna tersurat maupun makna tersirat. Mengolah bahan bacaan secara kritis artinya, dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat (makna baris-baris bacaan (reading the lines), tetapi juga menemukan makna antarbaris (reading between the lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines). Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap maknatersurat (reading the lines), makna antarbaris (reading between the lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines), tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.
Teknik Membaca
a. SQ3R
SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson (seorang guru besar psikologi dari Ohio State University), tahun 1941. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah: a. Survey, b. Question, c. Read, d. Recite (Recall), dan e. Review.
S (Survey)
Survey atau survai (menyelidiki atau prabaca) adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: (a) mempercepat menangkap arti, (b) mendapat abstrak, (c) mengetahui ide-ide yang penting, (d) melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, (e) mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan (f) memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Q (Question)
Bersamaan pada saat survey, ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul dan subjudul menjadi sebuah pertanyaan. Kita dapat menggunakan 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, dan How). Pada waktu melakukan survai buku, pertanyaan kita mungkin masih terlalu umum, tetapi pada waktu survai bab, pertanyaan kita akan lebih khusus. Tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah membuat pembaca lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada. Selain itu, pertanyaanpertanyaan tersebut akan membangkitkan keingintahuan kita, sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi bab.
R (Read)
Read (membaca) merupakan langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya langkah. Pada langkah ketiga ini kita membaca mencari jawaban berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok. Kita dapat sedikit memperlambat cara membaca pada bagian-bagian yang kita anggap penting dan mempercepatnya pada bagian yang kurang atau tidak penting. Konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting.
4) R (Recite atau Recall)
Pada kegiatan recite atau recall (memanggil kembali), kita berusaha untuk memperkokoh perolehan kita dari kegiatan membaca. Pada kegiatan ini apa yang telah diperoleh dihubungkan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya dan kita bersiap diri untuk pembacaan selanjutnya.
R (Review)
Review atau mengulangi merupakan kegiatan untuk melihat kembali keseluruhan isi buku. Kegiatan ini bertujuan untuk menelusuri kembali judul dan subjudul-subjudul atau bagian-bagian penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali terlewati sebelum ini. Pada langkah kelima ini berusahalah untuk memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh, dan kokoh atas bahan.
Skimming
Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal. Skimming merupakan cara membaca untuk mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu terdapat di awal paragraf, karena kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf. Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-bagian, fakta-fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya. Tujuan skimming adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya.
Scanning
Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu.
Membaca
Faktor-faktor tersebut adalah: (a) faktor kognitif,(b) faktor afektif, (c) faktor teks bacaan, dan (d) faktor penguasaan bahasa. Faktor yang pertama berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir) seseorang. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan bahasanya. Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur kewacanaan.
Pembelajaran Membaca
Konsep Pembelajaran Membaca
Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal; (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Broughton et. al., dalam Tarigan 2008:11).
Pembelajaran membaca merupakan kemampuan pemahaman yang diajarkan secara seimbang dan terpadu. Seimbang dalam arti pembelajaran membaca disampaikan secara seimbang dengan keterampilan berbahasa lain. Dalam kegiatan pembelajaran membaca, KD membaca akan menjadi fokus pembelajaran, sedangkan aspek keterampilan berbahasa lain menyertai dalam kegiatan pembelajaran.
Karakteristik Pembelajaran Membaca
Karakteristik tersebut sebagai berikut:
a. Keterampilan yang bersifat mekanis dapat dianggap berada pada urutan lebih rendah.
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman dapat dianggap berada pada urutan lebih tinggi.
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Membaca
Untuk mencapai hasil yang memuaskan guru sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Pemeriksaan awal. (2) Persiapan lingkungan. (3) Persiapan siswa. dan (4) Penyajian bahan pengajaran. Broughton et.al. (dalam Tarigan, 2008:12 – 13 menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran membaca. 1) Sesuai dengan atau dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. 2) Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa pada umumnya. 3) Terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan. 4) Mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
Metode Pembelajaran Membaca
Menurut Broughton dalam Tarigan (2008:22) ada beberapa cara untuk meningkatkan kecepatan membaca yang dimiliki siswa hingga sampai pada taraf yang efektif. Beberapa metode yang pernah dikembangkan untuk meningkatkan hal ini adalah: a. metode kosakata, b. metode motivasi (minat), c. metode bantuan alat, dan d. metode gerak mata.
Media Pembelajaran Membaca
Media pembelajaran pada dasarnya merupakan alat bantu yang dapat mempermudah pembelajaran. Dalam pembelajaran membaca, media pembelajaran dapat berupa gambar (peta, tabel, grafik, bagan, dan lainsebagainya), film asing, teks bacaan sastra dan nonsastra. Fungsi media tersebut adalah untuk memperjelas pemahaman siswa dalam memahami informasi yang dibaca.
Kriteria Penilaian Membaca
Kriteria penilaian membaca yang perlu diperhatikan:
- Kriteria kelayakan alat tes, yaitu kesesuaian alat tes dengan tujuan dan bahan pembelajaran.
- Kriteria kesahihan alat tes, meliputi: a) kesahihan isi, yaitu menunjuk pada pengertian apakah alat tes itu mempunyai kesejajaran (sesuai) dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan; b) kesahihan konstruk atau konsep, berkaitan dengan konstruk atau konsep bidang ilmu yang akan diuji kesahihan tesnya. Konstruk merupakan suatu asumsi, hipotesis yang berkenaan dengan suatu bidang ilmu. Kesahihan konstruk menunjuk pada pengertian apakah tes yang disusun itu telah sesuai dengan konsep ilmu yang diteskan; c) kesahihan ukuran (norma, standar, kriteria) menunjuk pada pengertian seberapa jauh siswa yang sudah diajar dalam bidang tertentu menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi dari pada yang belum diajar; d) kesahihan sejalan, menunjuk pada pengertian apakah tingkat kemampuan seseorang pada suatu bidang yang diteskan mencerminkan atau sesuai dengan skor bidang yang lain yang mempunyai kesamaan karakteristik; e) kesahihan ramalan, menunjuk pada pengertian apakah sebuah alat tes mempunyai kemampuan untuk meramalkan prestasi yang akan dicapai kemudian.
- Kriteria ketepercayaan alat tes menunjuk pada pengertian apakah suatu tes dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan diukur dari waktu ke waktu (Tuckman dalam Nurgiyantoro, 1987:118).
- Kriteria kepraktisan, meliputi: a) faktor ekonomis, pertimbangan ekonomi melihat tes dari segi mahal atau tidaknya pelaksanaan tes akan dilakukan; b) pelaksanaan, sebuah tes yang baik dalam hal ini dilihat dari segi praktisnya adalah tes yang mudah dilaksanakan atau diadministrasikan. Artinya, pelaksanaan tes itu tidak menuntut berbagai fasilitas yang rumit atau yang tidak dimiliki oleh sekolah; c) penskoran, pemilihan sebuah alat tes hendaknya juga mempertimbangkan kemudahan penskoran terhadap hasil pekerjaan siswa; d) penafsiran, kemudahan penafsiran terhadap hasil tes juga merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan. Sebuah tes yang baik tentunya disertai dengan pedoman bagaimana menafsirkan hasil tes tersebut, apakah ia menuntut untuk ditafsirkan berdasarkan norma standar atau norma kelompok, di samping itu juga adanya pedoman untuk melakukan perhitungan
Kecepatan Efektif Membaca
Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Untuk mengetahui kecepatan efektif membaca dapat digunakan rumus sebagai berikut:
atau
Keterangan:
K : Jumlah kata yang dibaca
Wm : Waktu tempuh baca dalam menit
Wd : Waktu tempuh baca dalam detik
B : Skor bobot perolehan tes yang
dijawab benar
SI : Skor ideal
Kpm : kata per menit
Kerangka Berpikir
Media runing tex (teks berjalan) merupakan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman teks bacaan melalui membaca memindai. Dengan media runing tex secara langsung atau tidak langsung beberapa kebiasaan salah akan dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Dengan demikian diharapkan akan terjadi peningkatan kemampuan membaca sekaligus peningkatan keberhasilan pembelajaran membaca.
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan media running tex (teks berjalan) hasil belajar siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Kismantoro Kabupaten Wonogiri dapat meningkat.
Hipotesis Tindakan
Melalui model pembelajaran yang menggunakan media running tex (teks berjalan) dalam pembelajaran membaca memindai ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Kismantoro pada mata pelajaran bahasa.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 3 Karangtengah. Kegiatan ini dilaksanakan pada Januari sampai dengan Maret 2010.
Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini dilaksanakan di kelas VIIIc SMP Negeri 1 Kismantoro pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
Sumber Data
Sumber data yang dijadikan bahan olahan dalam penelitian ini berasal dari
- Siswa : hasil postes dan hasil wawancara
- Guru : hasil observasi/pengamatan
- Observer : hasil observasi/ pengamatan
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
- Tes dan nontes
b. Observasi
- Wawancara
d. Jurnal siswa
Alat Pengumpulan Data
- Alat pengumpulan data
- Tes yaitu dalam bentuk soal pilihan ganda 10 nomor yang berkaitan dengan running tex sebanyak 4 kali tes dengan bacaan dan soal yang berbeda.
- Lembar observasi
- Pedoman wawancara (lembar pertanyaan untuk mewawancarai siswa)
- Lembar penilaian proses keaktifan siswa dalam diskusi
- Lembar penilaian keefektifan media running tex)
- Lembar observasi tiap siklus
Validasi Data
Validasi data yang mencerminkan hasil belajar/prestasi belajar siswa dianalisis dari perolehan nilai prasiklus, siklus 1, dan siklus 2. Perolehan nilai setiap siklus tersebut kemudian dibandingkan untuk menentukan seberapa jauh peningkatan yang dicapai setelah pembelajaran membaca memindai dengan penerapan media pembelajaran running tex (teks berjalan). Data dari masing-masing siklus dianalisis secara kuantitatif.
Adapun validitas data untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan siswa pada pembelajaran membaca memindai dengan media pembelajaran running tex (teks berjalan). Data yang dianalisis adalah data hasil pengamatan, produk, serta jurnal. Data ini dianalisis secara kualitatif melalui Triangulasi sumber yaitu siswa, pengamat, guru sebagai peneliti.
Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes antarsiklus maupun dengan indikator kinerja. Untukmengetahui peningkatan prestasi belajar data dianalisis secara kuantitatif.
Analisis data pada penelitian ini dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data yang diperoleh dari tes dianalisis secara kuantitatif berdasarkan persentasi, sedangkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan jurnal dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui tanggapan siswa dan perubahan tingkah laku siswa setelah menerapkan media pembelajaran running tex.
Indikator Kinerja
Keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi siswa yaitu persentase hasil belajar siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika secara individual telah mendapat nilai 65 atau lebih, dan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika lebih dari 85% siswa mendapat nilai di atas 65.
Prosedur Penelitian
- 1. Perencanaan
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan upaya untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yang telah berlangsung terutama pada tahapan prasiklus.
- Pembuatan perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dimaksud meliputi program tahunan, program semester, dan desain pembelajaran/rencana pembelajaran dan pembuatan instrumen kegiatan (instrumen pengumpulan data: instrumen pengamatan proses dan instrumen penilaian hasil)
- Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam pengimplementasian pembelajaran membaca memindai ini adalah media pembelajaran running tex atau teks berjalan’. Running tex (teks berjalan) yang dimaksud dalam tulisan ini adalah satu jenis media yang berupa teks yang ditulis dalam sebuah strip film. Teks tersebut selanjutnya direkam dalam sebuah VCD kosong (blank vcd) atau juga bisa disimpan dalam flashdisc. Penggunaannya dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan alat bantu yaitu satu unit komputer jinjing atau laptop dan satu unitLCD. Pelaksanaan implementasi media ini melibatkan kerja sama dengan teman satu kolega peneliti yang juga guru bahasa Indonesia terutama dalam pembuatan dan atau perekaman teks dalam vcd blank. Implementasi dalam pembelajaran sepenuhnya dilakukan oleh peneliti.
Pelaksanaan
Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, siswa menjadi lebih aktif, sumber belajar lebih termanfaatkan, penyajian materi lebih mudah diikuti dan dipahami.
Dalam implementasi pembelajaran ini peneliti melaksanakan pembelajaran dalam beberapa tahap.
Tahap Pendahuluan
Dalam tahap pendahuluan ini peneliti melakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut.
1) Peneliti memilih satu kompetensi dasar yaitu Menyimpulkan gagasan utama suatu teks dengan membaca cepat ± 300 kata per menit. Alasan utama peneliti memilih kompetensi dasar ini adalah berdasarkan pada satu pemikiran bahwa kompetensi membaca cepat merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap siswa sebentar lagi akan menempuh ujian nasional. Hal ini dikandung maksud agar siswa dalam pemerolehan hasil belajar lebih meningkat.
2) Peneliti menyiapkan semua bahan/media yang digunakan dalam pembelajaran. Bahan/media yang peneliti maksudkan adalah satu unit laptop, satu unit LCD (liquid crystal display), satu buah layar, satu keping vcd pembelajaran berisi teks berjalan, soal-soal yang berisi pertanyaan-pertanyaan teks berjalan, teks bacaan (I, II, III, IV dan soal-soalnya)
3) Peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pada rencana pembelajaran ini semua aspek, hal/benda/media/langkah kegiatan yang diperlukan/diambil oleh peneliti dijelaskan secara rinci, berikut alokasi waktu yang dibutuhkan pada masing-masing bagian kegiatan
4) Peneliti menyusun berbagai alat
penilaian yang akan digunakan selama dan sesudah pembelajaran. Penyusunan berbagai alat penilaian dilakukan mengingat penilaian yang digunakan dalam pendekatan kontekstual adalah penilaian otentik yang menyarankan menggunakan berbagai alat penilaian. Adapun alat penilaian yang dimaksud adalah lembar pengamatan (untuk guru), lembar pengamatan (untuk siswa) rubrik /pedoman penskoran serta jurnal.
- Tahap Penyajian
Dalam tahap penyajian ini peneliti melakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut.
1) Pendahuluan
Untuk mengawali pembelajaran, peneliti selalu mengecek kehadiran siswa, menanyakan PR atau tugas-tugas lain, menanyakan permasalahan yang ditemukan siswa sehubungan dengan materi pembelajaran yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, kemudian memberikan gambaran tentang tujuan dan pentingnya kemampuan membaca cepat, dan sebagainya.
2) Kegiatan Inti
Peneliti meminta para siswa untuk berpasangan. Dalam tahap awal kegiatan inti ini peneliti membagikan teks bacaan I yang berjudul “Kloning Manusia: Ditolak, Dicerca, dan Dibutuhkan”. Secara berpasangan siswa membaca teks bacaan I (siswa pertama membaca, siswa kedua mengamati cara membaca; demikian sebaliknya). Dalam kegiatan mengamati cara membaca ini siswa pengamat menggunakan Lembar Pengamatan Cara Membaca Cepat. Elemen CTL yang tampak dalam kegiatan ini adalah masyarakat belajar (learning community). Secara bergantian siswa pertama menghitung waktu yang dibutuhkan siswa pasangannya untuk menyelesaikan pembacaan. (peer assessment). Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan lisan (sejumlah sepuluh pertanyaan) berkaitan dengan isi teks bacaan. Siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tertulis. Elemen CTL yang tampak dalam kegiatan ini adalah questioning. Selanjutnya setiap siswa diminta menentukan persentase jawaban pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar. Elemen CTL yang tampak dalam kegiatan ini adalah penilaian (assessment).
Peneliti memodelkan cara membaca cepat yang benar (tanpa regresi, tanpa suara/vokal, dengan konsentrasi). Elemen CTL yang tampak dalam kegiatan ini adalah pemodelan (modelling). Berikutnya peneliti memberikan teks bacaan II yang berjudul “Bayi Kloning akan Lahir”. Selanjutnya secara berpasangan siswa melakukan kegiatan yang sama seperti ketika membaca teks bacaan I Siswa bersama peneliti melakukan refleksi atas hasil pembelajaran (apa yang sudah diperoleh, seberapa besar hasil pembelajaran yang sudah diperoleh, mengapa demikian, dan sebagainya). Selanjutnya peneliti dan siswa menyimpulkan apakah ada peningkatan kecepatan membaca yang cukup berarti setelah menerapkan cara/model membaca cepat yang benar. Dari refleksi ini tampaknya siswa dan peneliti belum merasa puas atas hasil belajar yang baru dicapai.
Selanjutnya pada pertemuan di hari yang berbeda sesuai jadwal penelitian, peneliti membelajarkan siswa tentang membaca running tex atau teks berjalan. Dengan langkah yang sama setiap kali pembacaan satu judul teks bacaan siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan teks bacaan yang sudah disiapkan oleh peneliti. Setelah siswa berkali-kali berlatih membaca teks bacaan dengan media running tex atau teks berjalan, selanjutnya peneliti meminta siswa untuk membaca teks bacaan III yang berjudul “Kelahiran Manusia Kloning Diragukan”. Selanjutnya dengan proses yang sama ketika membaca teks bacaan I dan II siswa menghitung persentase jawaban soal yang dijawab benar. Sebagai pemantapan siswa mengulangi langkah-langkah di atas. Teks bacaan yang dibaca berjudul “Kloning Pertama Manusia”. Peneliti bersama siswa merekap hasil belajar. Siswa yang mendapatkan niai terbaik mendapatkan penghargaan (reward) tertentu dari peneliti. Elemen CTL yang tampak adalah menemukan (inquiry).
Penutup
Kegiatan yang dilakukan peneliti untuk menutup pembelajaran ini adalah melaksanakan refleksi. Bentuk dan wujud refleksi seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
- Siswa diminta mengungkapkan kembali tentang apa saja yang telah diperoleh dalam pembelajaran.
- Siswa juga diminta mengungkapkan perasaan mereka setelah selesai mengikuti pembelajaran (secara lisan).
- Siswa diminta memberikan saran, pendapat, komentar terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (secara lisan).
- Siswa diminta menyampaikan harapannya tentang pembelajaran berikutnya (secara tertulis).
- Setelah bertanya jawab dengan siswa, siswa mendapatkan pengukuhan dari peneliti terhadap materi pembelajaran dengan mengacu kepada hasil pekerjaan siswa. Elemen CTL yang tampak dalam kegiatan ini adalah refleksi (reflection).
- Siswa menerima internalisasi nilai-nilai kecakapan hidup (life skill) yang diinginkan (kecakapan berpikir rasional, kecakapan menggali informasi dan kecakapan social, kecakapan bekerjasama) dan budi pekerti (menghargai waktu, cermat, dan jujur) dalam kehidupan sehari-hari).
Penilaian
Mencermati tahap demi tahap penyajian pembelajaran di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa peneliti melakukan penilaian pada waktu pembelajaran sedang berlangsung dan sesudah pembelajaran. Penilaian yang dilakukan pada waktu pembelajaran sedang berlangsung disebut penilaian proses. Penilaian proses ini dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung. Penilaian proses ini dilakukan peneliti dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan tanpa didahului pelatihan membaca cepat dengan menggunakan media running tex (teks berjalan). Sedangkan tahap kedua dilakukan sesudah siswa mendapatkan pelatihan membaca cepat dengan menggunakan media running tex (teks berjalan). Masing-masing tahap berisi dua kegiatan pembacaan teks bacaan. Oleh karena itu, peneliti juga melakukan penilaian proses sebanyak dua kali sehingga peneliti melakukan penilaian proses sebanyak empat kali. Penilaian proses dilakukan dengan mengamati tiga aspek utama. Ketiga aspek utama yang diamati tersebut adalah keantusiasan, keseriusan, dan kerjasama dalam mengikuti pembelajaran.
Penilaian produk dilakukan oleh siswa dan peneliti atas kinerja siswa dalam membaca teks bacaan secara cepat yang ditunjukkan dalam kemampuannya memahami isi teks bacaan . Aspek yang dinilai adalah persentasemenjawab soal dengan benar dan penggunaan waktu. Nilai produk/hasil diambil berdasarkan rubrik yang sudah disepakati dengan siswa. Rubrik adalah pedoman penilaian performansi. Pada saat guru dan siswa mengukur kecepatan membaca maka sebenarnya guru telah melakukan penilaian performansi, karena dalam hal ini ada sesuatu dari siswa yang bisa diamati dan diukur, misalnya persentase menjawab soal dengan benar atau waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pembacaan teks bacaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Siswa yang berada di kelas VIIIC ini memiliki kemampuan rata-rata di bawah KKM. Dijumpai adanya permasalahan dalam belajar yaitu rendahnya kemampuan membaca siswa sehingga berdampak pada rendahnya pemerolehan hasil belajar siswa. Sebelum menggunakan media Running Tex nilai rata-rata siswa adalah 58,50 dan 62,10.
Selain itu juga ditemukan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru kurang variatif sehingga membosankan bagi siswa. Pembelajaran belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif.
Keantusiasan siswa, misalnya tampak dari indikator-indikator berikut.
- Sering muncul pertanyaan spontan saat terjadi pencocokan jawaban.
- Siswa lebih berani mengemukakan argumentasinya saat merasakan jawabannya tidak sesuai dengan kunci jawaban.
- Tak satu pun terdengar keluhan siswa saat guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
- Sedangkan keseriusan siswa, misalnya tampak dari indikator-indikator berikut.
- Tidak mudah terganggu meskipun terdengar suara yang cukup mengganggu.
- Siswa tidak ada yang melakukan kegiatan membaca sambil bergurau.
- Tidak tampak seorang siswa pun yang melakukan kegiatan membaca sambil menggerak-gerakkan anggota tubuh.
- Kerjasama siswa tersebut misalnya tampak dari indikator-indikator berikut.
- Siswa pengamat benar-benar mengamati cara membaca pasangannya.
- Siswa pengamat benar-benar mau dan jujur mengukur waktu yang digunakan pembaca pasangannya dalam menyelesaikan pembacaan.
- Siswa pengamat tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu konsentrasi pembacaan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian yang tersebar dalam beberapa bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran running tex atau teks berjalan akan berpengaruh sangat signifikan terhadap keterampilan siswa khususnya di dalam meningkatkan kemampuan membaca memindai, serta dapat mengubah perilaku kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh siswa yaitu membaca dengan bersuara, semivokal, pengurutan kata demi kata dengan menggunakan telunjuk jari, menggerakkan kepala ke kiri ke kanan. Dengan menggunakan media pembelajaran running tex atau teks berjalan, siswa akan lebih konsentrasi pada fokus pembelajaran. Hal ini dapat juga dilakukan pada mata pelajaran lain yang menggunakan media pembelajaran yang berbeda pula.
Peningkatan kemampuan membaca memindai tersebut diawali dengan lebih meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dengan semangat dan motivasi yang tinggi siswa lebih tekun dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Ketekunan dan keseriusan merupakan modal bagi siswa untuk lebih berkonsentrasi dalam membaca teks bacaan. Dengan konsentrasi yang tinggi maka prestasi belajar akan lebih meningkat.
Implikasi
Setelah pembelajaran membaca memindai ini terbukti dapat ditingkatkan melalui media yang tepat, seharusnya tidak ada lagi kesulitan bagi guru bahasa Indonesia. Kekhawatiran terhadap rendahnya kemampuan membaca tidak perlu lagi terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti dapat menyarankan pada para rekan guru agar mulai mencoba dan menerapkan media running tex atau teks berjalan untuk pembelajaran membaca memindai. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan media running tex atau teks berjalan ini memang ada kelemahannya di samping banyak juga keunggulannya.
Pihak sekolah atau guru harus menyiapkan berbagai alat yang termasuk mahal untuk ukuran sekolah-sekolah yang kurang mampu, misalnya LCD, komputer atau laptop. Untuk mengantisipasi kondisi seperti ini sebenarnya guru dapat mengganti perangkat komputer atau laptop dan LCD dengan VCD/DVD player beserta TV monitor biasa, tentu saja teks bacaan harus sudah disalin ke dalam CD. Hanya saja kelemahannya haruslah dibutuhkan layar TV monitor yang berukuran cukup lebar sehingga semua siswa dapat melihat dan membaca teks dengan cukup jelas.
Saran-saran
- Guru lebih terampil dan cekatan di dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai wahana di dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
- Guru lebih tanggap terhadap permasalahan belajar yang muncul di kelas, untuk kemudian segera mencarikan solusi sebagai pemecahan kasus belajar.
- Di dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, guru hendaknya tidak teralalu egois dan terlalu gengsi untuk tidak berkolaborasi dengan guru serumpun.
- Guru bersama kepala sekolah selalu berkomitmen tinggi untuk memajukan kompetensi siswa sehingga mampu berkembang maksimal sesuai dengan karakter dan psikologi siswa.
- Seyogyanya sekolah menyediakan fasilitas yang memadai demi tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
- Briggs. 1986. Klasifikasi Media Pembelajaran. Jogjakarta : Kanisius.
- Brown, James W. 1977. “Audio Visual Instruction, Technology, Media, and Methods”. ( dalam Pengembangan Bahan dan Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia: Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Depdiknas.
- ________ . 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas.
- ________ . 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas.
- ________ . 2005. Pengembangan Kemampuan Membaca memindai (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Depdiknas.
- Ruseffendi, E.T., dkk. 1982. Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarata: Depdikbud, P3G.
- Soedarso. 2002. Speed Reading: Sistem Membaca memindai dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
- Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA3 Malang.
- 9. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.